Sebagai Aeri

14 3 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





"Kita gak bisa bunuh dia Jim."

"Kenapa? karena dia nyawa istri gua terancam Jack!" Jimmy terlihat menatap Jack tajam, pria itu sudah siap menarik pelatuknya untuk membunuh seorang pria yang sudah terbujur lemah dilantai.

Ya, mereka berhasil menangkap pelaku yang menyerang Jimmy, Usilya, Rey dan Raerin kemarin. Berkat bantuan Raerin tentunya, walau tanpa sepengetahuan mereka hanya Jack yang tau.

"Kita udah lama gak bunuh orang Jim, kita harus pastiin dulu kita aman. Kalo kecium media bisa bahaya kita yang malah mendekam di penjara nantinya."

"Terus kita harus gimana sekarang Jack?" Ersan kini yang angkat bicara, pria itu terlihat mendekati Jimmy dan menarik pelan pistol yang Jimmy pegang. "Benar apa kata Jack Jim, kita jangan gegabah gua tau lu marah. Tapi kalo sampe media tau dan lu yang kena imbasnya kasian juga Usilya."

BUGH!

"Sialan!"

Jimmy terlihat menendang kepala pria itu, Jimmy yang sudah diliputi rasa marah terlihat menjauh dan duduk di kursi yang ada disana.

"Kita laporin ke polisi aja, biar hukum yang mengatur gimana akhrinya dia."

Mengerti akan ucapan Jack dengan cepat Ersan menghubungi polisi, pria itu dengan otak cerdiknya sudah menyiapkan cerita bagaimana kronologisnya yang masuk akal untuk dijadikan laporan kepada polisi.

"Rey gak bisa dihubungin." Ucap Jimmy membuat Jack menoleh pada pria itu.

"Dia dikuburan Aeri, biarin aja. Dia butuh waktu sendiri." Ucapan Jack membuat Jimmy mengernyitkan dahinya keheranan.

"Kenapa lagi dia?"

"Mira berulah." Sahut Jack dingin.

"Ck! Lagian mau-maunya nikahin cewek jalang begitu, resiko dia." Gumam Jimmy, Jack yang mendengar hal itu hanya menatap Jimmy sekilas dan terdiam.

Rumit sekali persoalan mereka akhir-akhir ini, Jack sedikit kelimpungan.

Sebut saja pria itu memang baik karena mau dengan sukarela ikut campur dalam permasalahn teman-temannya untuk membantu.



***



"Hai Raerin?"

"Oh haii!" Raerin terlihat menurunkan rokoknya dan menatap pria di depannya dengan senang.

"Kita ketemu lagi, kamu masih ingat saya kan?"

"Hm, lu kakaknya Aeri. Gua masih ingat."

Entah kenapa Raerin begitu menyukai Gara, bukan suka dalam konteks lain. Hanya saja keantusiasan Gara saja yang bisa Raerin terima, pria itu selalu terlihat Bahagia melihatnya.

Raerin juga tau bagaimana perasaan Gara, pria itu pasti menderita karena kehilangan keluarganya dengan cara tragis sama seperti Raerin. Maka dari itu Raerin terlihat biasa saja jika Bersama Gara, gadis itu bahkan terlihat seperti perlahan membuka diri pada pria di depannya.

RAERIN [Completed]Where stories live. Discover now