Begin

8 1 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Hari itu tiba, hari Dimana Raerin harus mengakhiri semuanya.

Wanita itu dengan perlahan melepaskan pelukan Rey, tangan berat pria itu melingkar sempurna di perutnya.

Raerin menatap wajah damai Rey saat tertidur.

Senyum cantik itu terpatri indah saat melihat Rey sedikit bergumam.

Lucu sekali rasanya, bahkan Rey terlihat seperti anak-anak bukan pria dewasa jika sudah seperti itu.

"Maaf." Ucap Raerin, wanita itu mengusap dada polos Rey pelan.

"I love you Rey, setelah ini hiduplah dengan baik." Raerin mengecup bibir Rey lama.

Lalu setelahnya Raerin beranjak dari Kasur, wanita itu memasuki walk in closet dan mengganti pakaiannya.

"Maaf." Lagi Raerin meminta maaf, tangan wanita itu mengusap perutnya perlahan.

Raerin merasa bersalah karena dirinya memakai celan jeans ketatnya membuat perutnya sedikit terhimpit.

Dengan tergesa Raerin memasang alat bantu di telinganya, wanita itu mengechek segala keperluannya.

Saat sedang mengikat rambutnya di cermin, mata wanita itu tidak sengaja melihat photo USG yang mereka dapat dari rumah sakit.

Terlihat ada coretan kecil disalah satu kertas di sampingnya.

Ada tulisan Rey dan dirinya disana.

My baby R

Tulisan besar Rey membuat Raerin tersenyum kecil.

"Entah akan pulang kemana setelah ini." Gumam Raerin.

Wanita itu pergi meninggalkan Rey begitu saja.

Meninggalkan mansion Rey dengan mobil kesayangannya.

Raerin memutuskan untuk pergi ke mansion Jeffrey terlebih dahulu, dipagi-pagi buta jalanan terasa begitu lenggang membuat Raerin bisa dengan cepat sampai di mansion.

"Semua siap?" tanya Raerin pada Tara membuat Tara mengangguk kecil.

Tangan wanita itu memeriksa bebera pistol yang ada disana, Raerin membawa satu snapan dan dua pistol lalu memasukkanya ke dalam mobil.

"Raerin..." panggilan Tara membuat Raerin yang tadinya memeriksa senjata lain kini terhenti, wanita itu menatap pria di depannya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Kita bisa." Ucap Raerin tiba-tiba membuat Tara mengangguk kecil.

Raerin Kembali memeriksa senjata, tidak lupa wanita itu juga menyelipkan belati di belakang tubuhnya.

Senjata yang tidak memerlukan peluru itu begitu membantu nantinya.

"Okay semuanya selesai, ingat jangan sampai... mati."

RAERIN [Completed]Where stories live. Discover now