Extra Chapter

26 1 0
                                    

FYI, chapter ini settingnya sebelum epilog tapi setelah tamat SMA. A lil bit hawt⚠️be wise ya, teman-teman pembaca.

~~~

"Dimana, ay?"

"Masih di tempat konser."

Ge melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 12 malam lebih, hampir jam 1 dini hari. Dia menghela napasnya seraya mengetuk-ngetuk setir mobilnya. Sebenarnya dia sudah berada di dalam mobil sejak 30 menit lalu, berniat menjemput Mei.

Gadis itu tengah menjadi panitia ulang tahun fakultasnya. Hari ini adalah hari puncaknya, hari dimana ulang tahun fakultasnya diakhiri dengan konser yang mengundang penyanyi dan band yang sohor di ibukota.

Ge mengerti kalau jabatan Mei sebagai wakil ketua panitia membuat gadis itu sibuk bukan main. Ge bahkan maklum selama beberapa waktu belakangan, Mei tidak bisa berkomunikasi se-intens biasanya. Toh dia juga pernah se-sibuk itu ketika menjabat sebagai staff magang di BEM kampusnya dulu.

Namun dari tadi malam, ayahnya dan Viona-bunda Mei-menelponnya untuk memastikan kabar Mei yang katanya tak membalas dan mengangkat telponnya sejak kemarin. Mereka jelas khawatir, apalagi ketika Ge bilang kalau hari ini adalah acara puncak dan pasti akan membuat Mei lebih sibuk lagi.

Kali ini, Ge sempat pulang ke karena kebetulan jadwal ujian di universitas dan politeknik itu sedikit berbeda, jadi Ge dapat libur lebih dulu. Oleh karena itu dia memilih mengungsi ke Bandung. Apalagi kalau bukan karena merindukan kekasihnya itu? Dia tinggal di apartemen yang sempat dibeli papanya sebagai investasi.

Saat ini, di mobil, Ge menimbang, apakah dia harus menjemput Mei atau tidak. Masalahnya Mei, berulang kali bilang kalau dia akan pulang sendiri dan akan aman. Ge percaya, tapi tetap saja khawatir.

Kenapa Ge tidak menyusul saja sekalian menonton konsernya? Niatnya begitu, tapi mengingat dia pun tak akan bisa membersamai Mei, apalah gunanya dia ikut. Ge juga bukan tipikal orang yang sering cari hiburan dengan menonton konser.

Ge menekan tombol telepon di nomer Mei. Dua kali, tak terjawab. Di deringan ke tiga, panggilan itu baru terjawab. Ge bisa tahu kalau konsernya sudah selesai, tak ada lagi suara berisik berdentum.

"Sudah selesai, Ay?"

"Sebenarnya udah, tapi ternyata konsumsi buat panitianya terlambat datang, jadi harus nunggu sebentar lagi."

Dari suaranya, Ge bisa mengetahui kalau Mei sangat lelah. Kalau begini, Ge tidak akan sampai hati untuk dongkol, justru rasa cemasnya bertambah berkali lipat.

"Kamu belum makan dari kapan?" Ge mengatur suara lebih lembut. Panggilannya terhadap Mei juga sudah berubah sejak mereka ada di tahun pertama perkuliahan.

"Aku terakhir makan tadi jam 3 sore. Aku tuh hampir gak bisa duduk tau, Ge..." Rengekan Mei terdengar merdu di telinga Ge hingga membuat laki-laki itu menyunggingkan senyum.

"Kalo nanti konsumsinya gak bikin kenyang, mau makan lagi, gak?"

"Tapi udah terlambat banget gak sih? Aku takut gendut."

"Mau atau nggak?"

"Pengen sebenarnya tapi liat nanti ya."

"Kamu beneran gak mau dijemput. Aku gak masalah loh harus jemput kamu sekarang. Udah pagi ini."

Mei tampak menimbang. Ge bisa mendengar Mei memanggil salah satu temannya.

"Boleh deh, Ge. Nanti motorku dibawa sama Sinta aja. Tadi kita bawa berdua soalnya."

Ge menghembus napas lega. Dia tersenyum. "Aku otw sekarang, ya."

~~~

"Kamu emang belum tidur atau sengaja nungguin aku?" tanya Mei ketika sudah duduk di kursi penumpang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

G in Luv (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang