Part 1

65.2K 3.2K 29
                                    

Seorang wanita tengah memandang dirinya sendiri melalui sebuah cermin. Gaun putih gading yang menjuntai indah hingga lutut membuat kaki jenjangnya terlihat. Ekspresi bingung dan kagum berganti-gantian mengisi wajahnya. Ariana bingung harus bahagia atau malah sedih saat melihat dirinya yang begitu menawan saat ini. Ariana meragukan keputusannya untuk menyetujui usulan Jane, ia takut kalau apa yang ia lakukan saat ini hanya akan mempersulit dirinya untuk bangkit dari keterpurukan. Seharusnya ia tidak perlu berdandan dan mengenakan gaun seindah itu hanya untuk menikmati hatinya yang patah perlahan-lahan.

"Apa harus aku berdandan seperti ini? Aku rasa ini terlalu berlebihan, aku terlihat aneh." Ariana mengalihkan matanya kepada Jane yang sedang tersenyum puas melihat penampilan Ariana yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.

"Jangan bicara seperti itu, kamu cantik kok. Aku sampai pangling setelah mendandani kamu tadi, kamu terlihat seperti seorang putri dalam cerita dongeng," puji Jane sambil menyentuh bahu Ariana yang terbuka.

"Sayangnya kisah cintaku tidak seindah cerita cinta dalam dongeng."

"Sudahlah, tidak ada gunanya memikirkan kisah cinta orang lain. Sekarang kamu harus memikirkan bagaimana membuat kisah cintamu sendiri." Jane tersenyum lalu sedikit merapikan tatanan rambut Ariana yang hanya ia ikat setengah namun tetap terlihat indah. "Ayo kita berangkat sebelum terlambat."

Jane mulai melangkah dan mengambil tas pestanya, berbeda dengan Ariana yang hanya diam di tempat tanpa bergerak sedikitpun. "Ada apa?" tanya Jane bingung.

"Aku takut."

"Hei, kamu ini yang benar saja!" ucap Jane sambil menjitak jidat Ariana. "Kamu kan wanita yang berani, masa seperti ini aja kamu takut! Ayo!" Jane segera menarik tangan Ariana secara paksa keluar dari rumah megahnya.

"Jane," panggil Ariana sebelum mereka masuk ke dalam mobil.

Akibatnya Jane menghentikan langkahnya sesaat. "Kenapa?"

"Perasaan aku gak enak, kamu beneran Jane, kan? Atau roh halus yang menyamar jadi Jane? Jangan-jangan semua ini cuma halusinasi aku aja," tanya Ariana dengan polosnya.

"Kamu mau dicubit atau dijitak?" Jane menatap Ariana gemas.

Ariana terkikik sambil mencubit kedua pipi sahabatnya itu. "Aku maunya dianterin pulang, bisa gak?"

"Gak bisa, Ariana. Kamu ini sukanya nawar aja, nanti kalau suami kamu aku tawarin ke orang lain mau?"

"Ih kok jadi ngancem sih? Biarin! Lagian aku gak punya suami!" balas Ariana.

"Ya udah, tunggu ucapanku!"

"Ga mau ah! Capek nunggu, aku aja yang udah nunggu 10 tahun sampai hampir basi gini tetap aja ditinggalin," jawab Ariana sambil menghela napas.

"Aduh sahabatku ini baperan ya ternyata, udah ya sayang ayo kita masuk," ujar Jane sambil mengedipkan matanya berulang kali.

Sayangnya Ariana bukanlah wanita jadi-jadian, jadi ia tidak tertarik dengan rayuan buaya Jane. "Aduh. punya sahabat kok maksa banget ya jadi orang," keluh Ariana lalu masuk ke dalam mobil Jane.

Jane segera melajukan mobil warna merah darahnya, mobil itu membelah jalanan ibu kota yang tak terlalu padat. Sepertinya semua orang sedang sibuk menonton acara siaran langsung pesta pernikahan Damian di televisi. Ariana menghela napas sambil menatap jalanan di sampingnya.

Katakan padaku kalau aku memang gila, Tuhan. Kenapa Kau memberiku perasaan aneh seperti ini? Kenapa aku harus jatuh cinta pada pria yang tidak bisa mencintaiku juga? batin Ariana.

"Kamu tau, Ana? Tadi Rafael nyuruh aku untuk ngurung kamu di kamar supaya kamu gak datang ke acara pernikahan mantan calon suamimu ini," ujar Jane menarik perhatian Ariana.

DamiAna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang