Part 34

29.7K 1.6K 15
                                    

"Ariana kesayangan mama! Ini udah jam tujuh!" teriak Agnes sambil memukul pantat penggorengan dengan spatulanya. "Aduh ini anak kayaknya udah lama gak bersihin kuping ya, masa dari tadi dipanggilin gak bangun-bangun."

Sebuah ide jahil tiba-tiba terlintas di pikiran Agnes. Wanita itu segera mendekat ke arah Ariana, tak lupa ia membawa penggorengannya. Ia meletakkan penggorengan itu hanya beberapa senti dari kepala Ariana.

"Ariana! Damian dateng nih! Katanya mau ngelamar kamu!"

Mata Ariana tiba-tiba terbuka lebar, ia segera bangkit duduk dengan gesitnya. Tindakan spontannya itu membuat kepalanya menghantam penggorengan dengan cantiknya.

"Ya ampun, Ma. Ariana kan anak mama, kok malah dikerjain sih?!"

"Ya siapa bilang kamu anaknya tetangga? Udah sana mandi, udah jam tujuh." Mata Ariana terbuka lebih lebar setelah mendengar perkataan Agnes.

Ariana segera melompat turun dari tempat tidurnya sehingga menimbulkan decitan yang sedikit nyaring. Ia berlari ke arah lemari lalu akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.

Agnes menggeleng sambil tertawa. "Gak beda jauh sama mama dulu," akunya sambil bangkit berdiri dan melangkah ke arah nakas di dekat jendela yang berada di sisi kanan tempat tidur Ariana.

Di sana ada foto seorang anak wanita yang sedang mengenakan topi berwarna cream dengan rambut kecokelatan yang dikepang dua. Anak itu menatap ke arah kamera tanpa tersenyum. Agnes mengambil foto itu dan mengusap tepat di bagian wajah foto itu.

"Mungkin Ariana tidak akan pernah tahu tentang kamu," ucapnya dengan mata berkaca-kaca. "Selama ini mama sengaja mengatakan pada Ariana bahwa kamu adalah sosok Ariana saat kecil."

Air mata Agnes mulai menetes. Ia memeluk pigura foto itu. "Mama sangat menyayangimu, kamu tahukan itu, Hana? Mama benar-benar gak pernah bermaksud untuk menitipkan kamu di panti asuhan kala itu, mama hanya tidak memiliki pilihan lain."

"Mama gak tahu di mana kamu berada saat ini, Mama cuma berharap kalau kita semua dapat berkumpul lagi seperti yang seharusnya terjadi." Agnes menghapus air matanya dan meletakkan pigura itu kembali ke tempatnya.

"Mama ingin kamu tersenyum seperti Ariana tersenyum. Karena selama kamu berada di samping mama, kamu tidak pernah tersenyum. Maafkan mama karena tidak bisa membahagiakan kamu, Nak."

Agnes melangkah keluar dari kamar Ariana sambil terus menghapus air matanya. Sudah bertahun-tahun lamanya ia kehilangan salah satu anaknya itu, sudah bertahun-tahun juga ia berdoa agar bisa dipertemukan kembali dengannya. Tapi Tuhan belum juga mengabulkannya.

Ariana melangkah menuju pigura foto itu dengan wajah yang masih basah sehabis mandi. Wanita itu sudah mengenakan pakaian basket berwarna hitam dengan nomor punggung 1, sebagai tanda bahwa ia adalah ketua tim.

"Aku tahu ini bukan hanya salah mama, ini juga salahku. Aku yang membuat mama harus memilih antara kamu atau aku," ucapnya sambil mengelus foto itu.

Ia sudah curiga sejak lama dengan foto itu dan sekarang ia dapat mendengar fakta tentang foto itu langsung dari bibir ibu kandungnya. "Aku tahu kamu bukanlah aku, karena aku selalu tersenyum sedangkan kamu tidak."

"Itu karena aku, kan? Aku mengingat segalanya sekarang, Hana. Aku ingat saat kamu rela dipukuli dengan sapu oleh papa karena kesalahanku. "Ariana menarik napas panjang lalu menghembuskannya lagi. "Aku sadar aku ini sangat jahat."

"Dulu aku yang menjadi putri kesayangan mama dan papa sehingga mama memutuskan untuk menitipkan kamu di panti asuhan. Aku yakin itu sebabnya kamu tidak bisa tersenyum. Dan saat ini malah aku berusaha untuk merampas senyuman kamu lagi dengan mencintai Damian."

DamiAna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang