Part 32

31.8K 1.7K 34
                                    

"Ana, udah bangun belum?" teriak Agnes dari dapur yang berjarak tujuh meter dari kamar Ariana.

Ariana merenggangkan tubuhnya dan kembali bergelung di dalam selimutnya.

"Ariana! Alexis! Skyler! Ayo buruan bangun nanti telat kuliahnya!" Suara Agnes terdengar semakin keras karena wanita itu mulai melangkah mendekati kamar Ariana.

Ia membuka pintu kamar Ariana dan terbelalak saat melihat anak wanitanya itu masih menikmati kegiatan tidurnya. "Ya Tuhan, Ariana!  Berapa kali lagi mama harus teriak-teriak bangunin kamu?" omel Agnes.

"Sepuluh menit lagi ya, Ma," ujar Ariana tanpa berniat membuka matanya.

Agnes bertolak pinggang sambil menatap Ariana garang. "Gak ada 10 menit, Ariana! Cepetan bangun," ucap Agnes, kali ini sambil mengguncang-guncangkan tubuh Ariana.

"Ya udah lima menit."

"Gak!"

"Tiga menit."

"Nggak, Ariana!" teriak Agnes frustasi.

"Satu menit," ucap Ariana sambil mengangkat jari telunjuknya di udara.

Karena kesal Agnes langsung menarik kaki Ariana hingga wanita itu terjatuh dari kasurnya. "Emang kamu kira mama ini tukang sayur di pasar yang bisa ditawar-tawar? Udah buruan mandi abis itu makan, kalau nggak nanti kamu mati loh," ucap Agnes sambil terkikik melihat Ariana yang berdecak kesal karena kegiatan tidur berharganya diganggu.

"Mama mah jahat!" balas Ariana sambil menyerucutkan bibirnya. Ia melangkah naik ke atas tempat tidurnya lalu menengadahkan kepalanya ke langit-langit kamarnya.

"Kok Damiannya gak ada?" tanya Ariana dengan dahi berkerut. Seharusnya ada foto Damian di situ, tetapi sekarang langit kamarnya benar-benar merasa kosong. Selama ini hanya foto-foto itu yang bisa membuat Ariana bersemangat menjalani hari tanpa Damian, tapi sekarang harapan terakhirnya hilang.

"Rafael yang membuangnya, dia bilang dia gak suka lihat foto itu," jawab Agnes sambil menarik Ariana agar tidak berdiri di atas tempat tidurnya lagi.

"Yah! Kok Mama biarin sih? Itu kan punya Ariana," ucap Ariana sedih.

"Ya gak apa-apalah, Ariana. Lagipula kamu juga sebentar lagi akan menikah dengan Rafael, gak pantes loh kalau kamu masih menyimpan foto pria lain," jawab Agnes membuat Ariana sedikit terkejut.

"Menikah? Aku? Sama siapa?"

"Ya iyalah kamu, mama kan cuma punya satu anak perempuan yang sebentar lagi akan menikah dengan Rafael."

"Mama bohong, kan? Ariana gak pernah setuju untuk menikah dengan Rafael."

Agnes mengusap puncak kepala Ariana. "Dengan kamu menyetujui perjodohan antara kamu dengan Rafael, itu berarti kamu setuju untuk menikah dengannya."

"Apa?!"

"Sudahlah, Ariana. Lagipula kamu sudah cukup umur untuk menikah, Mama juga udah gak sabar mau punya cucu. Rafael orangnya baik kok, Mama percaya sama dia."

"Ya tapi—"

"Udah-udah kita bahas hal ini nanti ya, lebih baik kamu siap-siap sekarang." Agnes meninggalkan kamar putrinya, meninggalkan Ariana dengan perasaan gelisah yang meliputi hati dan pikirannya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Ariana menggigit bibirnya dan meringis akibat perbuatannya sendiri.

*****

Setelah mengikuti beberapa kelas kuliah, akhirnya jam kuliah Ariana hari ini selesai. Ia melirik ke arah Jane yang sedang menatap ponselnya sebal. "Kenapa sih, Jane? Perasaan dari kemarin marah-marah mulu, nanti cepet bertelur loh!"

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now