Part 8

36.5K 2.1K 19
                                    

Hari ini Ariana lebih memilih bangun pagi walaupun pilihan untuk kembali tidur dan berpelukan dengan selimut jauh lebih menarik apalagi saat ini hujan sedang turun mengguyur bumi. Ariana bangkit duduk dan terkejut saat menemukan Damian sedang tidur di sampingnya.

"Aaa!!" teriaknya sambil mencoba melepaskan tangan Damian yang dengan lancangnya melingkar di perutnya.

Namun Damian tak bergeming sedikitpun. "Tidurlah, ini masih pagi," ucap Damian dengan suara seraknya.

"Siapa yang mengijinkanmu tidur di sini?" Ariana berusaha melepaskan tangan Damian kembali. Namun pria itu malah sengaja menariknya agar kembali berbaring.

"Aku lelah, semalam aku begadang hanya untuk mengompres kakimu itu. Apa kau tidak kasihan kepadaku?" ujar Damian tetap memejamkan matanya.

Ariana sempat tertegun mendengar ucapan Damian, tapi ia sadar ia tidak boleh hanyut oleh perhatian pria itu. "Aku tidak memintamu untuk melakukannya, jadi itu salahmu sendiri dan aku tidak kasihan."

Namun tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Damian, sepertinya pria itu kembali tertidur.

Ariana menghela napas dan segera melepaskan diri dari pelukan Damian, sepertinya Damian benar-benar tertidur karena pria itu sama sekali tidak menahannya. Ariana menatap kakinya yang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Terima kasih. Ia memang tidak bisa mengucapkan kata itu secara langsung karena ia tidak ingin pria itu berkorban lagi untuknya. Namun ia masih memiliki hati yang mudah tersentuh oleh ketulusan Damian, walaupun semua perhatian itu sebenarnya bukan untuknya.

Ia segera beranjak dari kasurnya dan pergi ke dapur. Rencananya hari ini ia akan membuat sebuah kejutan untuk Damian. Ia memasak sebuah omelet lengkap dengan bawang merah, bawang putih, bawang bombay, dan jahe yang sudah ia iris tipis-tipis. Ia tersenyum melihat hasil masakannya itu.

Tiba-tiba ia merasakan sebuah pelukan pada perutnya, Damian menyandarkan dagunya pada bahu Ariana. "Aku lapar," ucap Damian layaknya seorang anak kecil.

"Duduklah di mejamu, aku akan menyiapkan makanan untukmu," perintah Ariana tanpa ekspresi apapun.

Damian mencium pipi Ariana dan segera melangkah duduk di meja makan. Ariana menutup mulutnya agar suara tawanya tak terdengar oleh Damian, ia tak bisa membayangkan ekspresi pria itu saat memakan omelet buatannya. Tak lupa ia menambahkan garam ke dalam omeletnya itu.

Ariana segera memindahkan omelet itu ke atas sebuah piring yang sudah berisi nasi. Selanjutnya, ia membawa piring tersebut ke meja makan dan duduk di samping Damian.

"Kamu gak makan juga?"

"Tidak, aku belum lapar." Ariana menopang dagunya dengan sebelah tangannya. Ia terus mengamati wajah Damian yang sepertinya sedang kelaparan. Damian segera menyendokkan makanan itu ke dalam mulutnya tanpa rasa curiga.

Ariana tersenyum saat melihat dahi Damian mengkerut saat satu sendok nasi dan omelet masuk ke dalam mulutnya. "Bagaimana? Enak kan?" tanya Ariana sambil terkikik kecil.

Damian mengangguk dan kembali melanjutkan kegiatan makannya. Ariana terus mengamati bagaimana pria itu makan dengan lahap, walaupun sebenarnya ia bingung. Bukankah Damian tidak suka dengan bawang dan jahe?

"Ini enak sekali," ucap Damian dengan mata berbinar.

Ariana melongo melihat piring yang tadinya terisi penuh kini telah kosong. "Kau menyukainya?" tanya Ariana.

"Ya, ini kan masakan istriku, jadi aku menyukainya." Damian menarik kursi Ariana agar mendekat ke arahnya.

Yah gagal deh, Ariana sambil menghela napas kesal. Padahal ia kira rencananya kali ini akan membuahkan hasil.

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now