Part 47

32.4K 1.7K 85
                                    

"Tolong berhenti, aku tidak bisa melakukan pernikahan ini," ucap Ariana sambil menghapus air matanya.

Pria yang sedang menyetir itu hanya tersenyum miring tanpa berniat menghentikan mobilnya. Dia semakin menekan gasnya.

"Kenapa tidak berhenti?" tanya Ariana bingung.

"Aku akan tetap mengantarkanmu ke pernikahan itu."

"Tidak, aku mohon jangan bawa aku ke sana. Aku mohon turunkan aku di sini," pinta Ariana dengan tatapan memelas. "Kalau aku pergi ke sana, aku pasti akan dipaksa untuk menikah. Aku gak mau!"

Pria yang mengemudi itu terus melajukan mobilnya tanpa mendengarkan permintaan Ariana.

"Jangan lakukan ini, aku mohon." Ariana mengguncang bahu pria di depannya, namun pria itu tidak mempedulikannya.

"Maaf, tapi ini demi kebaikanmu."

Dan akhirnya mobil mereka sampai di depan gereja yang sudah dipadati oleh orang banyak. Gereja itu begitu indah, dengan gaya Eropa klasik yang begitu kental. Tetapi Ariana tidak ingin masuk ke dalam sana, karena ia tidak mau membuat janji yang tidak dapat ia pertanggungjawabkan kelak. Ariana menggeleng sambil terus menyeka air matanya.

Pria itu keluar dari mobil dan segera membuka pintu Ariana agar wanita itu keluar.

Ariana menggeleng dan duduk menjauh dari jangkauan pria itu. "Aku gak mau!" isak Ariana histeris.

"Percayalah kepadaku, kamu tidak akan dipaksa untuk menikah kali ini." Pria itu tersenyum lembut.

Ariana menggeleng. "Aku gak mau, mereka pasti akan memaksaku. Aku gak bisa menikah dengan Rafael."

"Ariana," panggil seseorang yang begitu dikenal oleh Ariana. Wanita paruh baya itu mendorong pria yang tadi membujuk Ariana untuk turun dan mengambil posisi di depan pintu. "Ayo keluar, acaranya akan segera di mulai." Agnes mengulurkan tangannya.

Ariana terus menggeleng, tetapi tatapan Agnes membuat nyalinya kian menciut. Bagaimanapun juga Agnes adalah wanita yang telah melahirkan dan merawatnya, ia tidak bisa melawan ibunya sendiri.

Dengan terpaksa, Ariana menerima uluran tangan Agnes dan melangkah keluar. Udara sejuk langsung menghantam kulit terbukanya membuat ia sedikit menggigil. Ia menengadahkan kepalanya ke atas langit yang mendung seolah ikut merasakan kesedihan hatinya.

Aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak aku cintai, Tuhan. Bisakah Engkau menyatukan takdirku dengan takdir pria yang aku cintai sekalipun itu terdengar mustahil?

"Rivanno yang akan mengantarkanmu ke depan altar," jelas Agnes sambil mengisyaratkan Rivanno untuk menghampiri mereka.

Rivanno telah siap dengan kemeja putihnya yang dibalut dengan tuxedo hitam. Pria itu terlihat tampan, apalagi saat sedang tersenyum kepada Ariana. Senyum itulah yang membuat Ariana selalu merasa aman saat bersama dengan kakaknya.

Rivanno segera menggenggam tangan Ariana, sementara Agnes berjalan memasuki gereja untuk bercengkerama dengan teman-temannya.

"Tolong batalkan pernikahan ini, Kak."

Rivanno memegang kedua bahu adiknya dan menatapnya seraya tersenyum. "Tenang saja, aku akan menjagamu. Mereka tidak bisa memaksamu lagi. Tetapi karena kamu sudah berjanji untuk melakukan pernikahan ini, kita harus menjelaskannya di depan banyak orang."

"Hana pasti akan marah kepadaku, Mama juga. Aku gak bisa," ujar Ariana takut.

"Aku gak akan membiarkan mereka menentukan jalan hidup kamu lagi, kamu berhak memilih jalan yang akan kamu tempuh." Rivanno merengkuh Ariana ke dalam pelukannya. Ia begitu menyayangi Ariana dengan sepenuh hatinya dan ia ingin Ariana bahagia.

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now