Part 22

28.9K 1.5K 38
                                    

Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan itu, orang itu adalah orang suruhan Selena yang mengenakan penutup wajah sejak awal berada di tempat itu. Rivanno dan Damian langsung bersiap-siap untuk menerima serangan sekalipun tubuh mereka penuh dengan luka.

Sosok misterius itu membuka penutup wajahnya dan tersenyum lebar pada Damian dan Rivanno. Damian dan Rivanno saling menatap bingung satu sama lain. "Nathan?" gumam mereka bersamaan.

Nathan segera menarik Ariana yang masih berusaha memecahkan kaca jendela. Tentu saja wanita itu tidak cukup kuat, mengingat berbagai luka yang diterimanya hari ini, pasti tenaga wanita itu sudah terkuras habis. Nathan segera mengambil sebuah kunci dari mulutnya dan berusaha membuka bom itu. Angka pada bom itu terus menghitung mundur, namun Nathan terlihat tidak panik sama sekali. Berbeda dengan Ariana yang terus bergerak gelisah.

"Apa ini akan berhasil?" tanya Ariana.

Nathan dapat melihat keringat yang terus mengalir pada wajah wanita itu. "Tenang aja," balas Nathan dengan santai. Dalam beberapa detik pria itu berhasil melepaskan bom tersebut.

"Sekarang menjauhlah dari jendela," ucap Nathan sambil bersiap-siap melempar bom itu. Damian, Rivanno, dan Ariana segera menuruti perkataan Nathan.

Nathan langsung melemparkan bom itu sehingga meluncur kencang dan memecahkan kaca jendela. Bom itu meledak di udara sebelum akhirnya jatuh ke laut yang cukup dalam. Damian terus memeluk Ariana sambil menutup telinga wanita itu.

"Apa kita sudah mati?" Ariana terus menutup matanya.

Damian tersenyum pada Rivanno dan Nathan. Rivanno kini menghampiri Ariana dan mengelus rambut wanita itu. "Semua sudah berakhir." Rivanno menerima uluran tangan Nathan yang membantunya untuk bangkit berdiri.

"You can open your eyes, everything is fine now," bisik Damian lembut.

Ariana segera membuka matanya perlahan, yang pertama yang ia lihat adalah wajah Damian yang berlumuran darah. Ariana segera menyentuh wajah pria itu. "Kau baik-baik saja?"

"Aku cemburu kau hanya menanyakan itu pada Damian," tutur Rivanno membuat Ariana sontak mengalihkan tatapannya ke arah kakaknya.

Ariana malah tertawa. "Aku senang kalian baik-baik saja." Ariana tersenyun haru.

"Ini semua karenamu, Hana. Kamu adalah wanita paling berani yang aku kenal." Damian menuntun Ariana untuk bangkit berdiri.

"Mungkin maksudmu adikku ini adalah wanita paling ceroboh yang kau kenal. Aku benar, kan?" Rivanno menjitak kepala Ariana sehingga wanita itu meringis sebal.

"Aduh, Kakak! Sakit tahu!" Ariana memanyunkan bibirnya.

Rivanno kembali menjitak kepala Ariana seolah tak puas dengan aksi pertamanya. "Siapa suruh langsung jalankan rencana tanpa memberitahu kami? Kau tahu! Itu adalah pelaksanaan misi terburuk yang pernah aku lihat!"

"Sudahlah, Vanno. Kenapa kau senang sekali mengomeli adikmu yang cantik ini? Ah ya, dia juga adalah istriku, jadi kau tidak boleh memarahinya seperti itu." Damian tersenyum lalu mengelus kepala Ariana.

"Tuh, Kak! Belajar dari Damian! Biar gak jomblo terus!" sindir Ariana membuat Rivanno berpura-pura merasa tersudutkan.

"Biarin jomblo, yang penting ganteng," balas Rivanno sambil melirik Nathan.

"Iya-iya, gue tahu gue ganteng. Jadi jangan lupakan jasa gue hari ini ya." Nathan menepuk bahu Damian seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Oh iya, ngomong-ngomong bagaimana kau bisa mendapatkan kunci itu?" tanya Damian penasaran.

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now