Part 46

33.8K 1.6K 58
                                    

Damian berjalan tanpa tenaga menuju mobilnya, telah pupus harapannya untuk menggagalkan pernikahan Ariana. Ia sudah melakukan segalanya, ia bahkan sudah membongkar identitas aslinya yang seharusnya ia rahasiakan.

"Azkariel," panggil seseorang membuat Damian sontak menoleh. Ia menatap sosok di sampingnya itu dengan sedikit waspada karena orang itu nampak asing di matanya.

"Kamu siapa?" tanya Damian.

"Ikut aku," ucapnya sambil berjalan mendahului Damian menuju sebuah gudang di dekat tempat pemakaman itu.

Damian merasa curiga, tetapi ia menepiskan perasaannya itu. Ia memilih untuk mengikuti kata hatinya yang menyuruhnya untuk mengikuti orang itu.

Sampai di dalam gudang, Damian langsung takjub melihat bagian dalam gudang itu yang sudah di sulap seperti layaknya sebuah rumah. Orang yang membawa Damian itu langsung melepaskan topi yang menghalangi wajahnya.

Kali ini Damian benar-benar yakin kalau ia tidak pernah mengenal pria itu. "Siapa kamu sebenarnya? Apa kamu mengenalku?"

"Sangat," jawab pria itu sambil tersenyum. Ia menuangkan kopi dari teko tanah liat ke dalam cangkir dan memberikannya kepada Damian.

Untuk sepersekian detik Damian berhasil menatap ke dalam mata pria asing itu yang mampu membuat hatinya bergetar. Rambut pria itu pirang dan menyentuh bahu, kulitnya kuning langsat kontras dengan jaket hitam yang ia sedang kenakan.

"Kenapa kamu berada di tempat itu malam-malam?" tanya pria itu sambil menyeruput tehnya sendiri.

"Ada sesuatu yang harus aku urus," jawab Damian. Ia berjalan menyusuri setiap sisi tembok ruangan itu yang ditempeli oleh koran-koran edisi lama maupun terbaru.

Dan yang membuat Damian terkejut adalah...

"Kenapa kamu menyimpan semua koran tentang aku?" tanya Damian sambil menatap orang itu tajam.

"Tenanglah, aku bukanlah seorang penguntit ataupun mata-mata. Aku tidak akan melukai kamu."

"Lalu kenapa harus berita tentangku yang kamu tempel di seluruh tembokmu?"

"Jangan seperti itu, Azka. Kita sama-sama tahu kalau orang yang ada di berita itu bukan kamu," balas orang asing itu membuat Damian membeku.

"Apa maksudmu? Siapa kamu sebenarnya?"

"Jadi kamu masih belum mengenali aku juga? Ah ya... pasti karena penampilanku yang jauh berubah ya?" tanya pria itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Damian mencoba mencari tahu tentang pria itu dari ciri tubuhnya, tetapi hasilnya nihil. Ia sama sekali tidak tahu siapa orang itu.

"Aku adalah orang yang tidak terlalu dekat denganmu sejak kecil."

"Jangan banyak basa-basi, katakan yang sebenarnya!"

"Well, mungkin setelah melihat ini kamu akan tahu yang sebenarnya," ucap pria itu sambil menggulung jaketnya hingga ke siku.

Dan kini Damian dapat melihat bekas luka bakar yang sudah menyatu dengan kulit. "Luka ini aku dapatkan sembilan tahun yang lalu," ujarnya.

"Ini tidak mungkin," ucap Damian dengan mata berkaca-kaca.

"Itu mungkin saja terjadi, keajaiban masih ada bukan?"

"Tidak, kamu tetap tidak mungkin adalah orang itu," tegas Damian sambil membalikkan badannya hendak pergi.

"Apa lagi yang harus aku buktikan, Azka? Bukannya kita satu darah? Seharusnya kamu mengenalku."

Damian membalikkan badannya dan melempar cangkir berisi teh ke lantai hingga hancur berantakan. "Berhenti berbohong, jangan pernah mempermainkanku! Kakakku tidak sepertimu, ia memiliki rambut, mata, hidung, dan bibir yang sama denganku, karena kami kembar. Dan semua itu tidak ada padamu!"

DamiAna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang