Part 28

29K 1.5K 32
                                    

Dengan gemetar Ariana menggerakkan tangannya membuka pintu berwarna abu-abu itu. Udara dingin yang berasal dari pendingin ruangan langsung menyengat kulitnya. Sebenarnya matanya sudah sangat lelah saat ini, tapi tiba-tiba Hana memintanya untuk datang. Katanya ada sesuatu yang ingin Hana sampaikan kepadanya. Itu sebabnya Ariana memutuskan untuk datang.

"Akhirnya kau datang juga," ucap Hana sambil tersenyum. Wanita itu masih terbaring di atas ranjang, kepalanya dibalut dengan perban putih steril dengan bentuk melingkar.

"Aku senang kau sudah sadar, bagaimana keadaanmu setelah operasi?" Ariana berdiri di samping tubuh Damian. Pria itu tertidur dengan begitu lelap hingga tidak menyadari perbincangan mereka.

"Sangat baik, walaupun masih sedikit pusing. Aku begitu senang karena bisa bertemu dengan Damian lagi." Wajah Hana berseri saat mengucapkan itu. "Sekarang sudah tak ada lagi yang bisa memisahkan kami," lanjutnya sambil menggenggam tangan Damian.

Ariana buru-buru menyeka air matanya yang hampir jatuh. "Aku akan selalu berdoa agar hidup kalian bahagia," balas Ariana.

"Kamu juga. Lanjutkanlah kuliahmu dan raihlah cita-citamu, aku yakin suatu saat nanti kamu juga akan menikah sama sepertiku, tapi untuk sekarang kamu harus belajar dengan giat," pesan Hana.

Ariana tertawa mendengar ucapan Hana. "Aku cemburu kepadamu. Kau sudah tak perlu lagi belajar dan memikirkan masa depanmu, kau memiliki suami yang sangat tampan dan berkecukupan. Dan yang paling penting kau memiliki suami yang sangat mencintaimu," sahut Ariana sambil tersenyum hambar. Semua kata-katanya memang benar, namun semua itu tidak bisa diterima oleh hatinya sendiri.

"Kamu akan merasakannya juga suatu saat nanti, makanya kamu harus mulai mencari pacar," canda Hana. "Pasti di tempat kuliah banyak cowok ganteng, kamu harus deketin salah satu dari mereka."

Ariana tersenyum mendengar saran Hana yang sama sekali tak pernah terlintas dalam pikirannya. "Oh iya, apa yang ingin kau beritahu kepadaku?"

Tatapan Hana yang ceria berubah menjadi sendu seketika. Ariana dapat melihat binar pada mata Hana lenyap. Wanita itu melepaskan tangan Damian dan menggenggam tangan Ariana. "Aku sedih karena harus berpisah dengan Mama lagi," ucapnya dengan mata berkaca-kaca. "Kami baru sebulan bersama, tapi sekarang aku sudah harus meninggalkannya lagi."

"Jangan khawatir, Hana. Kau bisa datang kapan pun jika kau mau, aku yakin mama akan sangat senang setelah mengetahui identitas kamu yang sebenarnya."

"Mungkin kau benar, tapi ada satu hal yang mengganjal di pikiranku," ungkap Hana.

Ariana menaikkan sebelah alisnya dan mencoba menebak perkataan Hana selanjutnya.

"Mama tidak akan menyukai Damian," jawabnya membuat Ariana beralih menatap pria di sampingnya.

"Memangnya kenapa? Bukankah Damian sempurna? Dia memiliki segalanya yang tidak orang lain miliki. Wajah tampan, harta berlimpah, dan popularitas yang tinggi."

Hana menarik napas panjang, seolah siap mengeluarkan sebuah bom besar yang akan meledakkan siapa saja yang mendengarnya. "Kau ingat dengan peristiwa pembunuhan 10 tahun yang lalu?"

Ariana mengangguk, tentu ia mengingatnya. Karena tepat saat itu ayahnya menghembuskan napas terakhirnya. Saat-saat itu adalah saat-saat yang sulit bagi keluarganya.

"Damian ada hubungannya dengan peristiwa itu," lanjut Hana membuat Ariana tersentak. Hana tersenyum pedih ke arah Damian.

"Aku baru mengetahuinya kemarin, aku melihat koran-koran lama yang disimpan Mama di lemarinya. Di sana wajah Damian terlihat jelas. Aku juga menemukan surat perjanjian tertulis di mana mama bersedia untuk tidak menuntut Damian atas peristiwa pembunuhan itu dan Damian berjanji memberinya sejumlah uang."

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now