Part 36

29.1K 1.6K 62
                                    

Damian menghembuskan napas kasar saat suara peluit mulai terdengar bersamaan dengan suara riuh penonton yang memenuhi ruangan itu. Mata pria itu sedikit berbinar kala menatap bola basket yang berada di tangannya, rasanya ada sebuah ikatan yang tak bisa memisahkannya dari bola itu.

"Let's make history!" bisik Nathan.

Damian mengangguk dan mulai melempar bola tersebut ke arah Edwin, teman satu timnya yang berbadan besar namun lincah. Edwin membawa bola tersebut dengan penuh konsentrasi, namun beberapa pemain dari tim lawan mulai mengerubuninya. Jadi ia memutuskan untuk melemparkannya kembali kepada Damian, pria itu langsung mengambil kesempatan itu untuk memasukkan bola ke dalam ring.

Suara sorakan dari penonton kembali terdengar hingga terdengar sampai luar tempat tersebut. Damian tersenyum sambil melirik ke arah Ariana yang sedang duduk dan memperhatikannya dengan begitu serius. Ia tersenyum menyadari bahwa pasti Ariana sedang berusaha mencari kesalahannya.

"Fokus, Bro!" ucap Alexander menyadarkan Damian dari lamunannya.

Damian mengangguk dan kembali masuk ke dalam permainan. Alexander memantulkan bolanya dan mengopernya kepada Nathan, dengan cepat ia masukkan bola tersebut ke dalam ring. Ariana sedikit tidak percaya melihatnya, tapi semua yang ia lihat saat ini begitu nyata. Ia tidak menyangka kalau selama ini ia benar-benar berada di dekat para pemain basket yang mengagumkan.

"Aku gak nyangka kalau si pengkhianat akan kembali datang," ucap seseorang yang tiba-tiba berada di samping Ariana.

Ariana sontak menoleh dan mendapati seorang wanita yang memiliki wajah sama sepertinya. Namun tak bisa ia pungkiri, wanita itu jauh lebih menawan.

"Aku kira kamu benar-benar akan melupakan Damian, ternyata aku salah." Hana melipat kedua tangannya di depan perut. "Kamu memang gak pantas jadi saudaraku, mana ada saudara yang mencintai suami saudaranya sendiri?!"

Ariana memilih untuk bungkam, ia tidak bisa menjawab ucapan Hana. Walau bagaimana pun juga apa yang diucapkan Hana itu benar, tidak seharusnya ia masih mengharapkan pria itu. Lagipula siapa dia sehingga memiliki mimpi seperti itu?

"Kamu mengikuti pertandingan ini karena ingin bertemu Damian, kan?! Sampai kapan kamu terus mencoba untuk menggoda suamiku? Apa kamu serendah itu?"

"Cukup, Hana!" Ariana mengepalkan jemarinya kuat sambil menatap tajam saudaranya. "Aku tidak bertanding karena ingin bertemu dengan Damian. Aku juga tidak berusaha menggodanya, jadi kamu tidak perlu khawatir."

Hana tertawa sinis. "Aku gak akan pernah percaya dengan semua yang kamu katakan. Jika memang itu benar, buktikan! Buktikan kalau kamu bukanlah seorang wanita murahan yang menggoda suami orang lain!"

Ariana menghela napas, berusaha mengendalikan emosinya. "Aku akan melakukannya."

Suara peluit panjang mulai terdengar. Sontak Ariana memalingkan wajahnya ke arah sebuah layar besar di hadapannya. Tim Damian berhasil memenangkan pertandingan ini. Ada rasa bahagia membuncah dalam dadanya. Ariana kini kembali melihat Damian yang sedang tersenyum sambil menyalami lawan-lawannya. Dan pria itu pun akhirnya menatap Ariana dengan binar kebahagiaan. Namun semua itu sirna saat ia menyadari keberadaan seorang wanita lain di samping Ariana.

Ariana dapat merasakan kursinya sedikit bergetar saat Hana mulai meninggalkan kursi tersebut. Wanita itu berlari ke arah Damian dan segera memeluk pria itu. Pemandangan yang begitu indah, namun sekaligus menyakitkan bagi Ariana.

"Aku begitu khawatir saat tahu kalau kamu main basket lagi. Kenapa kamu melakukannya, Sayang?" Hana menatap Damian dengan raut wajah khawatir.

"Kamu tahu, kan? Basket is my life, I can't live without it," balas Damian malas.

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now