Part 21

28.2K 1.4K 29
                                    

Sebuah hantaman pada lengan Ariana membuat wanita itu mau tak mau harus membuka matanya. Ia meringis saat rasa perih terasa menyengat kulitnya. Mulut wanita itu ditutup oleh lakban hitam, sedangkan kaki dan tangannya diikat pada sebuah kursi kayu. Udara yang berdebu membuat dadanya terasa sedikit sesak saat bernapas.

Ariana mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, ada sekitar tiga orang pria yang sedang menatapnya ganas. Pria-pria itu adalah pria yang tadi melarikan diri dari pertarungan di dekat hotel, Ariana jadi ingin tertawa mengingat wajah ketakutan orang-orang itu tadi.

Ariana segera mencoba untuk berbicara agar orang-orang itu mau membuka lakbannya, inilah saatnya ia memancing orang-orang itu untuk bicara. Namun tak sesuai harapannya, orang-orang itu sama sekali tidak berniat untuk membantunya. Malah mereka kini mulai mengangkat sebuah tongkat dari kayu dan bersiap-siap untuk memukul Ariana dengan benda itu.

Ariana hanya mampu memejamkan mata saat kayu-kayu itu berhasil mengenai tubuhnya. Ariana mulai terisak karena rasa sakit bertubi-tubi yang menyiksa tubuhnya. Namun sebuah suara membuat tangis Ariana berhenti seketika.

"Hana, kau mendengar aku?" Suara Damian terdengar begitu kecil. Suara itu berasal dari alat penyadap yang ia letakkan di dekat telinganya. Ariana mulai bersuara berharap pria itu mendengarnya.

"Tenanglah, aku dan Rivanno akan segera menyelamatkanmu. Kami juga akan membawa polisi." Damian menghela napas gusar. Sebenarnya ia sendiri pun tidak bisa tenang sejak tadi.

Ariana tak mampu menyembunyikan senyumannya. Pukulan dari pria-pria itu bahkan sudah tak terasa sakit lagi di tubuhnya.

Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang begitu keras sehingga orang-orang itu berhenti memukul Ariana. Selena berjalan mendekat ke arah Ariana dengan sebuah pisau tajam yang berada di tangannya. Dengan kasar wanita itu membuka lakban yang menutupi mulut Ariana.

Ariana menatap wanita itu tajam seolah tak takut dengan pisau yang wanita itu bawa saat ini.

"Kau cukup berani juga, Hana," tawa Selena meledak melihat luka-luka yang sudah menghiasi tubuh Ariana.

"Tentu! Kenapa aku harus takut dengan wanita lemah sepertimu?" Ariana tak gentar sedikitpun. Ariana melirik ke arah sampingnya, ia menemukan sebuah jendela yang mungkin dapat menjadi jalan keluar satu-satunya bagi dirinya.

Selena meludah ke arah Ariana, Ariana hanya tersenyum tak peduli dengan penghinaan wanita itu. Selena maju beberapa langkah mendekat ke arah Ariana. Wanita itu menarik dagu Ariana ke atas dan berusaha mengintimidasi Ariana dengan tatapan matanya.

"Kau biang apa tadi? Wanita lemah? Apa kau tidak salah bicara?" Kini Selena sambil mendorong kepala Ariana ke belakang hingga menabrak kepala kursi.

Namun Ariana sama sekali tidak meringis. "Aku ragu dengan perkataan Damian yang mengatakan bahwa kau dan Mr. Jason telah membunuh keluarganya. Memangnya sekuat apa kalian? Kau hanyalah wanita lemah yang selalu berlindung di bawah ketiak ayahmu!"

Selena tertawa keras mendengar ucapan Ariana itu. "Beraninya kau!" teriak wanita itu sambil mendorong Ariana sehingga wanita itu terjatuh ke belakang bersama dengan kursi kayunya.

"Kau baik-baik saja, Hana?" tanya Damian terdengar panik. Ariana dapat mendengar suara denyitan ban yang begitu keras setelahnya.

"Kenapa, Selena? Bukankah aku benar?" Ariana tertawa. Ia tidak mempedulikan rasa sakit pada bagian belakang kepalanya yang baru saja menghantam lantai dengan keras.

Selena ikut tertawa. "Sayangnya kau salah, memang akulah yang membunuh kedua orang tua Damian. Kau harus camkan itu baik-baik!"

Ariana terdiam mendengar ucapan wanita itu.

DamiAna [COMPLETED]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum