Part 43

30.4K 1.6K 55
                                    

Langit masih sangat gelap sekalipun ayam sudah mulai berkokok. Udara di tempat itu begitu dingin, bahkan kabut terlihat mengisi kekosongan udara di tempat itu. Namun hal itu tidak dapat menghalangi niat Ariana untuk menjelajahi tempat itu. Ia sangat penasaran dengan kisah masa kecilnya, ia ingin sekali mengingat semuanya lagi.

Ia duduk di atas sebuah batu yang berada di pinggir sungai. Dengan bersemangat, ia mencelupkan kakinya ke dalam air sehingga ia dapat merasakan dinginnnya air tersebut. "Aku masih gak percaya," ucapnya sambil tersenyum sendu.

"Aku gak akan pernah bisa percaya kalau kamu sudah pergi, Azka," lanjutnya dengan suara bergetar. "Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Kau sudah berjanji akan mencariku, kan?"

Ariana kembali menghapus air matanya. Sejak semalam air matanya sering sekali lolos dari matanya, ia sudah berusaha menghentikannya namun tidak bisa. "Apa kamu marah karena aku melupakanmu? Tapi jika itu memang benar seharusnya kamu benci aku saja, tapi jangan pergi sejauh itu."

"Jangan pergi untuk selamanya, Azka. Karena selamanya itu terlalu lama untukku."

"Sepertinya bermain di sungai dipagi hari bukanlah pilihan yang bagus, Ana," ucap seseorang seraya duduk bersisian dengan Ariana.

Ariana menoleh dan menarik napas panjang. "Mau apa lagi? Kamu mau membuat Hana berprasangka buruk lagi?" tanya Ariana sambil memutar bola mata malas. Bohong sekali jika ia malas bertemu dengan pria itu, karena pada kenyataannya ia bahagia setiap kali ia bisa menatap Damian.

"Aku bingung kenapa saudaramu itu mudah sekali cemburu," balas Damian. "Padahal kamu kan adiknya, sudah jelas kita berdua tidak akan bisa bersatu."

"Kalau kamu tahu hal itu, kenapa kamu masih mendekatiku?" sahut Ariana sambil menatap Damian tajam.

"Aku tidak sedang mendekatimu, Ariana. Aku hanya ingin berbicara dengan air sungai," jawab Damian sambil menggerakan tangannya untuk menyentuh air mengalir itu.

Ariana tersenyum sinis. "Kemarin kamu bilang kamu mau bicara sama bintang, sekarang sama air sungai. Kayaknya kamu sedang tidak sehat."

Damian tertawa mendengar ucapan Ariana. "Sebenarnya aku ke sini karena ada seseorang yang menyuruhku," ucap Damian dengan tatapan serius.

"Siapa?" tanya Ariana penasaran.

"Kamu," jawab Damian sambil menampung air dalam telapak tangannya lalu melemparkannya kepada Ariana sehingga baju wanita Ariana basah.

Ariana mengeram kesal dan kembali membalas perbuatan Damian. Namun tanpa sengaja hal itu malah membuat Ariana tergelincir dan tercebur ke dalam sungai. Damian tertawa terbahak-bahak melihat hal itu.

"Awas kamu, Damian! Ada orang kecebur malahan diketawain. Aku doain supaya kamu ikut jatuh." Ariana berdecak kesal.

Damian berjongkok sambil menatap Ariana remeh. "Aku ini anak desa, aku tahu mana batu yang licin dan yang nggak, jadi aku tidak akan tergelincir sepertimu," tutur Damian dengan sombongnya.

Ariana memukul air yang berhasil membuatnya basah kuyup. Damian tersenyum dan hendak bangkit berdiri, namun tanpa diduga-duga ia kehilangan keseimbangannya sehingga ia ikut terjatuh ke dalam sungai.

Kali ini Ariana yang tertawa terbahak-bahak. "Makanya jangan sombong kalau jadi orang!"

Damian menatap Ariana galak. Ariana semakin tertawa, ia memegang perutnya yang mulai terasa sakit akibat terus tertawa.

"Kalau ketawa jangan lama-lama, nanti perutnya meledak," ucap Damian sambil melipat kedua tangannya di depan perut.

"Biarin!" Ariana mengeluarkan lidahnya dan kembali mencipratkan air kepada Damian. "Kena kau!"

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now