Part 23

28.5K 1.4K 37
                                    

Dan akhirnya mereka semua sampai di sebuah hotel megah yang berada dekat dengan pantai. Walaupun mewah, hotel itu terlihat sepi dari pengunjung. Mereka tahu hal itu karena hanya mobil mereka yang terparkir di halaman hotel, entah karena para penghuni hotel tidak mau membayar biaya parkir atau karena tak ada orang yang mau menghuni hotel dengan desain bangunan yang serba kuno itu.

"Yakin nih mau nginep di sini?" Nathan merapatkan jaket abu-abunya. Ia kira udara di mobil yang ber-AC jauh lebih dingin daripada udara di luar, ternyata ia salah karena nyatanya udara di luar jauh lebih dingin daripada di mobil.

"Kita gak punya pilihan lain lagi, hari sudah gelap dan kita semua sudah lelah," balas Rivanno sambil melangkahkan kakinya ke dalam gedung hotel bertingkat 15 itu.

Damian terus menuntun Ariana yang masih dikuasai oleh rasa kantuk. Setelah makan besar tadi siang, Ariana benar-benar merasakan kantuk yang luar biasa. Mungkin itu semua karena efek makanan seafood yang berhasil memenuhi perut ratanya.

Namun saat mereka sudah sampai di dalam, tak ada seorang pun orang di sana. Suara burung hantu dan berbagai binatang malam lainnya membuat suasana di tempat itu semakin mencekam. Damian memutuskan untuk membawa Ariana ke sofa dekat jendela, dari jendela itu samar-samar Damian bisa melihat beberapa anak sedang main di pinggir pantai.

Nathan dan Rivanno ikut menghampiri Damian karena tak berhasil menemukan siapa pun. "Lo lihat apa?" Nathan menatap ke arah Damian memandang.

"Ada beberapa anak yang sedang bermain di pantai," jawab Damian sambil mengelus pipi Ariana dengan jemarinya. Ia tersenyum saat melihat wanita itu tersenyum dalam tidurnya.

"Anak-anak? Lo halusinasi ya? Orang itu pantai sepi kok, gak ada orang sama sekali," balas Nathan sambil menyipitkan matanya sekali lagi untuk menemukan objek yang Damian maksud.

"Mungkin anak-anaknya udah pada pulang," jawab Damian dengan santainya. Pemandangan di luar tak menarik lagi setelah melihat senyuman Ariana.

"Permisi," ucap seseorang membuat Nathan dan Rivanno sontak terkejut. Suasana mencekam dan aura gelap tak dapat terelakkan lagi di tempat itu. Bintang pun mengakuinya, karena ia tak berani muncul di atas hotel ini.

"Aduh maaf saya buat kalian kaget ya, tadi saya sedang ke toilet jadi saya tidak tahu kalau ada tamu. Adik-adik semua mau menginap di sini?" tanya seorang bapak-bapak tua dengan topi berwarna kecokelatan yang menutupi rambutnya yang sudah memutih.

Nathan terperangah melihat orang itu, seolah menemukan sesuatu yang janggal di balik mata abu-abu milik pria tua itu.

"Ya kami ingin memesan 3 kamar," jawab Rivanno sopan.

Nathan segera menarik tangan Rivanno sehingga pria itu membalikkan badannya membelakangi pria pemilik hotel tersebut. "Gue tidur sama lo aja ya! Please," ujar Nathan dengan suara sepelan mungkin.

Damian hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Sejak kecil memang Nathan takut dengan hal-hal supernatural sehingga kadang-kadang ia dijuluki sebagai anak aneh. Tapi satu yang Damian tahu, insting pria itu selalu benar.

"Apaan sih?! Masa aku tidur sama kamu! Walaupun aku jomblo, aku gak suka sama yang sejenis." Rivanno kembali membalikkan badannya.

"Please, gue janji bakalan traktir lo makan sampai puas besok." Nathan masih tidak mau menyerah cepat.

Rivanno tertawa saat mendengar bujukan Nathan yang jelas-jelas menguntungkannya, dia bisa mengurangi biaya sewa satu kamar dan makan dengan puas besok. "Baiklah, kami pesan dua kamar," ujar Rivanno.

Sang bapak itu mengangguk mengerti dan segera mengambil sesuatu dari laci meja kayu tuanya.

"Ini kuncinya. Saya sarankan untuk tidak tidur lewat dari jam 12 malam," ucap bapak itu sambil menyerahkan dua buah kunci kepada Rivanno dan segera pergi meninggalkan keempat remaja itu.

DamiAna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang