Part 5

42K 2.2K 13
                                    

Ariana menghembuskan napas sambil mencoba menggerakan kakinya sekali lagi. Rasanya tetap sakit. Bahkan pergelangan kakinya sedikit bengkak.

"Baiklah tidak apa-apa jika masih terasa sakit, pergelangan kakimu terkilir cukup parah. Kamu tidak boleh banyak berjalan dulu mulai saat ini," ucap sang dokter.

"Aduh, Dok. Apa separah itu? Aku kan gak punya sayap, kalau gak boleh jalan terus saya bergeraknya gimana dong? Ngesot?"

"Aduh, Ariana, yang bener aja atuh, masa ngesot?" ucap Jane sambil geleng-geleng kepala.

"Untuk sementara usahakan semua kegiatan dilakukan di satu tempat atau kau juga bisa menggunakan tongkat," ujar sang dokter. "Saya akan menuliskan resep obat untuk mengurangi peradangan."

Jane mendekat kepada Ariana dan menggenggam tangan sahabatnya. "Maaf, ini karena aku," ujar Jane dengan nada menyesal.

"Ini bukan salah kamu, Jane. Hal ini biasa dalam pertandingan," jawab Ariana menenangkan.

"Aku janji akan mengantarmu kemana pun kau mau, kau pasti akan kesulitan untuk berangkat ke kampus atau pulang ke rumah," tutur Jane membuat raut wajah Ariana berubah panik.

"Ehm.. kalau soal itu kau tidak perlu khawatir, mama yang akan mengantarku," tolak Ariana dengan halus.

"Ini resepnya," ucap sang dokter sambil memberikan secarik kertas pada Jane.

"Terima kasih, Dokter," gumam Ariana. Dokter itu mengangguk sambil tersenyum.

Ariana segera turun dari ranjang pemeriksaan dibantu oleh Jane. Mereka segera meninggalkan ruangan dokter tersebut.

"Apakah masih sakit?"

"Iya masih, tapi sudah lumayan."

"Ariana," panggil seseorang membuat Ariana dan Jane menoleh bersamaan.

"Rafael?" gumam Ariana sedikit terkejut akan kehadiran pria itu.

Rafael segera berlari menghampiri kedua wanita itu. "Aku dengar kau jatuh saat pertandingan tadi, bagaimana keadaanmu, Ana?"

"Aku baik-baik saja. Dokter bilang kakiku hanya terkilir," jelas Ariana membuat Rafael dapat bernapas lega.

"Ayo, aku akan mengantarmu." Rafael baru saja hendak menggendong Ariana, tapi Ariana langsung menolaknya.

"Tidak perlu."

"Kenapa? Aku hanya ingin menggendongmu dan mengantarmu pulang."

"Terima kasih, Rafael. Tapi sebaiknya aku pulang bersama Jane," tegas Ariana.

"Baiklah, tapi ijinkan aku membantumu berjalan," ujar Rafael gigih.

Ariana mengangguk pasrah. Mereka kini berjalan pelahan menuju mobil Jane yang terparkir tak jauh dari tempat mereka tadi. Rafael dan Jane segera membantu Ariana masuk ke dalam mobil.

"Cepat sembuh, Ariana," ujar Rafael sambil tersenyum. Ariana balas tersenyum sambil menggumamkan kata terima kasih.

Mobil mereka pun melaju keluar dari rumah sakit. "Apa kau tidak merasa kasihan dengan Rafael?" tanya Jane membunuh keheningan di mobil itu.

"Ya aku kasihan, tapi aku tidak bisa membalas perasaannya."

"Tidak kah lebih baik kalau kamu sedikit lebih perhatian kepadanya? Atau menerima bantuannya?"

"Aku tidak bisa, Jane. Aku tidak mau memberinya harapan yang tidak dapat aku pertanggungjawabkan."

"Oh iya," ucap Ariana sambil memegang dahinya.

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now