Part 9

33.8K 1.9K 21
                                    

Suara dering ponsel membuat kedua manusia itu sontak menghentikan kegiatan mereka. Ariana membuka matanya dan begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Ia segera bangkit berdiri dan menjauh dari Damian. "Apa yang telah aku lakukan?" tanya Ariana dengan suara seraknya.

Damian tersenyum lalu ikut bangkit berdiri. "Kita hanya berciuman," jawab Damian dengan santainya. Ia segera melangkah ke arah kursi penonton hendak mengambil ponselnya yang terus berdering.

"Aku membencimu," ucap Ariana sambil memukul lengan Damian membuat lelaki itu mengurungkan niatnya untuk menghampiri ponselnya. "Kau tidak seharusnya menciumku! Kita tidak seharusnya melakukan hal itu!" bentak Ariana dengan mata berkaca-kaca.

"Ada apa, Hana? Bukankah kita sudah menikah? Bukankah kita bisa melakukan hal semacam itu?" Damian menyentuh pipi Ariana yang memerah.

Ariana segera menepis tangan pria itu, membuat raut wajah Damian berubah kecewa. "Tidak, Damian. Aku tidak mau melakukannya. Jadi jangan pernah melakukan itu lagi," jawab Ariana sambil memalingkan wajahnya.

"Kenapa kamu seperti ini, Hana?" Damian berusaha menggenggam tangan Ariana, namun Ariana kembali menolaknya.

Tolong mengertilah Damian, aku hanya tidak ingin kau mencintaiku, batin Ariana sambil menghapus air mata yang jatuh dari matanya. "Pergilah Damian, menjauhlah," ucap Ariana dengan suara bergetar.

"Tapi kenapa?"

Ariana dapat melihat aura kesedihan yang terpancar jelas dari mata pria itu. "Karena aku tidak mencintaimu," jawab Ariana membuat tubuh Damian menegang.

"Kamu tidak mencintaiku?"

"Ya! Aku tidak mencintaimu!" balas Ariana.

Damian tertawa hambar sambil memijat pelipisnya sendiri.

"Pergi—"

Belum sempat Ariana menyelesaikan kalimatnya, tubuh Damian sudah jatuh menimpanya. "Apa yang kau lakukan?!" teriak Ariana sambil memukul punggung pria itu.

"Jangan becanda, Damian! Menjauh dariku!" Ariana terus memukul Damian yang masih tak bergeming. "Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau membuatku susah untuk membencimu?" isak Ariana.

Menyadari bahwa Damian masih tidak mendengarkan ucapannya, Ariana memutuskan untuk mengancam pria itu. "Jika kau tidak menjauh dariku, aku akan membencimu seumur hidupku dan meninggalkanmu," ancam Ariana sambil berpura-pura tertawa.

"Aku hitung sampai tiga," ucapnya sedikit gugup. "Satu," hitungnya dengan sedikit berteriak berharap pria itu segera menjauh darinya sehingga ia tidak harus melaksanakan ancamannya itu. Karena sesungguhnya ia tak pernah ingin membenci Damian, Ariana juga tidak pernah mau meninggalkan Damian.

"Dua." Ariana berdoa dalam hati agar pria itu tidak keras kepala dengan menantangnya. Namun sayangnya Damian tetap tidak menunjukkan respon apapun, pria itu masih nyaman berada di atas tubuh Ariana.

Ariana ragu untuk mengucapkan hitungan terakhirnya, ia benar-benar berharap kalau pria itu akan segera menjauh darinya sebelun ia mengucapkan angka itu. Namun detik terus berlalu membuat ia merasa gelisah. "Tiga," ucapnya sambil memejamkan matanya.

"Aku membencimu, Damian. Sekarang kau harus melepaskanku!" bentak Ariana. Ariana berusaha mendorong pria itu kembali namun kegiatannya terhenti saat ia tak sengaja menyentuh dahi Damian. Ariana kembali menyentuh dahi pria itu yang terasa sangat panas.

"Damian," panggilnya saat melihat bahwa mata pria itu tertutup rapat dan kulit pria itu memerah. "Damian, kau baik-baik saja kan?"

"Damian, kamu mendengar aku?" tanya Ariana sekali lagi namun Damian tetap tidak memberi respon apapun. Ariana mulai khawatir apalagi setelah mengetahui kalau suhu tubuh pria itu sangat tinggi. "Laura! Tolong aku!" teriaknya sekuat mungkin.

DamiAna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang