Part 7

37.5K 2K 17
                                    

"Mommy, kenapa menangis?" tanya seorang anak kecil sambil memeluk Ariana.

Ariana sontak menghapus air matanya. "Mommy hanya terharu dengan ceritanya," ujar Ariana.

"Mommy mau ke toilet sebentar ya." Ariana mencium pipi anak yang memeluknya tadi. Ia segera berusaha bangkit berdiri.

"Daddy akan mengantar mommy." Damian langsung menggendong Ariana tanpa aba-aba.

Damian segera melangkah menuju kamar mandi, Ariana hanya diam tak marah ataupun menolak perlakuan Damian kepadanya. Entah mengapa emosinya sedang bergejolak saat ini, namun sebisa mungkin ia tidak mau menunjukkannya.

"Apa kau sebegitu terharunya dengan cerita itu sampai-sampai kau tidak punya tenaga untuk melawanku?"

"Apa menurutmu cerita itu tidak sedih?" tanya Ariana sambil tersenyum lemah.

"Itu cerita paling buruk yang pernah aku dengar."

"Kenapa?"

"Karena tokoh utama wanita dalam cerita itu adalah tokoh antagonis."

"Kenapa kau berpikir begitu? Bukankah Ana yang menderita dalam cerita itu?" tanya Ariana lagi.

"Kau pikir Ana yang menderita dalam cerita itu?" Damian menaikkan sebelah alisnya.

Ariana mengangguk tanpa mengalihkan tatapan matanya.

"Kau salah, Hana. Apa kau tidak pernah memikirkan nasib pria yang selama ini mengira Ana adalah istrinya?" lanjut Damian membuat Ariana tertegun.

Mata Ariana mulai terasa panas saat melihat pancaran mata Damian. "Bagaimana jika pria itu jatuh cinta kepada Ana? Bagaimana jika ia tidak bisa melepaskan wanita itu walaupun pada kenyataannya wanita itu bukanlah istri sahnya? Ana sangat egois."

"Turunkan aku, aku ingin ke toilet," ucap Ariana.

Damian segera menurunkan Ariana dari gendongannya. Ariana langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa menatap mata Damian. Air mata langsung tumpah dari kedua maniknya saat pintu kamar mandi telah tertutup sempurna. Ia mengepalkan kedua tangannya sampai tangannya terlihat memutih. Punggungnya mulai bergetar seiring dengan isak tangis yang muncul.

Oleh sebab itu, aku mohon jangan mencintaiku, jangan pernah melakukan itu, Damian. Jangan pernah peduli kepadaku.

"Kau pikir kau yang paling menderita pada akhirnya? Tidak kau salah, Damian. Karena kau tidak tahu betapa tersiksanya dicintai karena sebuah topeng kepalsuan, kau tidak tahu betapa menderitanya mencintai namun harus membunuh rasa cinta itu sendiri," isaknya sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

"Hana, apa kau sudah selesai?" tanya Damian sedikit berteriak.

"Belum, lebih baik kau duluan saja. Aku sepertinya akan lama."

"Baiklah, aku ada di ruang makan. Hati-hati," tutur Damian.

Ariana kembali menatap pantulan wajahnya, ia segera membasuh wajahnya dengan air agar kembali terlihat segar. "Dalam hubungan ini seharusnya tidak ada yang jatuh cinta, kalaupun ada seharusnya pihak itu sadar kalau akhir dari kisah ini tidak akan pernah bahagia dan berusaha menghilangkan rasa cintanya," ucapnya. "Tapi kenapa sangat sulit melakukan itu?"

Ariana menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, berharap dengan begitu segala beban dalam hidupnya akan ikut terhembus keluar dari kehidupannya. Namun Ariana salah, hidup tidak semudah bernapas, hidup lebih rumit daripada itu.

Ariana segera membuka pintu kamar mandi dan melangkah dengan begitu perlahan. Awalnya ia ingin melangkah menuju ruang makan karena perutnya yang sudah mulai berbunyi meminta diisi, namun sebuah pemandangan membuat ia harus mengurungkan niatnya.

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now