Part 42

28.7K 1.6K 60
                                    

Rivanno dan Ariana berjalan beriringan ke arah vila, ini adalah perintah dari Rivanno sendiri. Ia tidak setuju apabila adiknya bermain di hutan larut malam seperti ini. Ariana akhirnya terpaksa menyetujuinya, lagipula ia sudah merasa lelah dan kepalanya masih terasa sakit.

"Apa yang mau kakak tanyakan?" tanya Ariana penasaran.

Setelah sekian lama Rivanno menghilang, akhirnya kakaknya itu muncul kembali. Hal itu membuat Ariana sedikit curiga.

"Kenapa kamu setuju untuk menikah dengan Rafael?" tanya Rivanno sambil menghentikan langkahnya. "Aku tidak menyangka kamu akan setuju untuk menikah dengan Rafael. Aku tahu mama yang menyuruhmu, tapi kamu tidak harus menyetujuinya, Ana."

"Ini mungkin takdir, Kak," jawab Ariana sendu. Ia tidak memiliki alasan apapun untuk menjawab pertanyaan kakaknya karena memang ia tidak pernah setuju untuk menikah dengan Rafael. Hanya saja keadaan memaksanya untuk pasrah.

"Aku yakin kamu gak menginginkan pernikahan ini," pancing Rivanno.

"Nggak, aku ingin menikah kok dengan Rafael," bohong Ariana. Sebenarnya ia ingin sekali berkata jujur pada kakaknya, tapi ia tahu persis bagaimana sifat Rivanno.

Rivanno tidak akan membiarkan Ariana menikah jika Ariana tidak menginginkannya. Pria itu akan melakukan apa saja untuk menggagalkan pernikahan itu. Dan Ariana tidak mau itu terjadi sekalipun ia tidak ingin menikah dengan Rafael.

"Kamu bohong, Ana." Rivanno menatap ke dalam manik Ariana. Ia menyentuh pipi Ariana yang sedikit dingin akibat terkena udara malam.

"Aku sudah bersamamu sejak kamu masih bayi, aku gak mungkin gak tahu tentang kamu. Kamu masih mencintai Damian, kan?"

"Sudahlah, Kak. Rasa cintaku tidak akan bisa merubah keadaan, aku tetap akan menikah dengan Rafael apapun yang terjadi."

"Dan menderita seumur hidupmu karena tinggal dengan pria yang tidak kamu cintai?" lanjut Rivanno terdengar frustasi mendengar jawaban Ariana. "Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu itu, Ana? Sejak kapan Ariana yang kakak kenal jadi selemah ini?"

Ariana menyembunyikan air matanya yang berlomba-lomba untuk jatuh. "Semua ini salahku, Kak. Seharusnya aku gak pernah mengenal dan jatuh cinta dengan Damian."

"Cinta tidak pernah salah, Ariana," balas Rivanno sambil menghapus air mata Ariana. "Manusia yang kadang salah menilai cinta itu sendiri."

"Tapi cintaku benar-benar salah, Kak. Seharusnya aku tidak mencintai suami saudaraku sendiri, aku pasti sudah gila karena melakukannya."

"Tapi menikah dengan orang yang tidak kamu cintai bukanlah penyelesaian dari masalah ini, Ariana."

"Lalu apa yang harus aku lakukan, Kak? Aku tidak bisa berhenti mencintai Damian. Aku tidak mau menjadi pengganggu rumah tangga orang. Aku gak mau."

"Kamu gak akan menjadi pengganggu rumah tangga orang, Ana. Aku mohon batalin pernikahan itu kalau itu tidak membuatmu bahagia. Kamu layak untuk mendapatkan kebahagiaanmu, Ana."

"Kebahagiaanku sudah hilang sejak Azka pergi, Kak."

Rivanno menegang kala mendengar nama itu terucap dari bibir Ariana. "Kamu mengingat Azka?"

"Jadi kakak juga tahu ya tentang Azka? Aku tidak menyangka kalau hanya aku yang tidak tahu tentang hal itu."

"Maaf, Ana. Saat itu Dokter mengatakan bahwa sebagian ingatanmu hilang dan kami dilarang untuk menceritakan apapun yang dapat membuatmu merasa sakit karena harus berpikir keras."

"Tapi bukan berarti Kakak merahasiakan semua itu dariku, Kak. Aku berhak tahu tentang masa kecilku. Andai saja aku tahu tentang itu, pasti aku sudah mencari Azka sejak dulu."

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now