Part 2

54.1K 2.9K 22
                                    

Dengan sekuat tenaga, Ariana mendorong Damian dari tubuhnya. Dan untungnya pria itu memilih menghentikan kegiatannya dan menjauh dari Ariana. Ariana langsung mengambil udara sebanyak-banyaknya dan berusaha menormalkan denyut jantungnya yang berpacu cepat. Ia belum pernah berciuman sebelumnya dan saat ini dengan sengaja pria itu mengambil ciuman pertamanya tanpa mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.

"Apa kakak mau membunuhku?!" teriak Ariana marah. "Pergi!"

"Ada apa, Sayang?" tanya Damian heran. Kedua alis tebalnya berpaut dan dahinya sedikit mengkerut.

Tatapan Damian membuat hati Ariana mencelos. Sungguh ia pernah memimpikan saat-saat seperti ini beberapa tahun yang lalu. Bertemu dengan Damian dan melihat berbagai ekspresi pria itu. Salah satu ekspresi yang mungkin akan jadi kegemaran Ariana adalah ekspresi bingung seperti yang saat ini ditampilkan Damian. Pria itu terlihat tambah tampan saat bingung.

Ariana merutuki pemikirannya sendiri. Ia seharusnya tidak terbawa suasana dalam keadaan seperti ini. "Aku bilang pergi, Kak!" Ariana sedikit menahan suaranya. Ia tidak tega benar-benar membentak pria yang ia cintai.

Damian menarik napas panjang dan segera melangkah menuju lemari pakaian. Pria itu mengambil satu set piyama berwarna hitam dan melangkah meninggalkan Ariana sendiri.

Tubuh Ariana benar-benar terasa lemas saat ini. Ia mengelap keringat yang menghiasi wajahnya. Seharusnya ia senang karena bisa bertemu dengan seorang Damian Xavier Bosseli, tapi ia tak pernah mengira bahwa ia akan menjadi wanita yang dianggap pria itu sebagai istrinya.

Tiba-tiba ia mendengar sebuah getaran pada nakas di samping tempat tidur. Ia segera mendekat dan mengambil ponselnya yang entah mengapa bisa berada di dalam ruangan asing ini.

Maafkan aku, Ariana. Aku akan menjelaskan segalanya ketika kita bertemu nanti, tolong berpura-puralah menjadi aku.

Itulah tulisan yang terpampang pada ponsel Ariana. Dengan geram Ariana membalas pesan itu.

Hei dengar ya, aku tidak mau berpura-pura menjadi kamu. Lagipula kenapa aku harus menolongmu? Kau bukan siapa-siapa bagiku!

Ariana meletakkan kembali ponselnya. "Aku memang sangat mencintai Damian, tapi bukan ini yang aku mau," ucapnya sambil memejamkan matanya yang terasa lelah.

Suara ringtone ponsel kembali terdengar, kali ini ada sebuah panggilan yang masuk. Ariana tanpa ragu langsung mengangkatnya dan menempelkan ponsel itu pada telinganya.

"Ariana, apa kau baik-baik saja di sana?" tanya seseorang dengan suara lemah.

"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Ariana geram. Ia bahkan tidak ragu untuk membentak wanita itu jika perlu. Semua ini sudah begitu keterlaluan.

"Apa kau ada waktu? Aku akan menjelaskannya."

"Ya," jawab Ariana tanpa berpikir lagi. Ia benar-benar butuh penjelasan sekarang dan wanita itulah sumber permasalahannya saat ini.

"Baiklah, temui aku di Graci's Cafe," tutur wanita itu sambil mematikan sambungan telepon mereka.

Ariana segera bangkit berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. Ia tidak peduli dengan sang pemilik rumah tersebut, ia hanya ingin bebas dari gaun pengantin orang lain yang dengan tega melekat pada tubuhnya.

Untung saja di dalam kamar mandi itu ada satu set piyama berwarna merah muda yang pas di tubuhnya. Ia segera mengganti bajunya dan melepas riasan pada rambutnya.

DamiAna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang