Part 38

28.7K 1.4K 36
                                    

Malam ini Ariana hanya bisa menangis dalam diam di atas sebuah ayunan yang berada di taman. Setelah makan malam berakhir, ia langsung meminta ijin kepada Agnes untuk pergi ke tempat ini.

Berulang kali ia menyeka air matanya, namun hal itu tidak sama sekali membantu. Kamu harus kuat, Ariana!

"Kadang kita tidak perlu menahan air mata kita. Percaya saja kalau saat air mata itu mengalir keluar, maka semua kesedihan kita juga akan ikut keluar dari hidup kita."

Ariana sontak menoleh setelah mendengar suara bariton yang begitu dikenalinya. "Mau apa kamu ke sini?"

"Hanya ingin berbicara pada bintang." Damian tersenyum lembut sambil melangkah menuju ayunan di sebelah Ariana.

"Kamu bodoh ya? Memangnya bintang bisa bicara?" Ariana tersenyum sinis sambil memalingkan wajahnya dari Damian. Ia tidak ingin pria itu mengetahui kalau ia sedang menangis.

"Kamu yang bodoh, siapa bilang bintang gak bisa bicara?" sahut Damian.

Ariana yang kesal hanya memilih untuk bungkam. Lagipula ia sedang tidak ingin berdebat dengan Damian.

"Kamu gak percaya dengan ucapanku?"

Ariana menggeleng sambil menggoyang-goyangkan kakinya menyisir rerumputan yang ada di bawahnya. Berada di dekat Damian membawa banyak pengaruh dalam tubuhnya. Ia merasa gugup dan salah tingkah.

"Kamu harus coba bicara sama bintang."

"Dia gak bisa bicara!"

"Kamu gak akan pernah tahu sebelum mencoba, kan?"

"Hei, bintang!" teriak Ariana sambil bangkit berdiri. Damian tersenyum sambil ikut berdiri di sisi Ariana. "Pria bodoh di sampingku bilang kalau kamu bisa bicara, dia bodoh, kan?"

"Memang aku bisa bicara, kenapa kamu menganggap pria di sampingmu itu bodoh?" balas Damian.

"Kamu bohong! Kamu bukan bintang! Lagipula darimana kau tahu kalau pria di sampingku ini tidak bodoh?"

"Aku bintang yang selalu mengawasimu, itu sebabnya aku tahu kalau pria di sampingmu itu tidak bodoh," balas Damian.

"Kau sama saja dengan pria di sampingku, sama-sama bodoh. Untuk apa kamu mengawasiku?"

"Aku menyukaimu."

Ariana tertawa miris mendengar perkataan Damian, karena ia yakin bahwa pria itu pasti sedang becanda. Ia hanya ingin menghibur Ariana.

"Untuk apa kamu menangis padahal jelas-jelas kamu baru saja mendapat berita bahagia?" Damian tidak mengalihkan pandangannya dari Ariana. Ada rasa nyaman saat menatap wajah Ariana.

"Itu bukan urusanmu, lagipula aku tidak menangis!" balas Ariana dingin.

Damian memegang kedua bahu Ariana dan memutar tubuh wanita itu hingga menghadap ke arahnya. "Kamu tidak bisa berbohong dariku." Damian menghapus air mata dari pipi Ariana.

"Kamu tidak tahu apa-apa tentangku, Damian!"

"Bukankah kamu mengerti kenapa bintang ada di langit walaupun bintang itu tidak mengatakannya?" ucap Damian sambil mengelus rambut Ariana.

"A... apa maksud kamu?" tanya Ariana sedikit gugup.

"Bukankah kamu tahu? Ada sesuatu di antara kita. Sesuatu yang sama-sama tidak kita sadari, tapi hati kita mengenalnya."

"Aku tidak mengerti dengan ucapanmu." Ariana melangkah menjauh dari Damian namun Damian bergerak cepat untuk menghentikannya.

"Bukankah kamu mencintaiku? Aku mohon jawab aku dengan jujur." Damian menatap manik Ariana yang masih mengeluarkan kristal bening yang tak pernah habis dari matanya.

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now