Part 37

28.5K 1.5K 58
                                    

"Aku mencintaimu," bisik Rafael begitu dekat dengan daun telinga Ariana.

Ariana menunduk berusaha memutus kontak mata di antara mereka. Rafael membuat ia merasa terancam dan ingin segera keluar dari ruangan ini. "Apa yang kau lakukan? Kau membuatku takut!"

Ariana kembali berusaha mendorong tubuh Rafael. Namun kini salah satu tangan Rafael malah beralih ke pinggang wanita itu dan mencengkeramnya erat, membuat Ariana sulit bergerak. Sementara tangan yang satunya berada di tengkuk wanita itu.

"Apa kamu mencintaiku juga?"

Pertanyaan itu bagaikan sebuah pisau bermata dua, tidak mungkin Ariana jawab karena dapat melukai keduanya. Ariana menelan ludahnya gelisah, ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Rafael mungkin saja akan sangat terluka setelah mendengar penjelasannya.

"Jawab, Sayang!" ucap Rafael sambil memaksa Ariana untuk mendongakkan wajahnya.

Ariana dapat melihat tatapan penuh kemarahan dari mata Rafael. Tatapan itu terus mengintimidasinya. Bahkan tatapan itu lebih menyeramkan dari milik Damian. Damian masih menyimpan sedikit cinta dalam kemarahannya, sedangkan Rafael tidak mengijinkan cinta itu hadir.

"Katakan, Ariana! Katakan kalau kau mencintaiku juga!" bentak Rafael.

Tiba-tiba kemarahan dalam wajahnya hilang sejenak, berganti dengan senyuman yang bagi Ariana jauh lebih menyeramkan. Rafael kembali menekan tubuh Ariana ke arah loker sehingga punggung Ariana terasa sedikit nyeri. "Kalau begitu aku akan membuat kamu mencintaiku."

Ariana semakin kalut saat Rafael mendekatkan wajahnya ke arah Ariana. Ariana memberontak tapi usahanya tak membuat ia menjauh sedikit pun dari Rafael. Entah iblis apa yang merasuk ke tubuh Rafael hingga ia memiliki kekuatan sebesar itu untuk menahan Ariana.

"Aku mohon lepasin," ucap Ariana sambil menggeleng, menghindar dari ciuman Rafael. Ariana benar-benar takut.

"Diam!" bentak Rafael membuat Ariana kembali bungkam.

Ariana lebih memilih untuk menangis dalam diam saat ini, karena nyatanya ia tidak dapat berkutik.

Hidung pria itu berhasil menyentuh hidung Ariana. Ariana dapat merasakan napas pria itu pada wajahnya. Hingga akhirnya bibir Rafael berhasil menyentuh bibir Ariana.

Ariana benar-benar merasa hancur saat itu juga. Ia berusaha melepaskan diri tapi ia benar-benar sudah terlambat, karena tangan Rafael yang menahan tengkuknya dengan begitu kencang. Hanya air mata yang bisa ia tumpahkan, tubuhnya terasa lemas bersamaan dengan hatinya yang hancur.

*****

"Sayang, ayo kita pulang sekarang." Hana menggelayutkan tangannya di lengan Damian. Ia merasa sedikit risih karena sedari tadi suaminya terus menjadi pusat perhatian.

Damian mengangguk namun ia ingat akan barang-barangnya yang masih berada di ruang istirahat.

"Ah iya, barang-barang kamu masih di ruangan itu, kan?" Hana menunjuk ruang istirahat.

Damian mengangguk. Walaupun sebenarnya ia ingin melangkah sendiri ke dalam ruangan itu, namun ia tidak bisa menolak keberadaan Hana yang tetap mengikutinya dari belakang.

"Aku gak mau jauh-jauh dari kamu." Hana menyusul langkah Damian dan kembali memeluk lengan suaminya.

Damian menghela napas dan terpaksa berjalan beriringan dengan Hana. Mungkin ia jahat karena telah menolak kehadiran Hana dalam hati, tapi ia juga tak bisa menghilangkan perasaan tak nyaman itu.

Mereka masuk ke dalam ruangan yang sedikit remang itu. Ruangan itu begitu hening, hanya ada suara isakan tangis yang tak dapat didengar oleh Damian saking kecilnya.

DamiAna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang