Part 4

43.4K 2.3K 58
                                    

"Kamar mandi?" tanya Damian sambil mengangkat sebelah alisnya. "Aku rasa kau sudah sering menggunakan kamar mandi di kamarku."

Ariana menelan ludahnya gugup. "Oh gitu ya. Aku tahu kok, cuma lagi buru-buru aja jadi tiba-tiba otak kosong," bohong Ariana.

Damian mengangguk. Ia melangkah mendekat ke arah Ariana dan segera memegang bahu wanita itu. "Kau begitu lucu." Damian mengecup singat pipi Ariana.

Mata Ariana membulat. Pipinya memanas setelah menerima kecupan itu. Jika saja ia tidak langsung sadar, ia pasti sudah pingsan saat ini juga karena terlalu gugup.

"Kamar mandinya tepat berada di belakangmu, apa mau aku antar?" ujar Damian sambil mengerling nakal.

Ariana segera memukul lengan pria itu dengan keras. "Mesum!" teriaknya lalu berlari ke kamar mandi.

Damian mengusap lengannya yang tadi dipukul Ariana. "Sejak kapan Hana memiliki tenaga sekuat itu untuk memukulku?"

"Tapi aku senang, dia terlihat menggemaskan." Damian tertawa bahagia. Ia segera melangkah keluar dari kamarnya.

Sementara Ariana merasa tidak nyaman menggunakan benda-benda baru saat mandi. Gayung yang biasa ia gunakan untuk menjadi penyanyi sesaat kini harus tergantikan dengan pancuran yang sulit ia gapai karena badannya yang mungil. Air dingin yang biasa memacu dirinya untuk mandi lebih cepat kini tergantikan dengan air panas yang membuat dirinya malas untuk beranjak.

Setelah selesai, ia segera melilitkan handuk untuk menutupi tubuhnya. "Astaga aku lupa membawa baju. Kau bodoh sekali, Ariana!"

Ia membuka pintu kamar mandinya lalu mengamati keadaan kamar itu. Karena tidak ada orang, ia mulai melangkah menuju lemari pakaian."Di mana ya?" Ia segera membuka lemari tersebut dan..

"Aaaa!" teriaknya saat melihat sesuatu yang tidak pantas ia lihat. Ia segera menarik napas panjang lalu menghembuskannya lagi dan terus seperti itu sampai ia merasa sedikit tenang.

"Aduh, itu cowok kok pakaian dalamnya ditaruh di sini sih," keluhnya. "Udahlah, yang penting aku harus cari pakaian." Ia menutup matanya dan hanya membiarkan sedikit celah agar ia bisa melihat isi lemari itu secara keseluruhan.

Dan akhirnya matanya menangkap sebuah sweater berwarna hitam dan celana training panjang. Ia segera mengambil keduanya dan mengenakannya dengan cepat. Walaupun agak kebesaran, namun sweater itu terasa sangat nyaman. Ia tersenyum saat menyadari bahwa sweater itu adalah milik Damian, pria yang ia idam-idamkan selama ini.

"Kenapa kau lama sekali?" tanya seseorang membuat Ariana sontak mendorong pintu lemari hingga tertutup sempurna.

"Kau memakai bajuku?" tanya Damian bingung.

"Ehh... iya aku hanya ingin mengenakan sweater, hari ini udara sangat dingin."

"Kenapa kau tidak mengenakan sweatermu sendiri?" tanya Damian membuat tubuh Ariana kembali membeku.

Ya karena sweaterku berada di rumahku, bukan di rumahmu, jawab Ariana dalam hati.

"Apa kau lupa kalau lemarimu berada tepat di sebelah lemariku?" tanya Damian membuat Ariana sontak membalikkan badannya.

Astaga, kok bisa ada lemari tiba-tiba di situ? Wah jangan-jangan di kamar ini ada hantunya lagi, pikir Ariana dengan tatapan horor.

Damian segera mendekati Ariana dan memeluk wanita itu dari belakang. "Ayo katakan, kenapa kau mengenakan sweaterku?" tanya Damian membuat jantung Ariana semakin berdegup kencang.

"Itu karena.. ehm.. karena aku ingin mengenakan pakaianmu," jawab Ariana tanpa ia duga.

"Sudah aku duga! Kenapa kamu segugup itu sayang?" balas Damian lalu mencium puncak kepala Ariana.

DamiAna [COMPLETED]Where stories live. Discover now