12. Cold

32.3K 1.8K 23
                                    

Axel Wellington

Aku melihat jam tanganku, ini sudah pukul 7.00 malam. Aku masih bekerja saat ini, aku masih harus menandatangani semua file yang ada di mejaku dan mempersiapkan meetingku besok. Aku menoleh ketika handphoneku menunjukkan bahwa Judy menelepon.

"yup" kataku.

"Pulanglah ke rumah, Sierra sakit, ia flu, aku harus pulang ke rumah, aku tidak mau meninggalkannya sendiri di penthouse." katanya menjelaskan.

"Dia sakit flu?" tanyaku.

"Dia tidak hanya flu, badannya demam tinggi tadi, Aku sudah memanggil dokter, dan dia sudah meminum obatnya, sekarang ia sedang tidur di kamarnya." Aku menghela nafasku, mengapa aku tidak suka mendengarnya sakit.

"Aku akan segera pulang." kataku mematikan panggilan telepon. Aku melihat kembali pesan masuk di handphoneku dan dia masih mengirimkanku pesan walaupun ia sakit hari ini.

Hubby, apakah kamu sudah makan? Maaf hari ini aku tidak bisa membawakanmu bekal makan siang.( pesan diterima 01.00pm)

Axel, aku sudah pulang di rumah, Jangan bekerja terlalu keras dan terlalu lelah, aku akan menunggumu di rumah. (pesan diterima 05.00 pm)

Gadis ini benar-benar tidak bisa berhenti mengganguku bahkan walaupun ia sedang sakit seperti ini. Aku mengambil jasku di kursi dan segera menuju mobilku dan segera mengendarainya pulang menuju ke penthouse. Ketika aku masuk ke penthouse, Judy segera menghampiriku.

"Aku akan pulang, kau harus memberikannya ini, dia harus meminum obatnya lagi tetapi ia masih tertidur dan aku tidak mau membangunkannya, check temperatur tubuhnya, terakhir aku check suhunya masih 38.5 c." Aku menatap obat yang Judy letakan di tanganku.

"Axel.." Aku menoleh melihat Judy yang berdiri di depan lift.

"Jaga dan rawatlah dia." aku mengangguk dan Judy masuk ke lift meninggalkan penthouse.

Aku naik ke lantai atas dan segera menuju ke kamarnya. Aku membuka pintu kamarnya perlahan tanpa suara agar tidak membangunkannya. Aku berharap ia masih belum bangun saat ini. Ketika aku masuk ia masih tertidur. Aku mendekat dan meletakkan telapak tanganku di dahinya untuk mengecek suhu tubuhnya. Badannya masih demam tinggi. Aku duduk di tepi tempat tidurnnya memandangi dan memperhatikannya. Wajahnya sangat pucat dan aku rasa ia lebih kurus saat ini, apa ia tidak makan dengan baik. Aku mengusap lembut rambutnya dan meletakkannya di sisi telinganya. Apakah ia sakit karena aku melemparnya ke kolam renang kemarin malam?

Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam, aku sudah mandi dan duduk di couch dengan laptop di pangkuannku, melanjutkan pekerjaanku. Aku berada di sudut kamarnya menemani dan menjaganya. Aku tidak mengerti apa yang terjadi denganku. Tanpa aku sadari aku kemari dan duduk disini dan sesekali melihatnya apakah ia masih tertidur. Aku masih bekerja ketika aku melihat ia bergerak di balik selimutnya.

Dia bangun. Aku akan berpura-pura tidak mengetahuinya dan akan terus bekerja dengan laptopku ini.

"Axel, mengapa kau ada disini" Katanya menatapku, dan aku segera menoleh menatapnya kembali.

"Seingatku ini adalah penthouseku, apakah aku salah?" kataku dingin.

Aku meletakkan laptopku di couch dan datang mendekatinya yang masih duduk di tempat tidurnya. Aku duduk di tepi tempat tidurnya dan mengambil thermometer untuk mengecek suhu tubuhnya. Ia hanya menatapku ketika aku meletakkan alat itu di telinganya. Aku mengambil thermometer dan melihat suhu tubunya sudah menurun menjadi 37.5 . Dia sudah lebih baik, demamnya sudah turun. Aku melihatnya tersenyum dan pipinya merona merah.

"Hentikan atau aku akan keluar dari kamarmu." kataku menatapnya ketika ia masih tidak berhenti tersenyum seperti itu.

Sierra Wellington

"Hentikan atau aku akan keluar dari kamarmu." Katanya acuh dan dingin. Aku sangat senang melihatnya ada disisiku dan duduk di tepi tempat tidurku.

"Apakah kau akan berada disini malam ini?"

"Tidak" Ia meletakkan obat di telapak tanganku dan memberikan aku segelas air.

"Minumlah." katanya menyuruhku. Aku tersenyum dan segera meminumnya.

"Terima kasih." aku tersipu malu dan tersenyum. Axel merawatku ketika aku sakit.. oh my gosh... Kyaaaaaa

"Apa kau khawatir denganku?" tanyaku gugup.

"Tidak." Aku menghela nafasku, ini dia suamiku yang super dingin dan acuh.

"Kau ada dikamarku sekarang. Aku tau pasti kau khawatir kan." kataku masih berusaha agar ia mau mengatakan bahwa ia khawatir padaku. Dia bangun dan menuju couch dan duduk kembali disana.

"Judy menyuruhku melakukan ini." Katanya tanpa melihatku, ia malah menatap kembali laptop yang ada di pangkuannya.

"Apakah aku boleh berbaring dan menatapmu saja? Aku tidak akan menggangumu bekerja. Aku janji." Aku memberikan tanda peace dengan tanganku dan tersenyum.

"Tidak."

"Apakah aku-?"

"Tidak." Bahkan aku belum selesai berbicara ia sudah bilang tidak seperti itu. Aku menghela nafas frustasi. Mengapa dia sungguh sangat menyebalkan?! Terus berusaha Sierra! Aku berusaha menyemangati diriku sendiri.

"Bagaimana jika kita makan siang bersama besok?"

"Tidak."

"Makan malam?"

"Tidak."

"Apakah kau hanya punya kata 'tidak' untuk jawabanmu itu?" Akhirnya ia menatapku dengan pertanyaanku ini.

"Aku pikir kau khawatir padaku." kataku perlahan berbisik. Sedih. Ini yang aku rasakan saat ini.

"Mungkin iya..." Aku melihatnya tidak percaya dengan apa yang ia katakan. Ia sungguh khawatir denganku, Ia bangun dari couch dan membawa laptopnya.

"Hanya di mimpimu." Katanya tersenyum mengejek dan keluar dari kamarku. Aku memberikannya tatapan marahku.

Axel Wellington, Aku sungguh ingin memukul kepalamu dengan panci, jadi kau bisa berpikir dua kali sebelum berbicara denganku seperti itu. Mengapa bahkan aku tidak bisa marah dengan semua yang kau katakan padaku? Aku mengetahui jawabannya, karena aku mencintaimu lebih besar dari pada aku membencimu.

Fall for Sierra (COMPLETE- Indonesia)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin