14. Stupid Question

31.6K 1.8K 5
                                    

Sierra Wellington

Aku pergi dan berlalu dari dapur menuju kamarku. Aku tidak dapat menahannya lagi air mataku. Aku berusaha bersikap bahwa aku kuat menghadapi ini semua dengan tidak menangis didepannya. Aku segera menghapus air mataku ketika seseorang masuk ke kamarku. Aku menoleh dan mendapati Judy berjalan mendekatiku yang sedang duduk di tempat tidurku.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya menatapku penuh perhatian.

"Yaa Judy, Hmmm Ini hanya.... masih terasa sakit lukanya." kataku menunjukkan jariku yang diplester tersebut.

"Apakah kau marah padanya?" tanya Judy menatapku.

"Aku ingin tapi aku tidak bisa Judy." aku berusaha tersenyum menutupi semuanya.

"Ibu nya meninggal ketika ia masih berumur 7 tahun. Setelah kematian ibunya, ia tidak berbicara dan hanya tetap diam. Kami semua mengkhawatirkannya saat itu. Tapi yang ia lakukan, ia membangun dinding di sekitarnya dan membuat jarak dengan semua orang semenjak saat itu.. Terkadang aku mendengar ia menangis di kamarnya. Dia sangat kesepian dan tidak pernah mau menerima perhatian dari orang lain, ia memberikan jarak yang tidak bisa di sentuh siapapun di sekitarnya. Tidak ada yang bisa menyentuh nya di balik dinding yang sudah ia buat itu, tidak terkecuali Ryan ayahnya." Judy menggenggam tanganku dan meletakkannya di atas pangkuannya.

"Tetapi denganmu, Aku tau kau berbeda dari semuanya. Kau adalah seseorang yang berani berbicara padanya, seseorang yang selalu tersenyum mesikpun ia berusaha berulang kali untuk membuatmu menjauh darinya. Aku tahu kau sedang menghancurkan semua dinding yang menutupinya. Jadi, ku mohon bertahanlah Sierra, aku tahu kamu adalah seseorang yang mampu menyentuhnya di balik dinding itu." Judy tersenyum hangat menatapku.

"Aku mencintainya Judy tetapi ia bahkan tidak perduli denganku sama sekali. " kataku tersenyum pahit.

"Love always win Sierra. Percayalah itu." aku memeluk Judy sangat erat.

Seketika aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku dan Axel berdiri disana membuka pintu tersebut.

"Um... Ayahku menelepon agar kita datang malam ini untuk makan malam bersama di Mansion. Bersiaplah, aku bilang kita akan datang kesana." Ia menatapku lalu berbalik hendak meninggalkan kamarku.

"Dan aku minta maaf untuk sebelumnya." Katanya pelan tapi cukup untuk Aku dan Judy mendengarnya, Ia tidak menoleh saat mengatakan ini dan segera berlalu kelar meninggalkan kamarku. Judy tersenyum penuh arti padaku dan akupun tersenyum melihatnya.

Axel Wellington

Apa yang baru saja aku katakan? Aku bilang minta maaf padanya? Sierra kau adalah orang pertama yang mendapat permintaan maaf dariku. Aku mengendarai mobilku  dan ia duduk di sisiku menatap ke jendela. Ia tidak berbicara lagi setelah kejadian siang ini. Apakah ia benar-benar marah padaku? Mengapa aku sangat perduli jika ia marah padaku? Sierra Bisakah kau keluar dan berhenti mengganggu di dalam pikiranku ini?

"Axel............" seketika aku kembali dari lamunanku dan menoleh menatapnya.

"Apa? Jangan berteriak!." kataku.

"Aku ngomong sama kamu tetapi kamu diam saja. Apa yang sedang kamu pikirkan memangnya?" tanyanya.

"Aku sedang menyetir." katakku berbohong. Aku hanya tenggelam dengan dia yang ada di pikiranku sehingga bahkan tidak menyadari ketika ia mengajakku berbicara.

"aku bosan, ayo kita bercerita mengenai sesuatu atau melakukan sesuatu mungkin." katanya menatapku.

"Tidak. Aku tidak mau. Kita akan segera tiba dalam 30 menit."

"Ayolahhh, ohhh aku punya satu pertanyaan. Kamu hanya perlu menjawabnya okay? Buah apa yang membuat kita merasa lebih baik?" tanyanya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Aku tidak akan menjawab pertanyaan bodoh itu."

"Benarkah? kau hanya tidak mengetahuinya kan, Akui saja itu? atau kau hanya terlalu bodoh untuk menjawab pertanyaan bodoh itu?" Katanya meledekku dan tersenyum jail.

Berpikir Axel. Apa jawabannya? Aku berpikir mengenai apa yang membuatku merasa lebih baik, Wine. Ya, wine, wine terbuat dari anggur. Pasti ini jawabannya.

"Anggur mungkin, Red wine bagus untuk memperbaiki mood seseorang." Aku tersenyum bangga dengan jawabanku itu.

Dia lalu tertawa lepas. Aku melihatnya dengan tatapan tajamku.

"Bodoh. Ini kan hanya teka teki dan lelucon, kau jangan menjawabnya dengan serius seperti itu Axel. Apakah kau benar-benar tidak memiliki selera humor sama sekali?" Aku masih menatapnya tajam. Aku menyukai suara nya ketika tertawa lepas seperti itu. Aku bahkan tidak dapat menahan diriku untuk tidak ikut tersenyum dengan ini. Aku sudah berusaha sangat keras untuk tidak tersenyum di hadapannya, tetapi aku tidak bisa menutupinya.

"Jadi.... Mrs. Wellington, apakah jawabannya? jika kau tidak menjawabnya aku akan menendangmu keluar dari  mobilku." Aku masih berusaha untuk tetap dingin saat ini. Dia berusaha untuk berhenti tertawa dan menarik nafasnya dengan wajahnya yang masih tersenyum.

"Jawabannyaa.... FINEAPPLE! Gotchaaaa!" Dia tertawa lepas dan terlalu lepas saat ini. Lagi.

Rasanya aku ingin sekali membunuhnya saat ini, tetapi aku tidak dapat menahan diriku untuk tidak tersenyum ketika mendengar jawaban yang diucapkannya itu.

Aku memarkirkan mobilku ketika sudah tiba di mansion dan berbalik menatapnya. Dia bahkan masih tertawa ketika aku menatapnya. Ketika ia menyadari aku menatapnya, ia berusaha untuk berhenti tertawa tetapi ia tidak dapat menahannya dan tersenyum lagi melihatku.

"Tenanglah Axel.. ini hanya sebuah lelucon, teka-teki. Jangan melihatku seolah-olah kau akan membunuhku saat ini." Dia mengangkat tangannya tanda menyerah.

"Kau masih akan berurusan denganku." aku masih menatapnya.

"Okay.. aku akan berhenti tertawa." katanya tersenyum dan segera keluar dari mobil.

Aku hanya menggeleng dan tersenyum. 

Fall for Sierra (COMPLETE- Indonesia)Where stories live. Discover now