CHAPTER 11

256K 5.6K 169
                                    

🔲Happy Reading🔳

Kalimat itu berhasil membuat bulu kuduk Hana semakin gamang. Hawa di sekitar berubah menjadi dingin dan mencekam. Ketakutan Hana menjadi dua kali lipat. Selain karena wanita tua di depannya itu tetapi juga takut akan jawaban yang akan terlontar dari mulut Jonathan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa Hana juga penasaran akan hal itu dan menantikannya.

Jonathan menelan salivanya susah payah. Ia gelagapan. Ekor matanya melirik Hana sejenak lalu kembali bertatapan dengan sang ibu.

"Dia..."

Baik Hana dan ibu Jonathan sama-sama saling menantikan kelanjutan dari kalimat Jonathan.

"Dia..." Jonathan semakin kalut dan bingung. Tidak mungkin kan jika dia mengatakan, 'Dia pelacurku, mom. Atau. Dia pemuas nafsuku, mom. Apalagi dia partnerku di atas ranjang, mom. ' Hell! Gila saja jika sampai ia berani mengatakan hal seperti itu.

"Dia pacarku, mom."

Hana membulatkan matanya.

Bukan, itu tadi bukan suara Jonathan. Itu suara..Billy!
Pria itu tiba-tiba muncul dari belakang sambil membawa senyuman sumringahnya. Hana tersentak kaget saat Billy tiba-tiba berdiri di sampingnya dan menarik pinggangnya posesif.

Sementara itu di sampingnya, Jonathan tampak menghela napas lega. Sang adik menyelamatkannya. Tapi pada detik berikutnya raut Jonathan menjadi gelap saat melirik tangan mesum Billy yang sudah bertengger pada pinggang Hana. Huft, oke, Jonathan akan membiarkannya kali ini saja.

"Dia pacarku, mom." ucap Billy sekali lagi. Wanita paruh baya itu tampak masih belum percaya. Ia menatap ketiga manusia di hadapannya itu dengan curiga.

"Oh ayolah nyonya Vanesha Rutter. Hentikan kecurigaanmu terhadap wanitaku ini. Mommy bisa lihat sendiri. Wajah Jonathan terlalu tua untuk wanita secantik dan imut ini. Hanya aku yang cocok. Bukan begitu, honey?" Billy menyenggol Hana dengan sengaja lalu melirik Jonathan sembari terkekeh.

Mata tajam Vanesha mulai men-scan tubuh Hana dari atas hingga bawah. Terlihat sangat jelas sekali dari wajah Vanesha ketidaksukaan-nya akan sosok Hana.

"Mommy lebih menyukai wanita-wanita jalangmu yang sebelumnya. Apa seleramu sudah berubah?" tanya Vanesha.

Billy memutar kedua mata jengah, "Aku menyukai wanita sederhana ini, mom. Dia membuatku gila hingga tidak bisa bernapas di setiap detiknya."

Hoekk!! Jonathan menatap Billy jijik. Dasar lebay! Batin Jonathan jengkel.

"Segera atur pertemuan keluarga. Kita akan membicarakan perihal hubungan kalian. Sepertinya kamu sangat serius dengannya." gumam Vanesha kemudian.

"Siap, mom. Bila perlu bulan depan kita adakan pertemuan keluarga. Aku sudah tidak sabar akan hari itu." Jonathan melotot, wajahnya sudah merah, penuh peringatan kepada Billy. Melihat wajah sang kakak, semakin gencar-lah Billy untuk menggodanya. Ia tersenyum mengejek, "Ah, aku sudah tidak sabar. Membayangkan kami sedang menikah saja sudah membuatku bahagia luar biasa, uhhh malam pertama kami pasti akan sangat panas. Plak plak plak!!" Billy menggerakkan pinggangnya maju-mundur sembari melakukan gerakan menampar bokong di udara.

"Kamu belum pernah ditampar?!" akhirnya Jonathan mengeluarkan apa yang ingin dikatakannya sejak tadi. Kepalanya hampir meledak melihat tingkah Billy. "Aku akan membunuhmu jika sampai kamu menyentuhnya." tegas Jonatahan.

Vanesha mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa kamu harus marah, Jonathan? Billy berhak melakukan apapun pada kekasihnya." Vanesha menatap curiga pada Jonathan dan Hana. Ia yakin ada sesuatu yang disembunyikan. Ia bisa melihat semburat emosi yang terpancar dari wajah putra sulungnya itu.

The Victim (End ✔️)Where stories live. Discover now