CHAPTER 28

154K 6.8K 786
                                    

Berapa kali kamu coba untuk buka part ini? Baca author note di bawah ya.

Puter musik di atas 👆

Mereka masih bertatapan tanpa ada yang bersuara. Terutama Jonathan yang masih tak bisa menggerakkan kakinya. Tenggorokannya seperti digorok dan membuatnya kesulitan untuk berbicara. Bahkan jika bisa-pun, ia tetap tak tahu akan mengucapkan apa. Tubuhnya hanya terdiam membeku layaknya es.

Pandangan Jonathan mengarah pada penampilan wanita itu dari ujung kaki hingga kepala.

Napasnya terasa memendek untuk sesaat.

Dia.. Dia benar-benar Hana!!

Wanita yang tengah berdiri di hadapannya ini adalah Hana. Sosok yang dulunya lemah dan pada akhirnya ia campakkan. Sosok polos dan lugu yang kemudian dihina-hina dan diinjak oleh ibunya dan istrinya.
Dan juga Sosok yang selama ini ia rindukan dalam diam dan keheningan.

Mata Jonathan kembali berkaca-kaca. Ia tersenyum haru melihat wanita yang selama enam tahun ini tak pernah ia ketahui kabarnya, kini telah kembali dan menampakkan dirinya dalam kodisi seperti ini.

Wanita desa yang lemah itu telah menjelma menjadi sosok CEO yang dihormati.

Sungguh, Jonathan tidak tahu harus berkata apa dan memulai dari mana. Ini seperti mimpi di siang bolong dimana ia tak ingin bangun.

"Hana.." Akhirnya Jonathan memberanikan diri untuk berbicara.

Hening.

Berbanding terbalik dengan Jonathan, Hana menatap lelaki itu dengan wajah datar dan tanpa ekspresi. Seakan tidak ada kerinduan di matanya terhadap Jonathan.

"Itukah kamu..Hana? A-aku..aku sedang tidak bermimpi, bukan?" ucap Jonathan pelan.

Hening.

Hana masih setia terdiam, tak bergeming sedikitpun dari tempat duduknya.
Namun beberapa saat kemudian, ia tiba-tiba berkata, "Maaf, saya disini untuk membahas masalah pekerjaan. Bukan masalah pribadi." ucapnya dengan nada tegas.

Deg!

Jonathan tersentak. Senyuman harunya perlahan memudar dari bibirnya. Ia sungguh tidak menyangka Hana akan bereaksi seperti itu.

"Setelah mempertimbangkan banyak hal, perusahaan kami bersedia untuk bekerja sama dengan perusahaan anda." Hana memperlihatkan surat perjanjian kerja sama kepada Jonathan.

"Ini adalah bukti terikatnya kedua perusahaan." Hana menyerahkan sebuah bolpoin di atas surat yang telah ia tanda tangani.

Jonathan menatap kedua benda yang tergeletak di atas meja itu. Tak lama kemudian, ia mengangkat kepalanya, menatap sendu pada Hana. Rasa sakit perlahan menyerang ulu hati Jonathan.

Dia seperti bukan Hana. Tatapannya yang tajam dan tegas menusuk retina Jonathan seolah menandakan bahwa dia bukanlah orang yang sama seperti dulu. Statusnya yang tinggi menunjukkan harga diri yang tinggi pula.

Jonathan tersenyum pedih dan menundukkan kepalanya. Baiklah, ia sadar sekarang, setelah semua yang ia perbuat dulu, sangatlah pantas ia diperlakukan seperti ini.
Ia lalu berjalan mendekat dan duduk di sofa, berseberangan dengan Hana.

"Terima kasih atas kepercayaan dan persetujuan anda untuk bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami akan bekerja keras agar brand yang dikeluarkan nanti tidak mengecewakan dan hubungan antar kedua perusahaan tetap berjalan dengan baik."

Hana mengangguk sekilas sebelum akhirnya meraih tas tangannya dan berdiri. Membuat Jonathan menatapnya heran.

Hana mengecek arlojinya lalu kembali menatap Jonathan. "Maaf, sekarang saya harus bertemu dengan klien-klien saya yang lainnya. Jika ada keperluan anda bisa menghubungi official kantor kami atau astisten saya. Saya permisi dulu." Hana menunduk ramah lalu beranjak keluar dari hadapan Jonathan.

The Victim (End ✔️)Where stories live. Discover now