CHAPTER 32

176K 7.8K 1.7K
                                    

Happy Reading

Jonathan memejamkan matanya erat, mendekap tubuh mungil Axel dalam pelukannya dengan penuh kasih sayang. Selama mungkin ia ingin menikmati detik-detik bersama Axel. Mungkin tidak akan ada lagi kesempatan seperti ini lagi. Karena ia tahu, Hana tak akan membiarkannya untuk bertemu dengan anak ini lagi. Seketika rasa sesal memenuhi batin Jonathan ketika ia memutuskan untuk menjauh dari Hana dan axel dulu. Tak bisa ia pungkiri bahwa itu adalah keputusan terbodoh yang pernah ia buat. Namun di satu sisi, ia merasa sangat bersyukur. Ia dapat melihat mereka lagi dalam keadaan yang baik.

Biarlah ia dibenci karena sifat pengecutnya dan disebut sampah, Jonathan tidak akan peduli. Karena baginya, hanya dengan melihat Hana dan Axel masih bisa tersenyum dan mengembuskan napas di dunia ini adalah segalanya baginya.

"Terima kasih telah datang, papa." ucap Axel sambil mengikis senyum. Ia memeluk leher Jonathan erat seolah-olah tidak menginginkan Jonathan untuk pergi dari sisinya.

"Selamat ulang tahun, Axel." Air mata Jonathan tak berhenti untuk menetes. Tangannya bergetar hebat sembari mengelus punggung Axel. "Terimakasih telah bertahan selama ini. Papa tahu kamu anak yang kuat dan hebat. Sama seperti mamamu. Terima kasih telah bertumbuh besar dan menjadi anak yang lucu dan pintar, yang selalu menghibur semua orang termasuk mamamu. Maafkan papa karena baru bisa bertemu Axel sekarang. Maafkan papa jika selama ini papa tidak pernah ada di sampingmu."

Melihat Jonathan yang terisak di sela pelukannya membuat Axel merasa sedih meski tidak tahu penyebab Jonathan menangis. Ia menangkup wajah Jonathan dengan tangan mungilnya, "Jangan menangis, papa. Papa tidak salah apa-apa. Axel akan sedih jika papa Jonathan sedih. Axel mengerti dengan kondisi papa. Jadi, jangan menangis seperti ini ya, papa Jonathan terlihat seperti baby." Axel tersenyum, menampakkan deretan giginya yang rata kepada Jonathan.

Hati Jonathan semakin mencelos sakit mendengar ungkapan Axel barusan. Ia kembali memelul Axel, menumpahkan gejolak yang membuncah di dada. "Papa menyayangimu, Axel."

Axel membalas pelukan Jonathan dengan erat. "Axel juga sangat menyayangi papa." ucapnya sembari mengikis senyum kecil. "Papa tahu? Semalam Axel berdoa kepada Tuhan. Axel ingin sekali melihat wajah papa Axel yang sebenarnya. Dan wajah papa Jonathan tiba-tiba muncul di antara bintang-bintang di dalam mimpi Axel,  Semalam adalah mimpi terindah bagi Axel. Terima kasih telah mau menjadi sosok papa bagi Axel. Papa Jonathan adalah yang terbaik."

"Axel.." Jonathan semakin tenggelam dalam emosinya. Ia menyayangi anak ini melebihi apapun. Senyumnya, perkataannya, tatapannya sangat menyentuh hati Jonathan.

Ya Tuhan, maafkan aku karena telah menyia-nyiakan anak ini, darah dagingku sendiri. Batin Jonathan merasa berdosa. Ia semakin mengeratkan pelukannya.

Sementara itu, Hana yang sedari tadi menyaksikan pemandangan itu ikut menangis dalam diam. Hatinya sakit melihat kedekatan ayah dan anak itu. Seketika rasa bersalah menjalar di benaknya karena ia berniat untuk nenjauhkan Axel dari Jonathan.

Ia merasa bahwa dirinya adalah ibu yang jahat bagi Axel karena melarang anak itu untuk bertemu dengan ayahnya.

Oh Tuhan..apa yang harus ku lakukan? Batinnya.

Sama seperti Hana, beberapa orang di ruangan itu ikut tersenyuh menyaksikan hal itu, kecuali Billy yang mulai berjalan dengan langkah mundur dan berdiri di belakang Mark.

"Aku pulang dulu." bisiknya pelan di telinga Mark lalu berjalan dengan berjinjit-jinjit, menjauhi kerumunan pesta.

Kembali lagi pada Jonathan dan Axel. Kedua manusia itu saling menempel layaknya perekat, sebelum akhirnya Jonathan menguraikan pelukan. Ia menatap wajah Axel dalam.

The Victim (End ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang