CHAPTER 43

55.2K 3.1K 378
                                    

Mata sayu itu menatap ke sekelilingnya. Ia merasa terlahir kembali ke dunia. Tapi kenapa ia merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang masih membekas? Rasanya begitu sakit. Tapi ia tak tahu mengapa dan apa penyebabnya.

Ia tidak tahu siapa dirinya. Dari mana ia berasal? Dimana ia berada? Apa yang sedang terjadi padanya? Kenapa tubuhnya terasa tidak berdaya seperti ini? Kepalanya tidak bisa mengingat apa-apa.

"Hana? kamu sudah bangun? Ini aku … suamimu."

Matanya mengedar ke arah sosok asing itu. Pria itu menatap cemas ke arahnya. Suami? Apa dia pernah menikah sebelumnya? Hatinya bergejolak ingin mengetahui jawabannya. Tapi otaknya tak bisa memberi respon. Ia tidak tahu apa-apa.

Pria itu meraih tangannya dan mengelus punggung tangannya lembut. "Aku takut sekali ... Aku pikir kita tidak akan pernah bertemu."

Tidak. Ada perasaan aneh yang menghantui kepalanya kala mendengar ucapan pria itu barusan. Kepalanya mendadak pusing. Air matanya perlahan mengalir tanpa sebab.

"Hana? Kamu tidak apa-apa? Sshh ... jangan menangis. Ada aku di sampingmu." pria itu menyeka air matanya lalu mengecup tangannya kemudian.

***

Jonathan merebahkan tubuhnya ke kasur dan menghela napas panjang. Sambil menatap langit-langit kamar, ia kembali mengingat kejadian hari ini. "Kamu benar-benar payah, Jonathan!" makinya pada diri sendiri.

"Aku adalah ... Papamu ..."

Mata Axel membulat kala mendengar ucapan itu.

"Axel bisa menganggapku sebagai papa kandung," lanjutnya kemudian. Sial! Jonathan menyumpahi mulutnya. Ia benar-benar tak bisa jujur dan mengatakan yang sebenarnya!

Axel terlihat menundukkan kepala dan kecewa.

Jonathan memejamkan matanya. Hari ini ia benar-benar menjadi seorang pengecut! Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Billy menghubunginya untuk segera ke rumah sakit.

***

"Apa mommy baik-baik saja?" tanya Jonathan panik menghampiri Billy.

"Kondisinya tiba-tiba menurun," jawab Billy dengan wajah sedih.

Dokter yang menangani Vanesha tiba-tiba keluar.

"Bagaimana? Apa ibu saya baik-baik saja?" tanya Billy.

Dokter itu menghela napas. "Beliau mengalami koma. Kami telah berusaha sebaik mungkin tapi sistem imun pasien terus menurun. Sel kanker menyebar dengan cepat, kami khawatir ibu anda tidak bisa menahan sakit lebih lama lagi."

Jonathan dan Billy sama-sama kehilangan harapan saat itu.

"Jonathan, ada sesuatu yang harus ku katakan padamu," ucap Billy tiba-tiba.

***

Billy dan Jonathan duduk di sofa sambil memerhatikan ruangan khusus tempat dimana Vanesha terbaring lemah. Suasana hening menyelimuti ruangan itu.

"Kuharap kamu segera memaafkan mommy," buka Billy memecahkan suasana. Jonathan mengehela napas panjang.

"Aku tahu apa yang dilakukan mommy sudah diluar batas. Tapi ia tetap ibu kita." jelas Billy.

Jonathan tetap tidak mau merespon. Hatinya sudah terkunci rapat dan dia tidak akan memaafkan siapapun yang telah terlibat atas kematian Hana.

"Jangan egois, Jonathan. Mommy melakukan itu semua demi kebaikan—"

"Berhenti mengatakan itu, Bill!" Jonathan menatap emosi ke arah Billy. "Jika mommy ingin melakukan yang terbaik untukku, kenapa ia malah mengambil separuh dari nyawaku?"

The Victim (End ✔️)Where stories live. Discover now