CHAPTER 44

50.8K 3.9K 446
                                    

"Ada apa, Papa?" tanya Axel kepada Jonathan yang menggantungkan kalimatnya.

Jonathan terkesiap. Ia menatap Axel, "Papa hanya … tadi ..." Ia menoleh lagi ke arah wanita itu. Dia berlari menjauh dari mereka. Wanita itu seperti sedang ketakutan. Apakah yang ia lihat barusan adalah hantu? Atau ia sedang bermimpi? Wajahnya benar-benar mirip.

Tidak, itu pasti bukan Hana. Jonathan menggelengkan kepalanya. Ia pikir itu hanya halunasinya saja karena terlalu sering memikirkan Hana. Hana yang ia kenal telah meninggal.

"Papa Jonathan?"

Jonathan tersadar dari lamunannya.

"Ada apa? Kenapa papa Jonathan hanya diam? Ayo kita pergi dari sini. Axel ingin pulang."

"Axel," cegah Jonathan karena hendak berkata, "Axel tunggu sebentar di sini ya. Papa akan kembali lagi dalam lima menit." Usai berkata demikian Jonathan langsung berlari secepat mungkin mengejar jejak wanita tadi. Ia sudah kepalang penasaran.

Jonathan berlari sembari mengedarkan matanya ke semua tempat untuk mencari sosok wanita tadi di semua tempat. Tapi ia tak menemukan apa yang dicari. Sayang sekali ... langkah wanita itu begitu cepat hingga Jonathan kehilangan jejaknya.

Jonathan menghentikan langkahnya dan mengambil napas.

Apakah itu Hana?

Tapi Hana sudah meninggal. Ia bersumpah menyaksikan sendiri mayat Hana yang terbaring kaku di peti. Mengingat saat itu kembali menyakiti hati Jonathan. Bagaimana tidak? Tubuh yang tidak bernyawa itu sungguh amat mengenaskan. Kondisinya membuat Jonathan benar-benar marah. Terutama wajahnya yang hancur—

Tunggu...

Jonathan tercekat seketika. Identitas diri dan DNA bisa saja dipalsukan di zaman sekarang ini. Apakah itu bukan Hana?

***

Hana menitikkan air mata sembari terus berjalan seorang diri di jalanan yang lengang itu. Kepalanya benar - benar sakit memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya. Siapakah dirinya ini? Ia ingin tahu jati dirinya!

"Hana!" Terdengar suara Agung di belakang. Hana menoleh ke arah pria yang sedang berlari ke arahnya itu.

"Aku mencarimu kemana - mana," ujarnya dengan napas tersengal. Ia meraih lengan Hana, "Ayo kita pu—"

Hana menepis tangan Agung, berusaha menghindar darinya. Agung tercekat, "Ada apa denganmu? Dan kenapa kamu menangis?"

Hana mengusap air matanya dengan punggung tangan. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya ia ingin lari dari pria ini, tapi kemana? Ia tidak punya tujuan.

"Hana ..." Agung mendekat dan menyentuh kedua bahu Hana. "Apa yang sebenarnya kamu tangisi? Kamu sudah bahagia bersamaku. Ini adalah kehidupanmu yang nyata. Aku dan kamu adalah sepasang kekasih. Apa lagi yang perlu kamu takuti?"

"Lalu kenapa aku tidak bisa mengenalmu? Rasanya kamu adalah sosok yang begitu asing bagiku!" elak Hana.

"Itu karena kamu kehilangan ingatanmu. Semua kenangan kita berdua di masa lalu lenyap karena kecelakaan yang menimpamu," jelas Agung berusaha meyakinkan.

***

"Ya, Tuhan, bukankah sudah kukatakan dari awal? Seharusnya kalian lari ke luar negeri. Sungguh, kamu termasuk kategori penjahat terbodoh yang pernah ada." Anita memutar bola matanya jengah setelah mendengar luapan marah Agung di hadapannya.

"Aku tidak bodoh! Aku tahu apa yang harus aku lakukan!" teriak Agung emosi.

"Hanya karena mereka mengira bahwa Hana sudah meninggal, kamu dengan santainya tetap tinggal disini. Aku benar-benar tidak habis pikir. Tidakkah kamu tahu betapa bahayanya jika sampai seseorang yang mengenal Hana sampai melihat wanita itu? Keberadaan kita akan terancam!"

The Victim (End ✔️)Where stories live. Discover now