CHAPTER 17

181K 6.7K 951
                                    

Setelah dokter dan para petugas lainnya keluar dari ruangan, Jonathan memberanikan diri untuk mendekati Hana. Langkahnya kecil dan ragu. Jonathan takut. Ia takut Hana tidak akan sudi melihatnya lagi. "Hana?" panggilnya pelan setelah berada di samping tempat tidur wanita itu.

Hana sontak menoleh ke arah Jonathan. Wanita itu terdiam beberapa saat setelah bertatapan langsung dengan Jonathan. Hening. Suasana menjadi lengang. Bahkan Jonathan-pun tak berani untuk membuka suara.

"Ini dimana?" ucap Hana tiba-tiba. Pandangannya mengedar ke seluruh ruangan.

Jonathan tersentak, ia tidak menyangka Hana akan berbicara dengannya setelah apa yang dialami wanita itu. Dengan langkah berani ia mendekati Hana. "Kamu sedang berada di rumah sakit." jawabnya.

Hana tersentak. "Rumah sakit? Memangnya apa..." ucapan Hana terhenti kala mengingat rasa sakit di daerah sensitifnya pada saat itu. Ia menatap Jonathan. Lama kelamaan wajahnya berubah sendu. "Jangan melakukan hal itu lagi, ku mohon...rasanya sangat sakit." air matanya jatuh mengalir di pipinya. "Aku minta maaf." Hana terisak di tempat tidur. "Aku minta maaf. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Aku janji akan selalu patuh dengan semua perintahmu."

Jonathan menggeleng cepat, "Tidak, tidak." ia berjalan mendekat dan duduk di tepi kasur. "Aku yang seharusnya meminta maaf.." suaranya mengalun lembut. Tangan besar pria itu mulai menyeka air mata Hana. "Aku salah. Aku menyesal melakukannya. Aku janji tidak akan melakukan hal yang dapat menyakitimu lagi, Hana. Aku berjanji." Jonathan menggenggam tangan Hana erat dan menciumnya.

"Aku minta maaf. Kamu tahu betapa frustasinya aku saat melihatmu terbaring lemah dengan mata tertutup disini? Rasanya seperti aku baru saja kehilangan separuh hidupku." bisik Jonathan dengan mata yang sudah memerah.

Hana menatap wajah bersalah Jonathan. Dengan melihat rautnya saja Hana sudah tahu betapa menyesalnya pria itu. Jonathan merunduk dan memeluk Hana yang masih terbaring.

"Aku takut kehilanganmu Hana." akhirnya Jonathan menyatakan apa yang selama ini ia pendam. "Aku takut tidak bisa melihatmu lagi."

"Jonathan..." Hana tak bisa menahan tangis harunya. Ia memeluk leher Jonathan. Keduanya saling berpelukan erat, menumpahkan gejolak yang selama ini terpendam dalam diri masing-masing.

"Maafkan aku.." ucap Jonathan lagi dengan suara yang amat pelan. Hana mengangguk. "Aku memaafkanmu." ucapnya dengan air mata berlinang.

Dan ketika Jonathan mendengar hal tersebut, hati kecilnya-pun mencelos sakit. Bahkan wanita ini tak mempermasalahkan apa yang telah ia lakukan padanya.

Jonathan memejamkan matanya, mengeratkan pelukannya pada tubuh rapuh itu dengan penuh kasih. Bagaimana aku bisa menyakiti wanita berhati malaikat ini? Rutuk Jonathan dalam hati. Betapa bejatnya dirinya selama ini. Wanita ini telah banyak mengorbankan diri.

Jonathan menggeleng, ia tidak bisa melakukan ini lagi. Ia harus berhenti. Hana harus merasakan kebebasan. Ia sadar, dirinyalah yang menjadi penghambat kebahagiaan wanita muda ini.

Beberapa saat kemudian, Jonathan melepaskan pelukannya pada Hana. Ditatapnya lamat-lamat wajah pucat dan sembab wanita itu.

"Hana." ucapnya serak. "Mari hentikan ini."

Hana terdiam. Tak paham sama sekali dengan ucapan Jonathan.

"Kamu harus bahagia..." Jonathan menatap lurus pada bola mata Hana. "Mari akhiri hubungan terlarang kita."

Bagaikan tersambar petir, tubuh Hana langsung menegang seketika. Tenggorokannya langsung tercekat. Lidahnya kelu. Tak mampu untuk berbicara dan membalas apa yang baru saja mulut Jonathan lontarkan.

The Victim (End ✔️)Where stories live. Discover now