CHAPTER 12

230K 5.7K 242
                                    

🔲Happy Reading🔳

Hana membuka matanya saat mendengar suara ribut dari toilet kamarnya. "Hoekk!!"

"Arghh sial! Kenapa aku harus seperti ini setiap pagi?!"

Hana menyingkap selimutnya dan segera berlari ke toilet, menyusul suara yang sedang tersiksa itu. Sesampainya di toilet, Hana dapat melihat Jonathan sudah berlutut di lantai dengan wajah menghadap ke dalam kloset duduk. Dilihat dari wajahnya yang sudah merah dan berkeringat saja, Hana sudah tahu bahwa Jonathan sangat tersiksa. "Pak Jonathan? Apa bapak sedang sakit?" tanya Hana panik sembari mengelus punggung Jonathan.

Jonathan menggeleng, "Tidak. Dokter Leo mengatakan bahwa tubuhku baik-baik saja. Mungkin karena faktor salah makan." gumam Jonathan.

"Oh begitu." ucap Hana. Ia kembali mengelus punggung Jonathan dengan lembut, seperti yang pernah ibunya lakukan kepadanya saat ia mual-mual beberapa minggu yang lalu. Usai membantu Jonathan di toilet, Hana membawa Jonathan berbaring di kasur. Ia segera menyelimuti Jonathan dan mengambil minyak kayu putih di laci meja.

"Mau apa kamu?" Jonathan berteriak panik saat Hana membuka bajunya. Hana mengangkat alisnya melihat reaksi Jonathan seperti akan diperkosa saja. Sangat berlebihan.

Tanpa menjawab, Hana melanjutkan aksinya dengan menyingkap baju Jonathan sampai sebatas leher. Ia segera mengoles minyak kayu putih di sekitar perut Jonathan. "Sepertinya bapak masuk angin." Ucapnya.

"Ck, tidak mungkin setiap hari aku masuk angin." sahut Jonathan.

"Benarkah? Hmm. Penyakit macam apa ya yang sedang bapak alami ini? Sepertinya parah sekali sampai mual-mual setiap hari." ucap Hana heran.

Jonathan memutar kedua matanya jengah, "Sudah berapa kali aku katakan, ini bukan penyakit!" teriaknya kesal.

"Saya hanya khawatir saja." Hana mengdengkus. Setiap kali ia berbicara sesuatu yang tidak enak di telinga Jonathan, pria itu pasti akan menimpalnya dengan teriakan atau bentakan. Hana merasa sikap Jonathan sangat aneh akhir-akhir ini. Seperti sikap seorang ibu hamil yang sangat sensitif.

Ceklek!

"Oh my..."

Hana dan Jonathan serempak menoleh ke arah pintu. Disana terdapat Billy yang sedang membulatkan matanya sambil membekap mulutnya, tidak percaya atas apa yang sedang ia lihat ini. "Guys! What the hell is this?! Apa kalian habis bercinta?" ucap Billy seraya berjalan masuk.

Hana sontak mengangkat tangannya dari perut Jonathan. Mungkin karena inilah Billy menjadi salah paham. Posisi tubuhnya seperti seorang wanita yang hendak menggoda pria saja. "Kami tidak—"

"Ya, kami baru saja selesai dan akan melanjutkannya sebentar lagi. Dan kedatanganmu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu telah menghancurkan segalanya!" seru Jonathan.

"Benarkah? Yes! Aku berhasil menghentikan kegiatan kotor kalian." pekik Billy senang. "Setidaknya aku masih punya satu kebaikan untuk masuk ke Surga."

Jonathan melotot, sepertinya adik bungsunya ini sangat senang karena berhasil menghentikan aktivitas kakaknya. "Cepat katakan apa maumu?!" seru Jonathan tidak tahan berlama-lama menatap wajah sumringah Billy.

Billy terkekeh seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Bisa pinjam kartu debitmu? Saldoku sudah habis." ucap Billy dengan nada memelas.

"Untuk apa?!"

"Aku ingin membeli sesuatu untuk pacarku yang akan berulang tahun seminggu lagi." jawab Billy.

"Pacar?" Jonathan mengernyit. "Pacar yang mana lagi? Bukankah kamu sudah putus dengan semua jalang-jalangmu itu?"

The Victim (End ✔️)Where stories live. Discover now