CHAPTER 38

98.5K 5K 811
                                    


D

i malam yang dingin itu, Catherine termenung seorang diri di dalam apartemennya di New York. Matanya sayu seperti tak ada harapan. Ia seperti seseorang yang tengah kehilangan arah dan kebingungan menghadapi situasi yang tengah menimpanya sekarang. Ponselnya masih menyala dan tergeletak di atas meja, menampilkan sebuah pesan aneh yang dalam seketika mengejutkan dirinya.

"Kamu membunuh adikmu sendiri, jalang!"

Adik … Adik … Adik.

"Adik?" Catherine menggelengkan kepalanya. "Dia bukan adikku."

"Dia bukanlah seseorang yang selama ini aku cari ... Aku tidak mungkin mempunyai adik seperti jalang itu!" gumamnya pada dirinya sendiri.

"Jikapun memang dialah orangnya, aku juga tidak bersalah! Aku tidak membunuhnya. Ya, aku tidak membunuhnya samabsekali. Aku bahkan tidak menyentuhnya!" Ia mengangguk membenarkan. "Ya. Aku memang tidak membunuhnya."

Ia lalu tertawa pelan. "Bagaimana bisa aku disebut pembunuh? Aku tidak membunuh adikku sendiri! Krystin telah meninggal sejak ia menghilang!"

Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. "Krystin dan Hana adalah orang yang berbeda! Mereka tidak sama ... mereka tidak sama... " Ia memejamkan matanya. "Mereka berbeda ... Mereka berbeda … Mereka tidak mungkin sama."

Kamu membunuh adikmu sendiri, jalang!

Pesan itu menghantui dirinya.

"Mereka tidak sama!" teriak Catherine frustasi seperti orang gila. Kepalanya pusing seakan diserang oleh sebuah fakta yang mulai terlihat jelas.

"Katakan kepadaku bahwa mereka adalah orang yang berbeda!" Catherine mulai memberontak pada dirinya sendiri.

Brakk!

Semua benda di meja seketika terseret dan jatuh ke lantai ketika Catherine sudah tak mampu meredam emosinya. Semakin ia melawan kenyataan itu, semakin pula rasa bersalah itu menusuk dirinya.

Ingatan demi ingatan mulai menghampirinya. Mata, hidung, bibir, kulit. Semua yang ada pada bayi mungil yang pernah ia sayangi sejak kecil itu. Sangat terlihat mirip dengan fisik Hana. Terutama pupil mata wanita itu.

Perlahan demi perlahan Catherine mulai sadar akan kenyataan. Ilusi itu mulai terlihat jelas pada diri Hana.

Hana adalah sosok Krystin yang ia cari. Adik kecilnya yang selama ini ia rindukan. Seketika kepalanya terasa seperti sedang dipukul sangat keras. Mengingat semua perlakuan yang telah ia lakukan kepada Hana.

Ya, Tuhan ... Air mata Catherine mulai berjatuhan. "Hana ..." Ia mulai terisak dengan luka yang menusuk hatinya. Pantaslah jika selama ini ia selalu dihantui rasa bersalah dan tidak enak ketika hendak merencanakan hal buruk terhadap Hana. Perasaan itulah yang ternyata menahan dirinya.

Dan sekarang ia dengan teganya menghancurkan hidup adiknya yang malang itu. Tak tahu bagaimana nasib Hana. Apakah ia masih hidup atau telah meninggal.

"Apa yang telah kulakukan terhadap adikku? " Ia menjambak rambutnya sendiri.

Flashback on

"Harga diri mommy hancur, Cath." Vanesha menangis di hadapan Catherine usai diusir beberapa saat yang lalu oleh Jonathan.

"Jonathan mengusir mommy dan lebih memilih wanita jalang itu! Mommy tidak bisa menerima ini semua, Cath! Kita harus membalasnya!"

Catherine hanya terdiam di sofa dengan mata menggelap. Ia membenci Hana. Rumah tangganya hancur karena wanita itu.

"Kamu harus mendapatkan Axel, Cath! Apapun caranya," tekan Vanesha.

"Tidak, Mom. Aku tidak akan merebut Axel dari Hana. Percuma saja," sahut Catherine dengan nada rendah. Matanya lurus ke depan dan melihat dengan pandangan kosong.

The Victim (End ✔️)Where stories live. Discover now