CHAPTER 39

81K 4.4K 803
                                    

Jonathan menyuapi Axel dengan sabar. Sebelumnya anak itu menolak untuk diberi makan sebelum mengetahui keadaan ibunya yang sampai sekarang tidak ada kabar. Namun setelah Jonathan berkata bahwa Hana baik-baik saja dan berjanji akan segera menemui Hana secepatnya, akhirnya Axel menurut dan mau memakan buburnya.

Ya, setidaknya inilah yang bisa Jonathan lakukan untuk sekarang. Ia tidak bisa membiarkan anaknya kesakitan baik fisik maupun pikiran. Ia harus menghibur Axel sebisanya meski di lain sisi kepalanya sudah tak bisa berpikir lancar. Sebenarnya ia sudah geram dan ingin segera mencari Hana dan menghajar si pelaku. Tapi untuk sementara ia akan menahannya. Biarlah anak buah dan detektif pribadinya yang bekerja saat ini. Ia harus memberikan semangat kepada Axel agar anak itu tenang.

Dan saat Jonathan akan menyuapkan suapan terakhir ke dalam mulut Axel, tiba-tiba...

Brak!

Jonathan dan Axel sontak menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka dengan keras. Jonathan hampir saja mengumpat marah sebelum ia tahu siapa yang telah berdiri di ambang pintu itu.

"Oma?" panggil Axel sedikit terkejut dengan kedatangan Fatma.

Dengan wajah sembab, Fatma berjalan tergesa dan menghampiri Axel. Ia memeluk cucunya itu dengan erat. Ia menguraikan pelukan sambil memeriksa keadaan Axel apakah ia baik-baik saja atau ada yang terluka.

"Axel, kamu tidak apa-apa? Apa kamu terluka? Katakan pada Oma dimana letak rasa sakitnya?" tanya Fatma panik disertai isakan tangis.

"Syukurlah dia tidak apa-apa," jawab Jonathan.

Fatma terdiam sesaat. Ia membalikkan badannya lalu menatap Jonathan dengan tatapan yang sulit diartikan. Jonathan dapat melihat ada kemarahan dalam mata Fatma terhadapnya.

Plak!

Jonathan memegang pipinya yang memanas setelah mendapat tamparan yang sangat keras oleh wanita paruh baya itu. Fatma menatap emosi pada Jonathan. "Dimana anak saya?! Katakan dimana dia!" teriak Fatma histeris.

"Saya—"

"Sampai kapan anda akan menyiksa anak saya?" Tangisan Fatma pecah di dalam ruangan itu. Ia mengguncang lengan Jonathan sambil menangis tak karuan. "Sudah berapa banyak cobaan yang harus ia lalui? Kenapa harus dia yang anda siksa? Apa melihatnya kesulitan selama ini masih belum cukup? Sampai kapan?!"

Jonathan tercekat. Tenggorokannya terasa seperti sedang digorok hingga membuatnya tak mampu berbicara.

"Apa yang harus ia terima kali ini? Apa anda tidak bisa membiarkan anak saya bahagia kali ini saja?! Dimana letak hati nurani anda? Hana dan Axel ... mereka telah banyak terluka karena ulah anda, ibu dan juga istri anda! Kalian melakukan semuanya sesuka hati kalian! Kalian manusia jahat! Kembalikan anak saya!" Teriak Fatma histeris. Ia terjatuh di lantai dengan lemah. Akhirnya ia menumpahkan semua gejolaknya di hadapan semua orang di dalam ruangan itu.

Jonathan hendak berlutut dan menolong Fatma, namun ucapan wanitu itu tiba-tiba membuat tubuhnya tak dapat bergerak.

"Anak itu sudah menderita sejak ia lahir ke dunia ini! Hidupnya pahit dan gelap. Entah dosa apa yang telah ia lakukan hingga anak malang itu harus dibuang oleh orang tuanya semenjak kecil."

Deg!

Jonathan mematung. Termasuk Windy yang baru saja sampai beberapa saat yang lalu. Ia terdiam mematung di ambang pintu dengan tangan membungkam mulut karena terkejut.

"Jadi saya mohon ... kembalikan Hana. Biarkanlah ia menjalani hidupnya dengan tenang. Sudah cukup pedih yang selama ini ia rasakan. Anda tidak akan tahu bagaimana menyakitkannya menjadi Hana."

The Victim (End ✔️)Where stories live. Discover now