CHAPTER 19

172K 5.8K 478
                                    

Usai meminta izin ke toilet, Billy langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Hana. Sebenarnya bukan itu tujuannya.

Dan berdirilah ia di sini. Di lorong-lorong yang panjang dan cahayanya tampak temeram. Billy menyenderkan punggungnya ke dinding sambil menunggu seseorang datang. Tak berapa lama kemudian, terdengar langkah kaki seseorang. Billy menegakkan tubuhnya saat melihat Jonathan tengah berjalan ke arahnya dengan balutan jasnya yang rapih.

"Kenapa kamu memintaku ke sini? Ada yang ingin kamu sampaikan?" ucap Jonathan begitu ia telah berhadapan dengan Billy.

Billy mengangguk. "Aku ingin menanyakan kepastian hubunganmu dengan Hana."

Jonathan menghela napas berat sejenak lalu menyenderkan punggungnya pada dinding. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana sambil menatap langit-langit gedung itu. "Bil," panggil Jonathan.

"Hm?"

"Kamu tahu situasiku, kan?"

Billy terdiam sejenak. Lalu beberapa saat kemudian ia berkata, "Aku mengerti. Berada di posisimu mungkin akan sulit, tapi tetap saja ini tidak adil bagi Hana."

Jonathan menghela napas lagi. "Mau bagaimana lagi? Hanya ini satu-satunya jalan bagiku untuk melindungi mereka."

"Tapi Jonathan... Kamu menyakiti hati Hana!"

"Itu lebih baik, Bill. Aku tidak bisa membiarkan nyawa ibu dan adiknya terancam di sana. Begitu juga dengan nyawanya. Aku harus melindungi Hana dan anakku. Semua bahaya bisa saja datang kapanpun. Dan aku ingin anakku selamat hingga ia lahir nanti. Kamu tahu sendiri kan apa yang akan di lakukan mommy jika aku membatalkan pernikahan ini?"

"Kamu takut dengan mommy? Kuasamu lebih besar daripadanya! Kenapa harus tunduk pada perintah wanita itu?!"

"Karena nyawa mommy juga akan terncam jika sampai pernikahan ini dibatalkan, Bill! Mommy berhutang banyak pada keluarga Jovanka. Mereka memberikan semua yang mommy minta. Bahkan kekuasaan yang ku pegang sekarang."

"Jonathan, tetap saja kamu—"

"Jika saja aku bisa bertukar posisi, mungkin akan lebih baik jika aku hanya seseorang dari kalangan biasa. Memangnya siapa yang rela melukai wanita itu? Aku-pun ingin merangkulnya di dalam dekapanku seperti yang kamu lakukan kepadanya saat ia sedang bersedih. Aku-pun ingin menyeka air matanya sama seperti yang kamu lakukan ketika ia menangis... Sayangnya, aku harus berpura-pura menjadi tokoh antagonis di sini.:

Billy hanya bisa terdiam dengan kedua tangan saling mengepal.

Jonathan menolehkan kepalanya dan menatap Billy, "Bukankah aku sudah memberimu izin? Kamu bisa menikahi Hana dan membawanya pergi jauh. Aku akan memberikan semua biaya yang kalian butuhkan."

Billy menatap Jonathan dengan dahi mengernyit, "Menikahi Hana?" ia tertawa hambar. "Yang benar saja. Aku tidak akan berani menikahi seseorang yang tidak mencintaiku. Bagaimana bisa aku menikahinya sementara wanita itu terus menyerukan namamu di hadapanku? Aku akan berani menikahinya kalau kamu sudah mati, Jonathan! Karena kamu masih hidup, kurasa aku tidak akan bisa mengambil keputusan itu. Kamu harus berjuang bagaimana caranya agar kalian bisa bersama kembali. Aku tahu posisimu sudah tersudutkan. Tapi apa salahnya untuk mencari jalan keluar lagi?" Usai berkata demikian, Billy langsung melangkahkan kakinya pergi, meninggalkan Jonathan.

Jonathan menatap kepergian Billy. Merenungkan setiap kata yang diucapkan adiknya itu. Saat Jonathan hendak melangkah pergi dari tempat ini, tiba-tiba muncul seseorang dengan wajah ditutupi dan pakaian serba hitam.

"Apa—"

Dug!

Belum sempat Jonathan berbicara, pria itu langsung meninju wajahnya. Jonathan hendak membalas namun pria itu kembali meninju perutnya selama beberapa kali.

The Victim (End ✔️)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora