Hampir Telat

94 28 19
                                    

Gadis berambut sebahu dan wajah cuek andalannya baru saja memasuki area sekolah. Beberapa siswa dan siswi menatapnya dengan berbagai muka. Gadis itu memutar bola matanya. Ia tahu ia cuek tapi itu hanya mukanya dan pertahanannya. Mereka tak tahu sikap dia sebenarnya. Karena manusia hanya melihat covernya tanpa mau melihat isi di dalamnya. Iya bukan?

Gadis itu cukup risih apa bila melewati gerombolan siswa-siswi yang membuat turun percaya diri. Percayalah gadis yang dikenal sana sini dengan wajah cueknya menundukan kepala bukan mengangkat kepala dengan angkuhnya.

Bulan tahu wajahnya memang seperti orang yang cuek akan segala. Berbeda jika kalian sudah masuk kedalam area ia berada. Maka kalian akan merasakan banyak kehangatan daripada kedinginan. Namun, memang gadis itu selalu dingin pada orang luaran untuk menjaga areanya tetap aman.

Selain, muka yang cuek. Ia orang sulit peka terhadap semua. Ia bisa mengartikan hubungan apa, masalah apa, juga penyebab apa pada orang yang berada di areanya. Beda lagi dengan sebuah rasa yang dinamakan cinta. Bulan akan buta akan semua yang dinamakan cinta.

Seumur usia, dia baru 1 kali merasakan jatuh cinta pada lawan jenisnya. Saat dia SMP kelas 3 ia baru sadar apa itu yang dinamakan cinta, bagaimana rasanya, juga sakit yang dideritanya. Ia jatuh cinta pada Galang. Namun, cintanya dimainkan. Galang suka kepadanya namun menjalin ikatan dengan gadis lainnya.

Hingga sekarang Bulan belum merasakan yang namanya jatuh cinta. Padahal ia akan menginjak kelas 12 ditahun depan. Ada beberapa yang menyatakan terang-terangan suka pada Bulan namun dia tidak suka balik pada mereka dan ada juga yang diam-diam mendekat lalu keesokannya terbongkar karena Bulan curiga dan menceritakannya pada Langit, kakak kelasnya.

Kini Bulan sudah menginjakan kakinya di kelas dan disambut ocehan oleh Bintang.

"Bulan sayang, lo kenapa sih tiap sekolah datang telat mulu?"

"Bintang sayang tahu gak? Gue tuh bukan telat tapi hampir telat." Jawab Bulan dengan dengan setengah kesal.

"Sama aja, lo kalau dibilangin sama jodoh lo tuh harus nurut." Mau tak mau Bintang pun menjawab dengan nada yang sama.

"Beliin jam makannya."

"Oke, Abang Bintang besok beli jam buat Neng Bulan." Ucap lelaki itu dengan ceria disertai cengiran khasnya.

"Ceilah, Neng Bulan mau ditraktir jam sama Bang Bintang. Kapan jadian?" Tanya seseorang yang sejak tadi melihat obralan mereka.

"Eh ada Bang Kaivan! Semoga aja kita jodoh Bang."

Bulan mengalihkan pembicaraan. "Van, lo duduk di depan?"

"Iya udah jadwalnya. Berarti lo duduk di depan juga. Kan meja kita bersebelahan." Ucap Kaivan memberitahu gadis yang bertanya kepadanya.

For your information, Kaivan pernah suka sama Bulan bukan dalam artian cinta tapi kagum. Tapi, lama kelamaan kagumnya sirna bukan tumbuh menjadi cinta. Ya gimana, dikira Bulan tuh baik kayak malaikat eh tahunya ngeselin gak ketulungan.

"Hm, lo berdua jangan saling bicara nanti jatuh cinta. Repotkan jadinya." Suara Bintang tiba-tiba keluar.

"Dia emang cantik Tang, tapi abang gak cinta." Ucap Kaivan dengan menepuk pundak temannya.

"Lega banget," Bintang mengucapkannya dengan pelan.

"Gue gak salah denger kan. Lo nganggep gue sebagai rival?" Kaivan berucap

"Sayangnya Bulan kok cemburuan."

Harusnya gadis itu mengusap rambutnya Bintang, tapi lelaki tersebut menahan niat gadis di depannya dengan mencubit pipi Bulan gemas.

"Ih, sayang kok lo buat gue gemes?"

Bintang tak melepas cibitannya. Sedangkan yang dicubit tak keberatan dengan tangannya.

"Lo gak tahu kalau gue lucu sama imut?"

"Udah tahu, cuma lo jutek sih sama gue. Jadi rada gak kelihatan."

Kaivan mengacak rambutnya yang tak gatal. Seakan kedua makhluk di depannya adalah cobaan. "Kapan lo berdua jadian?!"

Bintang melepas cubitannya lalu berbisik kepada Bulan. "Lan gue lupa mau menebarkan pesona."

Lalu, ia menegakan badan dan menyamakan tingginya dengan Bulan. Sedangkan gadis di depannya bersikap biasa dengan muka cueknya bukan salah tingkah seperti gadis sebaya mereka.

"Bye sayang!" Ucap Bintang dengan mengacak rambut gadis didepannya. Setelah itu dia menghilang dibalik pintu.

Bulan merapihkan rambutnya yang berantakan dengan wajah sebal. Namun, aktivitasnya teralihkan oleh suara Kaivan.

"Lo gak baper sama Bintang?"

"Gue, baper sama tuh orang. Gak akan Kaivan."

"Halah sok jago banget si Bulan. Udah jatuh mah kelar." Gumam Kaivan dengan sangat pelan.

"Van, tadi gue duduk dimana ya?"

Ingin rasanya Kaivan menjambak rambut Bulan. Untung cantik jadi kasihan.

"Di sebelah meja gue nyonya Bintang." Tunjuk dia pada meja disebelah mereka.

"Terima kasih, hewan peliharaan tersayang."

"Apa lo bilang?" Ucap Kaivan dengan tersenyum miring.

"Gak, gue heran kemana ya si Alvira." Bulan celangak celinguk mencari keberadaan temannya.

"Sakit, tadi ada suratnya."

"Gue sendiri?!" Gadis itu pun segera duduk di meja sesuai jadwal duduknya.

"Bukannya udah biasa?"

Bulan pun menatap Kaivan dengan jurus andalan.


Ara updet nih!!!
Jangan lupa kasih comment sama likenya ya😍
Karena comment dan like kalian membuatku semangat😶

Tertanda

Araa,

Penghuni MalamWhere stories live. Discover now