Double B

6 1 0
                                    

Senyumnya masih sama, tak pernah menua. Rautnya mengatakan bahwa ia bahagia.

Jangan tanya gadis itu kenapa. Karena kalian pasti tahu jawabannya. Seorang yang telah memberi luka lalu menutupnya. Seorang yang tengah dijatuhi lalu dibangkitkan kembali. Sungguh ini rasa yang sangat ia senang dapatkan.

"Bunda!"

Suaranya menggelegar mengisi seluruh ruangan. Suaranya bukan menghitam tetapi memerah dengan mudanya.

"Jangan teriak!"

Suara itu berasal dari dapur. Aroma yang ia hirup membuktikan bahwa kegiatan yang dilakukan adalah membuat makanan.

Kakinya tergerak. Langkahnya semakin cepat. Ia tak sabar menemui orang yang ingin ia beri sebuah cerita sungguhan. Bukan khayalan seperti yang ingin selalu diimpikan.

Tangannya merentang siap memberi kehangatan. Saat sang dingin didekapnya ia menceritakan kisahnya.

"Bunda, Bulan seneng."

Sebuah lengkung muncul. Lengkung kebahagian judulnya.

"Bintang ngajak pacaran sama Bulan. Tapi, dia gak romantis. Masa ngajaknya pake alasan jadi selingkuhan. Kan Bulan sebel."

Tangan Nina terulur mengacak rambutankanya. Ia gemas. Bulan telat menyadari sebuah cinta.

"Ini anak Bunda Nina?"

"Kalau bukan, kenapa aku ada sini?"

"Bisa aja kamu kesasar."

Jalinan hangat terlepas." Bunda! Bulan marah nih,"

Nina mencubit pipi anaknya dengan gemas. Ia tak menyangka bisa mempunyai anak semenggemaskan Bulan.

"Anak Bunda imut banget sih."

"Tapi, Bintang gak pernah bilang gitu ke aku."

Ada-ada saja tingkah menggemaskan yang Bulan lakukan. Disaat seperti ini, dia selalu memikirkan Bintang. Memang jatuh cinta itu menyenangkan juga menyusahkan.

"Sana kamu ke kamar!"

"Ngusir?"

"Iya."

Bulan cemberut. Bundanya memang jago membuat ia menampilkan raut kesalnya.

******


Gazalaba
Bintang sayang😶

Bintatang
syg palalu peang

Dia sangat bisa menurunkan suhu di Bulan. Lalu, menaikan kemudian menurunkan lagi dan lagi. Selalu seperti itu siklusnya.

Gazalaba
bsk jemput ga?

Bintatang
ga

Gazalaba
oh,

Ingin sekali Bulan memberitahu bahwa ia kesal. Tapi ia bisa apa? Bintang mungkin masih kesal. Namun ia tak akan membiarkannya lepas dari kandang.

Ting.

Gal
bsk gue jemput

Gazalaba
oke

Meskipun Bulan belum sepenuhnya memaafkan Galang. Ini gratisan. Lumayan buat hemat uang. Nyicil buat nikah sama Bintang. Hemat tenaga pula. Lagi pula, Bintang tidak menjemputnya.

Gal
ga akan ada yg mrh?

Gazalaba
sp?

Gal
oh, ga ada?

Gazalaba
ga

Ia ingin sekali. Bintang yang mengajaknya seperti ini. Tapi dia siapa? Hanya sebatas teman dengan dinamai pacar oleh Bintang.

Kalau dipikir-pikir, gadis cuek itu lebih banyak mendapat luka daripada bahagia. Ia lebih banyak menderita sebelum-sebelumnya karena Bintang.

Chiring Chiring Chiring

Matanya menatap benda persegi yang memunculkan nama yang disenanginya.

"Ha-halo"

Untuk pertama kali dari masa merenggang mereka, lelaki itu meneleponnya. Membuat darah gadis tersebut mengalir dengan derasnya. Jantungnya membuat detak dengan cepatnya. Membuat respon gugup pada dirinya.

"Lo besok gue jemput."

Apa? Ingin sekali ia mengatakan iya. Tapi ia merasa tak tega sudah menyepakati ajakannya dengan orang sebelumnya. Gadis itu tak boleh egois soal rasa.

"Ga usah."

"Labil lo! Emang ada apa pake gak usah segala?"

"Gu-gu-gue,"

Padahal Bulan belum meneruskan katanya tapi lelaki itu sudah memotongnya. Sebalkan jadinya.

"Berangkat sama siapa?"

"Ayah,"

Ia ingin berkata jujur. Membuat cemburu Bintang apakah mengasikan? Tapi katanya tertahan. Karena lelaki itu mungkin tak memperdulikan. Ia mungkin hanya bereaksi biasa.

"Yakin?"

"Iya."

"Yaudah"

Tut

Telepon terputus.

Sebenarnya Bulan merasa tak enak membohongi Bintang. Tapi apa daya Bintang bersikap seolah dirinya tak ada. Hanya menjalinnya terikat saja. Lelaki itu hanya mempermainkan tanpa tahu arti sesungguhnya.







Ketahuan ga ya?🤔
Apa nanti Bulan bakal diputusin Bintang?
Apa Bulan bakal ga bersinar?


Penghuni MalamWhere stories live. Discover now