Hambatan

6 3 3
                                    

Alvira kewalahan dengan sikap teman sebangkunya. Tak lain dan tak bukan Bulan. Gadis itu bersikap bukan seperti dirinya. Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan cinta. Namun dengan bahasa yang berbeda.

Bulan kini mengajaknya berbicara. Alvira sih senang-senang saja. Akhirnya temannya mau membuka suara juga. Tapi apa?

"Cerita boleh?"

Keningnya berlipat. "Tumbenan lo mau cerita. Mau cerita apa?"

Gadis itu menganggukan kepala. "Kalau lo degdegan itu penyakit jantungan bukan sih?"

Ini bukan sebuah cerita. Melainkan sebuah pertanyaan.

"Itu namanya nanya."

Gadis itu meringis yang penting sekarang eksperesi tak seperti kemarin diam dengan wajah andalan.

"Lo kalau nunggu pengumuman juara atau nilai yang remedial degdegan gak?"

"Degdegan. Tapi ini beda tiap kita deket sama seseorang. Baru saat itu deg degannya."

"Lo degdegan sama siapa?"

"Cowok,"

Alvira ingin berteriak sekarang. Matanya melebar." Itu tandanya jatuh cinta mungkin atau risih gitu."

Gantian mata gadis cuek yang melebar sekarang.

"Jantung lo berasa mau keluar?"

Bulan mengangguk.

"Perut lo kayak ada yang terbang-terbang?"

Ia mengangguk kembali.

"Lo bahagia setelahnya?"

Ia kini sedikit terdiam. Apakah ia kemarin tersenyum saat lelaki itu mendekatkan wajahnya?

"Bahagia gak?"

Gadis itu mengangguk malu.

"Oh May God, akhirnya lo merasakan jatuh cinta kedua kalinya."

Saking senangnya, Alvira memeluk tubuh Bulan. Ketika ia sadar gadis yang dipeluknya memeluk balik. Ia melepaskan pelukannya.

"Lo seneng banget?"

Sebuah lengkung tipis tercipta diwajah Bulan.

"Lo jatuh sama siapa?"

"Bintang."

Alvira ingin pingsang sekarang. Apakah ia harus ke dokter THT untuk memeriksa telinganya?

"Seriously?"

"Iya." Jawab gadis itu malu.

"Lo kok bisa jatuh sama dia?"

Gadis itu menggeleng. Ia tidak tahu apa yang hatinya lakukan sehingga menjatuhkannya pada seorang Bintang.

"Tuh Lan! Bintang." Tunjuk Alvira pada orang yang akan melewati mereka.

Walaupun koridor ini ramai. Namun mata Bulan teliti melihat kesekitar. Lalu matanya bertemu dengan tubuh lelaki yang sudah berada dihati. Meskipun lelaki itu sudah memiliki pasangan. Bolehkan dirinya menajadi pilihan? Pilihan untuk selamanya.

Ketika Bintang akan melewatinya. Tangan Bulan menahannya dengan satu tangannya. Lelaki yang ditahan diam. Sementara waktu seperti dihentikan. Semua pandangan tertuju pada mereka yang menjadi pusat perhatian.

Pandangan tersebut membuat Bintang risih."Apa lo pada lihat-lihat! Gak pernah lihat orang ditahan?!" Matanya tajam melihat kesekitar.

Gadis cuek itu masih menahan Bintang. Ia sangat gembira. Meskipun Bintang menjauhinya, Bulan akan tetap selalu ada disampingnya. Bukannya Bintang akan selalu menemani Bulannya?

Saat ia akan berkata, sesuatu jatuh di puncak kepala. Sebuah hantaman menghentikan tingkatnya. Suara teriakan melengking disana. Pandangannya mengabu, berganti hitam kemudian. Ia ingin bermimpi sekarang.

Apakah ia selalu mendapat luka saat bahagia?












Kira-kira Bulan kenapa?

Penasaran gak?

Harus penasaran dong

Kalo penasaran baca bagian selanjutnya dong😄

Penghuni MalamWhere stories live. Discover now