Luka Lebam

7 4 4
                                    

Kain kasa berserta temannya masih menempel dibagian keningnya. Wajah cuek masih terpampang disana. Ia baru memulai sekolah setelah izin 1 hari.

Bengkak di keningnya belum menghilang. Begitu pun juga luka hatinya. Sang pujaan hatinya sama sekali tidak menjenguknya.

Kemarin Galang dan Langit datang ke rumahnya. Jangan tanya Kaivan, ia sudah pasti datang bersama Alvira. Tapi lelaki yang ia tunggu tak datang menemuinya.

Suasana kelas yang ia rindukan. Bersama dengan satu makhluk yang ia sangat rindukan. Saat tubuhnya sudah masuk kedalam ruangan, banyak mulut yang berbicara mengetahui ia sudah pulih dari sakitnya. Apa mereka tak melihat? Kehadirannya disini menandakan ia baik-baik saja.

"Bulan, kenapa lo pergi sekolah?!"

"Pengen,"

"Anjir Lan, gue pengen cubit lo deh! Gemes." Ucap Kaivan yang melihat percakapan Alvira dan Bulan.

Bulan pun melotot.

"Tang, lihat deh! Bulan lucu banget." Tangannya menunjuk gadis dengan ekspresi melotot tersebut.

Bintang melirik gadis yang ditunjuk Kaivan malas.

Lelaki itu mendelik."Mata lo rabun? Lucu darimana?!"

Bukan suara Kaivan namun suara Alvira. "Biasa aja kali Tang." Toh, temannya Bintang menunjuk pada Bulan karena gadis itu lucu. Apa salahnya?

"Gue gak rabun. Lo lihat!" Kaivan keluar dari area tempat duduknya. Tubuhnya kini mendekati meja Bulan, lalu tangannya tergerak mecubitnya. Setelah mencubit, tangannya bergerak mengapit kedua sisi wajah Bulan lalu menggeraknya meghadap ke arah Bintang.

"Lo liat Tang, lucu kan?"

"Jijik,"

Bulan tersenyum miris. Apakah ia terlihat menjijikan dimata Bintang?

Kini Kaivan memanggil Galang. "Lang, Bulan lucu kan?"

"Ya iyalah."

"Sebenernya yang rabun itu lo Tang! Bulan imut dikata jijik." Tuduhnya pada Bintang.

"Lo aja yang gak tahu. Cewek yang lo kata imut tuh ganjenan!"

Brak.

Suara meja digerbrak seseorang dengan murka.

"Anjir, siapa yang lo kata ganjen?!" Tanya Galang dengan nada yang meninggi.

"Lo ngerasa? Lo ganjen?" Tanyanya sinis.

"Bukan gue, tapi Bulan." Ia menunjuk perempuan yang dimaksud.

Seringaian muncul diwajahnya."Itu lo tahu."

Satu hantaman mengenai wajah Bintang, lelaki yang dihajar tidak berdiam ia membalasnya. Tidak ada yang mau melerai baku hantam antara mereka. Kecuali Bulan.

"Berhenti!" Dua manusia itu seolah tak mendengar suara Bulan. Mereka tetap melanjutkan.

Ia tak punya cara lain. Ia harus berada antara keduanya atau menarik salah satu dari kedua orang tersebut.

Saat ia ingin melangkah. Alvira menahannya. Dengan sekuat tenaga ia melepas genggaman Alvira.

Sebentar lagi, ia akan berada diantara lelaki yang sedang baku hantam. Tangannya kini refleks akan menarik tubuh Bintang. Namun lelaki itu kalap, ia tak bisa membedakan Galang dan Bulan. Sehingga membuat wajah Bulan menjadi sasarannya.

Gadis itu meringis, ia sekarang mendapat luka lebam. Galang menghentikan aksinya. Ia melihat wajah Bulan. Ia ingin menyentuhnya tapi pasti gadis itu tak akan suka.

"Bulan! Ikut kita ke UKS sekarang!" Suara Kaivan mendominasi disana.

Gadis yang tadi meringgis menurut apa kata Kaivan. Tangannya pun ditarik oleh Alvira.

Saat dirinya melewati lelaki bernama Bintang. Ia tersenyum tipis. Lalu melihat ke depan kembali.











Gimana lukanya Bulan ya?

Udah ungu di jidad.

Sekarang, memar di pipi.

Terus bernanah di hati.

Besok luka dimana lagi?




Penghuni MalamWhere stories live. Discover now