Hanya Setengah

6 6 2
                                    

Bukankah perempuan harus menjaga mahkotanya? Bukankah perempuan harus malu dengan sikapnya? Bukankah perempuan harus anggun? Bukankah perempuan harus murah senyum?

Jika semua perempuan harus seperti itu, untuk apa Bulan dicipta.

Gadis cuek itu dengan tak tahu malunya kini menjadi pusat perhatian Alvira dan Kaivan. Semua murid sudah pulang dan itu menjadi keuntungan. Karena gadis itu tak perlu malu dengan apa yang ia lakukan.

Dia menjadi pusat perhatian karena ia menghalangi seorang Bintang. Sedangkan lelaki menatap matanya tajam.

"Lo kenapa ngehalang jalan gue?" Tanya lelaki tersebut. Lalu, Bulan menyempitkan rentangan tangannya.

"Gue kan mau minta maaf." Wajahnya kini terlihat memelas.

"Lo gak malu?" Tanyanya sengit.

"Gue kan ga peluk lo, Tang. Kalau gue peluk, nah baru itu memalukan."

Alisnya bersatu."Maksud lo?"

Dia menggerutu."Ish, pokoknya gue gak membuat sesuatu yang memalukan."

"Terus sekarang apa?"

Bintang selalu memakai nada sinisnya untuk bertanya pada Bulan sehingga membuat gadis itu cemberut.

"Minta maaf."

"Gue bahkan gak kenal lo."

Mata dua penonton tidak berbayar itu melebar.

"Kalau gak kenal, kenalan dong. Nama gue Gazala Bulan Alula." Tangan gadis itu terulur.

Lelaki itu menepis ulurannya."Gak usah sok akrab lo!"

"Yaelah, katanya gak kenal. Makanya nih gue ajak kenalan."

Sebenarnya wajah Bulan tak pernah menampilkan senyumnya. Yang ia tampilkan hanya wajah memelas dan cemberut.

"Mau lo apa?"

"Kita kenalan." Tangannya terulur kembali.

Lelaki itu menatap tangan yang diulurkan. Kemudian, dia menjabat tangan itu sebentar."Gue Bintang."

"Nama lengkap lo dong!" Pintanya.

"Kara Agrata Bintang."

Kini para penonton menggeleng-gelengkan kepala.

"Udahkan?!"

"Belum!" Mulutnya mengerucut.

"Mau lo apa?"

"Pulang bareng!"

Perkataan Bulan mengundang suara Kaivan datang."Ya Tuhan, sadarkanlah Bulan!"

"Lan pulang gak lo?!" Ucap Alvira.

Sedangkan gadis yang bernama Bulan malah menatap mereka tajam.

"Lo gak tahu malu ya?" Kini matanya menajam.

"Gue tau kok."

Cowok itu terkekeh sinis."Terus apa? Cewek ganjen?!"

"Gue gak ganjen tuh." Dia selalu menjawab dengan santainya.

"Kalau ke cowok lain lo gitu?" Nadanya terdengar ketus.

"Ya gak lah, kan cuma Bintang cowok gue."

Ia meminjit pangkal hidungnya. Berhadapan dengan Bulan sungguh melelahkan. "Sejak kapan gue jadi cowok lo?"

Setelah berkata begitu Bintang pergi. Bulan ingin mengejarnya. Namun tenaganya tak sekuat Kaivan yang menahannya.

"Pulang sama gue!" Tegas Kaivan.

Gadis itu menggeleng, wajahnya ditekuk.

"Lo pulang bareng Kaivan. Kalau sama gue takutnya lo hilang." Jelas Alvira.

Mau tak mau Bulan pulang bersama Kaivan. Misi yang ia perankan tidak sepenuhnya gagal.

















Jadi, itu misinya Bulan🤣

Berbaikan katanya, tapi Bintangnya gak nanggepin. Untung cowok. Jadi bisa disalahkan.

Penasaran gak part selanjutnya?

Tungguin aja😋

Jangan lupa komen dan tekan tombol hati yaa😉

Eh awas jangan sampe masuk ke hati, kalau sampe salah masuk sedihkan😶

Penghuni MalamWhere stories live. Discover now