Penghormatan

48 15 4
                                    

Sebuah catatan bagi Bulan. Hari senin tidak boleh telat karena merupakan hari sakral jam 7 kurang semua siswa sudah di lapang selebihnya dari pukul 07.00 siswa diberi hukuman. Makanya jadwal tersendiri bagi gadis cuek itu untuk tidak telat dihari tersebut. Mau ditaruh dimana mukanya kalau dia ketahuan telat oleh penduduk sekolah. Pembencinya pun menggonggong ria atas ketelatannya.

Bulan sudah berada dilapangan bersama Alvira juga Zharifa di depan dan belakangnnya. Lalu disampingnya ada Bintang dengan gaya tengilnya.

Mereka bersiap-siap melakukan kegiatan yang bernama upacara. Semua barisan dirapihkan oleh pemimpin setiap angkatan per jurusan.

Tak ada suara saat upacara dilaksanakan. Pengawas saat upacara berkeliaran dan menarik orang-orang yang berkata meskipun pelan.

Upacara dimulai, pembina sudah memasuki area lapangan. Lalu, protokol membaca susunan demi sususan. Lagu Indonesia Raya sudah di perdengarkan, bendera sudah ditarik untuk dinaikan, dan hormatan sudah dilakukan.

Susunan demi susunan sudah terlewatkan kini bagian pengumuman. Siswa lega setidaknya mereka memiliki sedikit ruang untuk berbicara setelah bisu selama upacara.

"Lan, gue nemu gebetan baru masa." Lelaki itu berkata dengan senyumnya.

"Bodo."

"Lo mah bawaannya cemburu mulu." Senyum yang terpampang pun hilang digantiakan oleh wajah cemberut andalan.

"Jangan cemberut, jijik." Sebenarnya cemberut Bintang tak menjijikan karena dia tampan dan imut secara bersamaan. Namun, dimata Bulan itu menjijikan bagi kaum lelaki macam dia kecuali personil group boyband kesukaannya.

"Tapi Bulan sayang kan?"

Bulan tidak menanggapi ucapan Bintang ia mengalihkan. "Gebetan lo tuh kelas berapa?"

"Gak sekolah disini dia."

"Terus sekolah dimana?"

Bintang tersenyum jahil."Tuh kan Bulannya Bintang kepo!"

"Jawab."

"Dihatiku."

"Bintang!"

Alvira yang mendengar percakapan mereka pun memberhentikan karena sebentar lagi ada pengumuman.

"Diem! Bentar lagi Pak Doko masuk lapangan."

Bintang dan Bulan pun diam.

"Guru tuh suka banget buat kita nunggu setelah upacara. Doi gue aja gak pernah buat gue nunggu." Cerocos Kaivan yang berada depan Bintang.

"Curhat Van?" Tanya Alvira.

"Iya Neng Vira."

"Lo mah langsung ditolak makanya gak dibuat nunggu." Celetuk Bulan.

"Nyonya Bintang ngena banget sih ngomongnya."

"Diem! Udah ada Pak Doko tuh." Ucap Zhafira.

Mereka yang tadinya akan berbicra menghentikan aktivitasnya.

"Dikarenakan hari ini ada acara di sekolah. Kalian diperuntukan belajar di rumah setelah upacara dibubarkan."

Para siswa dan siswi ingin berteriak sekencangnya. Namun, itu tidak bisa dilakukan karena Pak Doko selalu berkata "Kalian berteriak acaranya saya batalkan." Dan kalimat itu menjadi ancaman.

*****

Bulan sedang berkemas bersama Alvira. Lalu, Zhafira menghampiri mereka.

"Kalian mau langsung pulang atau anterin gue dulu?"

"Anterin kemana?" Tanya Alvira.

Zharifa bukan teman baru bagi mereka. Sudah dari awal kelas 10 mereka berteman. Maka dari itu sekarang mereka dekat namun tak amat.

"Ke kelasnya Kak Miko."

"Miko yang pernah suka sama Bulan? Terus temannya Kak Langit?" Tanya Alvira menyelidik.

Zharifa menggangguk.

Berbicara tentang Miko, dia adalah kakak kelas Bulan. Gadis cuek itu mengenalnya dari Langit. Miko pernah menyatakan cintanya pada Bulan lalu ditolak secara halus.

"Mau ngapain Fir?" Tanya Bulan penasaran.

"Katanya dia mau kasih coklat." Ucap Zharifa dengan senyum sepenuhnya.

"Cie, bentar lagi ada yang jadian nih!" Alvira berucap gembira.

Kata Bulan, Alvira tuh gadis yang heboh juga kadang ceroboh. Dia suka banget heboh karena seseorang cerita kepadanya tentang kegembiraan apalagi tentang perasaan. Bukan heboh sih tapi baperan. Kalau ceritanya sedih dia bakal nangis kenceng dibanding yang nyeritain. Kadang Bulan kesal kalau dia sudah menanggis. Alvira tidak lemah atau pun cengeng kelihatannya, namun Bulan tak bisa melihat orang yang disayanginya menangis.

"Kalau gitu ayo!" Ajak Bulan.

"Lan, lo semangat mau ketemu Kak Langit ya?" Tanya Alvira.

"Iya, gue semangat banget ketemu dia." Jawab Bulan.

"Lo suka sama Kak Langit?" Sekarang giliran Zhafira yang bertanya.

"Suka lah, kalau gak suka gue gak mau temenan sama dia." Jelas Bulan.

"Bukan temen gue." Ucap Alvira secara tiba-tiba dan berjalan dengan cepat mendahului mereka.

"Bukan itu maksud gue, Bulan cantik." Setelah berucap begitu, Zhafira menyusul Alvira yang sudah cukup jauh di depan mereka.

"Kok gue ditinggal?!" Rutuknya kesal.



Hayoloh?
Bulan suka sama Langit katanya 😲
Abang Bintangnya dikemanain ya?😔
Kemana? kemana? kemana?
Daripada pusing mending Ara pergi aja.



Sekian,

Araa

Penghuni MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang