Permintaan Gagal

10 0 0
                                    

Seperti sebuah kebiasaan, jadian, ada masalah dipersimpangan, lalu putus di tengah jalan. Sudah biasa. Masalahnya ada orang ketiga. Orang keempat. Bahkan lingkungan yang tak mendukung mereka.

Jangan juga lupakan soal rasa. Sang kecewa yang menerpa. Sakit yang dirasa. Kepercayaan yang sudah tiada.

Adakah cinta yang tak mengundang luka? Sebaiknya kita bangun dari mimpi itu sekarang juga. Jawabannya masih sama tak ada.

Setidaknya sang bahagia ada, namun sementara. Karena keabadiannya hanya sia-sia. Dianggap tak sempurna. Bahkan hanya dirasa. Tak disyukuri adanya.

"Lan, lo mau kita putus?"

"Gak."

"Terus?"

Gadis itu menatap langit yang melingkupi mereka. Indah tak seperti ceritanya. Luas tak seperti hatinya. Selalu ada walaupun tidak dilihat oleh semua.

"Ngapain putus kalau ujungnya ditahan?"

"Itu lo tahu."

Memang egois. Tapi setidaknya sikapnya memang seadanya. Tak ditutupi oleh topeng tulus. Sehingga ini dirinya bukan perannya.

"Lo bakal jauhin gue atas semua ini?"

"Gue bukan pecundang."

"Maksud lo?"

"Gue akan terus berjuang."

Bintang mengkerutkan dahinya. Apakah Bulan menyinyir dirinya?

Tak tahu otaknya berpikir darimana bahwa Bulan menyinyir. Karena penjelasnnya kemarin. Memang sih ia bodoh tidak berjuang malah berputus asa dijalan. Ya, mau maju salah mundur juga salah. Bintang harusnya ganti nama jadi Raisa aja.

"Lo nyinyir gue?"

"Lo ngerasa Tang?"

Memang ya cewek tuh sulit dimengerti. Terlalu rumit dideskripsi. Apalagi dimiliki. Ea.

Memang ini pertama bagi Bintang memliki pasangan. Meskipun wajahnya lumayan. Tapi yang nyantol cuma Bulan. Gak ada yang lain bahkan. Kadang lelaki itu mikir, si Bulan pake pelet apa sampe bisa naklukin hatinya.

Emang sekarang lagi jaman pelet? Yang ada tuh jamannya orang melet-melet. Begaya-begaya di depan handphonenya terus ngeluarin suara you know lah. Ckerek. Ckerek.

"Gini ya neng,"

"Gue bukan oneng,"

Salah apa sih Bintang dapet gadis kayak Bulan. Untung Bulan cantik. Untung Bulan baik. Untung Bulan pacarnya. Jadi dia sabar aja.

"Gini sayang,"

"Sejak kapan gue ganti nama?"

Mungkin Bulan masih bersama kemarahannya. Wajar saja dia kesal pada Bintang. Lagian siapa suruh mau aja dipeluk orang.

"Gini ya Lan, gue tuh bukan gak mau berjuang. Tapi gue tahu lo pernah punya cerita sama dia. Jadi kayak gak ada banget kesempatan buat gue."

"Tapi lo harusnya berjuang."

Tuh kan, benar apa kata Bintang perkataan Bulan sebelumnya adalah sindirian. Emang Bintang jagonya ngulik jawaban. Tapi gak pernah ngerti caranya ngulik perasaan.

"Ya udah maafin,"

"Lo mesin peminta maaf ya?"

Mesin pemintaa maaf? Ada kali ya. Ada-ada saja sih nih Bulan. Di otaknya terancang mesin apaan. Kayaknya otaknya made in Japan bukan made in negara asalnya.

"Bukanlah."

"Terus apa dong yang kerjaannya minta maaf mulu?"

"Tukang minta-minta."

"Receh lo,"

Padahal Bintang gak ngereceh, suer deh. Dia cuma jawab asal-asal. Tapi yah serba salah selalu di mata Bulan.

"Lan,"

Wajah Bulan menoleh ke arah Bintang.

"Baikan?"

"Nanti aja gimana?"

Cuma minta baikan aja susah. Apalagi nanti minta balikan, makin susah rasanya.

******

Bulan terima maaf Bintang gak ya?
Apa mereka jadi putus?
Habis putus balikan apa jadi temenan?

Penghuni MalamWhere stories live. Discover now