Gara-Gara Nama

30 7 9
                                    

Hari Minggu adalah hari paling ditunggu. Siapa sih yang tak senang dengan hari libur penuh penantian. Kadang Bulan suka berpikir mengapa Senin ke Minggu itu lama, sedangkan Minggu ke Senin tak terasa.

Gadis itu sudah siap bukan untuk pergi. Hanya untuk bersiap menerima kedatangan tamu di rumahnya. Alvira berjanji akan ke rumahnya begitupun juga Langit. Kalau dengan Alvira mereka pasti menonton MV atau drama korea dan berbicara seputar idol kesukaannya sepuasnya. Beda lagi dengan Langit, mereka akan bermain game atau menonton film barat kesukaan mereka.

"Lan, temanmu belum datang?" Tanya Nina, Bunda Bulan.

Bulan tak pernah bercerita kepada Bundanya tentang keseharian dia disekolah makanya Bundanya selalu bertanya ketika Bulan tidak lelah. Nina bertanya seputar pelajaran, teman, musuh, guru, bahkan cinta kepada anaknya. Lalu, Bulan menjawab sejujur-jujurnya.

"Belum, Bun."

"Yah, padahal Bunda mau pergi."

"Ya udah, Bunda pergi aja yang datang cuma Alvira sama Bang Langit." Jelasnya.

"Cuma mereka aja? Kalau Bintang?" Tanya Nina.

Nina tahu tentang Bintang. Bulan pernah menceritakannnya bahkan Bintang pernah beberapa kali ke rumahnya untuk bermain seperti Alvira dan Langit.

"Gak tahu. Bunda kan tahu dia tuh gak jelas."

"Ya udah, Bunda tinggal yah. Hati- hati di rumah."

Nina mengusap rambut Bulan lembut lalu sang anak mencium tangan Bundanya dengan sopan.

"Dah Bulan!"

"Dadah Bunda!"

Bulan pun duduk di sofa ruang keluarga dan menatap layar televisi dengan bosannya. Kapan mereka yang ditunggu tiba?

Sudah hampir 10 menit Bulan duduk di sofa. Ketukan pintu dan suara salam baru menggema. Ia pun membuka pintu lalu melihat Alvira dan Langit datang bersama.

Alvira memeluk Bulan." Bulan, gue kangen!"

Langit menarik badan Alvira membuat mereka melepas pelukannya. Membuat gadis yang tertarik mendengus.

"Alay banget lo pada! Sehari gak ketemu aja pelukan. Cari pacar gih Vir!"

"Enak aja nyuruh-nyuruh! Gue tuh baru putus sama Gilang. Lo aja sana yang cari pacar jangan ngintilin Bulan mulu!"

"Eh, lo tahu gak? Gue tuh males pacaran. Bukan suka ngintilin Bulan!"

"Lo suka kan sama Bulan?"

Bulan memutar matanya malas selalu saja mereka bertengkar ketika sedang bersama. Topik yang dibahasnya memang beda. Namun, pertengkaran selalu saja ada.

"DIAM!"

Alvira dan Langit pun diam. Mereka takut membangunkan singa yang sedang tertidur. Marahnya Bulan merupakan suatu bencana yang tak dapat dihentikan.

"Udah, berantemnya?" Tanya Bulan dengan menaikan satu alisnya.

"Udah." Jawab mereka serempak.

Bulan membenarkan tata letak jam yang diberikan oleh Bintang. Hingga sebuah tanya datang kemudian. "Lan, Jam baru?"

"Iya."

"Dari siapa nih?" Tanya Langit dengan senyum jahilnya.

"Dari Bintang."

Jawaban yang membungkan kedua insan yang sering bertengkar.

"Kak kayaknya gue salah denger deh." Ucap Alvira.

"Kayaknya kuping gue juga ketutup deh." Ucap Langit menimpali ucap Alvira.

"Lo ada hubungan apa sama Bintang?" Ucap Alvira menyelidik.

"Temen."

"Temen tapi demen, gitu?"

"Temen." Ucap Bulan dengan dingin.

"Biasa aja kali Lan, lo mah udah hangat-hangat jadi dingin." Ucap Langit dengan menyenggol bahu Bulan.

"Lo udah move on belum dari Galang?" Kata Langit kemudian.

"Udah lah." Jawab Bulan santai.

"Etdah, yang namanya Galang bisa buat princess jutek kita jatuh cinta ya?"

"Iya, kok bisa ya?" Tanya Langit pada Alvira yang berkata sebelumnya.

"Mau bahas Galang atau kita masak seblak atau lo pada jadi bahan seblaknya?" Tanya Bulan dingin.

"Etdah, sadis amat Neng Bulan. Kita buat seblak aja."

Lalu, Alvira berjalan menuju dapur mendahului Bulan yang masih bersama Langit. Bulan menatap Langit tajam.

"Serem deh Lan, jangan galak-galak sama Abang. Nanti yang sayang sama lo ngurang."

Bukannya tertawa atau berkata Bulan masih menatap tajam Langit.

Langit bergidik ngeri, ada ya adik kelas seperti Bulan.

"Vir, lo dimana?" Tanya Langit mengalihkan pandangan dari Bulan yang masih menatapnya.

"Dapur kak!"

"Gue otw!"

Lelaki itu mengumpulkan nyawa untuk menghadap ke Bulan untuk berkata. Ketika nyawanya sudah terkumpul ia menghadap gadis itu dan berkata."Lan, Abang ke dapur dulu dah!"

Bulan masih diam. Mereka memang sangat jahil mengusilinya tentang Galang. Ya, Galang adalah cinta pertamanya yang sekarang entah dimana. Bulan tak tahu dirinya masih memendam rasa untuknya atau tidak. Karena rasa sakitnya belum pulih sepulihnya.

Hai Araa update again!
Jangan bosen bosen yah sama cerita Araa😋
Btw nih, yang gambar paling atas tuh jodoh orang😂
Btw lagi nih, gambar itu tuh Galang😄
Kalau penasaran sama si Galang lanjut terus baca ya😆
Jangan lupa comment sama likenya♥️

Tertanda,

Araa

Penghuni MalamWhere stories live. Discover now