Cinta Ke-1

22 5 1
                                    

Entah Bulan sedang berhalusinasi atau tidak. Matanya masih normal untuk melihat. Ia tidak sedang sakit atau pun menangis.

Namun kini, yang ia lihat masa lalunya. Ia melihat cinta pertamanya berada dalam ruang yang sama. Iya, dia Galang. Lelaki itu berada di depan kelasnya sekarang. Memperkenalkan diri sebagai murid pindahan.

Sejak tadi matanya tak bisa teralihkan. Ia masih berada di depan. Ketika lelaki yang menjadi pusat perhatian berjalan. Ia berhenti di depan meja Bulan.

"Hai, Lala!"

Galang tersenyum dengan riang. Sedangkan Bulan hanya diam menatap Galang. Berharap ini mimpi bukan sungguhan.

Banyak mata kini penasaran akan nama yang disebutkan si murid pindahan. "Lala" adalah nama asing di telinga mereka. Tak ada seorang pun yang memanggil gadis cuek itu dengan sebutan tersebut.

"La, lo kok diem."

Tubuh Bulan berguncang. Ia tersadar bahwa semua ini bukan khayalan belaka. Ia harap ini mimpi. Luka lama harusnya tertutup abadi. Tidak terkuak seperti kini.

Bulan menghela napas. Sungguh, ini nyata. Maya hanya dalam cerita. Ia memberanikan diri berkata.

"Hai, Galang!" Ucap Bulan dengan menarik bibirnya. Entah bibirnya tertarik atau tidak yang jelas ia berniat menariknya.

Setelah sapaan Bulan, Galang duduk di kursi depan gadis itu. "Udah berapa tahun kita gak jumpa?"

Bulan masih merasa canggung. Namun, ia memberikan kekuatan pada dirinya untuk bangkit dari alam sadarnya. "1 tahun."

"Lama banget ya La?"

Bulan hanya menggeleng. Ia pasrah dengan kenyataan yang menghampiri setiap kisah dihidupnya. Memenuhi tanpa diminta, diusir tanpa mau pergi.

"Lo merasa ini gak nyata? Sama gue juga berasa mimpi ketemu bidadari kayak lo disini."

Gadis cuek itu hanya tersenyum tak sepenuhnya.

"Lo ditinggal gue makin cantik ya?"

Si penanya banyak bertanya, sedangkan yang ditanya hanya diam. Melirik sesekali, lalu mendengarkan. Sesekali, memberi sebuah ekspresi atau kalimat jawaban.

"Masa?"

"La--"

Ucapan Galang terhenti oleh suara orang yang baru datang.

"Lan, lo lihat Bitang gak? Eh si Vira juga mana?" Tanya Kaivan.

"Gak tahu. Si Vira lagi di kantin."

"Tadi guru ada masuk kelas kita?"

"Ada. Udah keluar lagi."

"Gue kira Miss Siska udah ke kelas tahunya gak," Kaivan mengedarkan pandangan mencari Bintang dan terkejut ketika melihat seseorang yang tak dikenal.

"Lo siapa?" Tanya Kaivan pada Galang yang sedang memperhatikan interaksi antara dia dengan Bulan.

"Gue Galang. Lo?" Dia menjawab sambil mengulurkan tangan.

Kaivan menjabat tangannya lalu berkata." Gue Kaivan. Lo kenapa bisa ada di hadapan Bulan? Suka lo sama dia? Jangan suka dia deh, cueknya minta ampun. Mukanya aja nih kaya bidadari hatinya mah kaya mak lampir."

"Lo ngeledek gue Van?" Ia melirik Kaivan dengan senyum miring menandakan tak suka.

"Bukan, mendeskripsikan. Ya udah gue mau duduk ah, lagi males debat sama Nyonya Bintang."

"Sana lo pergi!" Usir Bulan.

Tiba-tiba suara langkah kaki tergesa-gesa mendekati Bulan, membuat Galang yang ingin berbicara diam.

"Bulan, tadi lo lihat mantan gue lewat sini gak?"

"Alvira?"

Kepala Alvira menoleh ke arah suara. Ia kira Bulan yang akan menjawabnya tapi lelaki yang dikenalinya.

Kening Alvira berlipat."Galang?!"

"Ternyata semua orang masih inget gue." Jawabnya.

Alvira menatap Bulan seperti meminta penjelasan. Tapi gadis yang ditatap diam tak memberikan satu jawaban. Hanya tertera muka cuek andalan.

"By the way, siapa mantannya Alvira?"

Alvira dan Bulan pun saling melirik satu sama lain.






Hai Araa kembali😋
Cuma mau kasih tahu
"Jangan lupa vote sama commentnya ya!"



Tertanda

Araa♥️

Penghuni MalamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora