Kehangatan

13 5 1
                                    

Hari ini masih seperti hari-hari sebelumnya. Gadis itu selalu datang terlambat. Entah apa yang membuatnya akan datang tepat waktu. Mungkin, apabila ada yang memerintah dirinya harus datang pagi dia baru datang tepat waktu. Masalahnya apakah ada yang memerintahkan padanya datang pagi?

Sebenarnya pagi ini ada yang berbeda bukan pada dirinya tapi pada Bintang. Lelaki itu terlambat. Tidak biasanya dia terlambat seperti sekarang. Apakah dia bergadang? Walaupun dia bergadang tetap saja dia datang tepat waktu meskipun waktu datang ke kelas tak pernah tepat waktu. Dia selalu menyibukan dirinya dengan berkeliling sekolah dengan embel-embel cari gebetan. Padahal udah ada, Zea. Dasar kadal.

Bulan yang melihat Bintang datang menuju ke arahnya diam. Menunggu lelaki tersebut menghampirinya. Lalu dia akan bertanya banyak hal. Otaknya telah menyiapkan 1000 pertanyaan.

Bintang sekarang sudah ada di hadapannya dengan senyum tengilnya. "Kenapa telat lo?"

"Males sekolah sayang."

Biasanya, Bintanglah yang giat sekali pergi ke sekolah dan Bulan sebaliknya. Teman lelakinya itu selalu menyemangati agar dia selalu pergi ke sekolah. Tapi sekarang apa?

"Sejak kapan lo malesan?" Tanya Bulan.

"Sejak kenal lo." Tatapan yang tadinya teduh mulai sendu.

"Jadi sejak kapan?" Gadis yang bertanya.

Bintang mensejajarkan tingginya dengan gadis dihadapannya. Lalu ia berkata. "Lo tatap mata gue. Sejak kapan lo mengenal wajah ini?"

Tatapan yang diberikannya dingin, matanya yang hangat hilang. Bulan jadi ngeri sendiri

"Gak tau." Volume ucapannya menciut.

"Lo gak tahu? Sedangkal itu ingatan lo?!"

"Sumpah, gue gak tahu. Lo kenapa?" Ucapnya terang-terangan dengan sikap Bintang.

"Pikir sendiri! Bukannya lo pinter?!"

"Lo harus tahu--"

"Gak perlu. Emang lo siapa?"

Perkataan tersebut menusuk tepat di dada gadis yang terkenal cuek itu. Nyerinya menjalar menimbulkan tetesan demi tetesan air.

Bintang yang tersadar gadis di depannya menangis membuang muka ke arah kanan. Seorang Gazala Bulan menangis sekarang.

Air yang pelan-pelan menurun kini kecepatannya makin bertambah.

Kedua tangan Bintang kini berada dipundak gadis itu. "Lo ngapain nangis?" Tanya Bintang dengan hati-hati.

Semua mata yang melihat kejadian tersebut melemparkan banyak tanya. Karena baru kali ini mereka melihat Bulan menangis karena Bintang. Biasanya mereka akur tak seperti sekarang.

"Bulan?"

Bulan tidak bisa menjawab tangisnya semakin menderas. Ia tidak pernah dibentak oleh Bintang seperti sekarang biasanya lelaki itu menawarkan kehangatan bukan kedinginan.

"Lo kenapa sih?"

Pertanyaan dari Bintang membuatnya sedih. Mereka memang baru dikatakan teman.Tapi, apakah lelaki itu tidak tahu bahwa ia normal?

Bulan tidak mau mendengar perkataan Bintang yang makin menyakiti hatinya. Jadi, ia memutuskan untuk memilih beberapa kata agar lelaki itu bisa meredakan kata-kata pedasnya.

"Gue sahabat lo Tang. Kalau lo lupa." Masih dengan tangis yang ada.

Bulan menyudahi tangisnya seraya berkata. "Lo gak boleh tanya lagi gue siapa! Apalagi dengan nada kayak tadi. Gue gak suka sayang."

Lelaki di depan masih menatapnya tak percaya. Lalu, ketidak percayaannya makin membesar sempurna. Bulan memberikan kehangatan padanya.

Tangan gadis itu melingkar sempurna. "Jangan ngomong pedes lagi, gue gak bisa peluk lo lagi."

Bintang mematung. Ia tak percaya. Saat menjadi patung sebuah tangan menariknya. "Tang ayo ke kelas!"

Tubuhnya sudah retak dan mulutnya pun terbuka untuk memberitahu alasan ia berkata dengan pedasnya.

"Lan tadi gue cuma bercanda, mau lihat lo nangis aja. Terus habis itu gue ketawa dan lo marah dengan membabi buta." Jelasnya pada Bulan.

Bulan memberhentikan langkahnya. "Tapi lo tadi kayak beneran. Kan gue sakit Tang."

Bintang sekarang sudah sepenuhnya sadar. Ia mengacak rambut Bulan. "Maafin ya Lan."

"Gak pa-pa, gue bahagia kok bisa meluk, Tang." Dengan akhiran senyum mengembang.

Gue ketemu alien ini dimana? Cita-citanya peluk gue apa? Batin Bintang bertanya.











Author: Aciee, ada yang dipeluk nih?

Bintang: Siapa?!

Author: Lo!

Bintang: Kok nyolot?!

Author: Lo yang nyolot, ganteng!

Bintang: Ah, apa iya gue ganteng?

Author pasrah sama karakternya😢

Penghuni MalamWhere stories live. Discover now