Akhiran

18 0 0
                                    

Hari demi hari terus terlewati, tapi hubungan Bintang dan Bulan belum pulih dengan benar. Di hari ini Bintang mengajak gadis-nya ke suatu tempat untuk berbaikan.

Ia tidak mengajaknya ke atap gedung sebuah perkotaan. Ia tidak mengajak ke taman ramai dan mahal. Ia hanya mengajak ke sebuah taman biasa.

Meskipun sebuah taman, tapi Bintang yakin kalau niatnya baik pasti dapat manfaat baik juga. Misalnya baikan. Siapa sih yang gak mau baikan sama pacar? Masa pacaran marah-marahan.

Langkah demi langkah telah dijalani. Bintang sengaja memilih taman terdekat dengan rumah gadis-nya ini. Selain hemat ongkos, cara ini juga bisa membuat kita bersama walaupun tak lama.

Bagi yang sendirian, jangan lakukan hal diatas. Karena kalian harus punya pasangan. Yang namanya pasangan tuh berduaan. Ingat berdua, bukan sendiri.

Saat memasuki area taman Bulan terpukau. Membuat garis lengkung seperti biasa. Membuat Bintang merasa bahagia. Rencananya terlaksana.

Gadis itu duduk di sepasang ayunan. Bintang pun mengikutinya. "Lo suka?"

"Banget," senyumnya belum sirna.

"Kita baikan dong?"

"Kita kan udah 1 bulan marahan. Jadi sekarang kita baikan."

Kalau kalian gak akan kuat kaya Bintang. Satu bulan, bukanlah waktu yang singkat untuk marahan.

"Makasih Tang!"

Bulan kini tersenyum pada Bintang dengan senang. Membuat hawa panas disekitaran.

Bintang pun berdiri, karena Bulan belum menghilangkan senyum manisnya. Kini lelaki mengibas-ngibaskan tangannya seperti kegerahan.

"Makasih buat?"

"Sabar,"

Gerah yang melanda pun hilang seketika berganti dengan rasa jengkel yang menyerangnya.

"Jadi selama ini lo uji kesabaran gue?"

Bulan mengangguk.

"Jahat lo. Selama ini gue cuma di uji. Kalau tahu gitu gue udah sekap lo dirumah sebulan."

"Ngapain nyepak gue?"

"Biar lo batalkan misi lo,"

Kening gadis cuek membentuk gelombang-gelombang pemikiran. Mencerna apa yang dikatakan Bintang.

Melihat kening gadis-nya membuat Bintang melakukan penjelasan. Memang ya, Bulan tuh pinter tapi kadang-kadang lemot kalau soal beginian. "Kalau gue nyekap lo, lo bakal dekat gue mulu. Gak bisa keluar rumah, bahkan marah lo pun sirna. Secara gue tuh terlalu memesona."

"Memesona mata lo?!"

Mendengar ucapan Bulan, membuat Bintang melangkah mendekatinya. Menyamakan tinggi gadis yang berada didepannya. Menatap manik mata dengan teduhnya.

"Yakin gak terpesona sama aku?"

Jarak yang berada antara mereka perlahan mendekat. Membuat Bulan tak bisa bergerak. Biasanya gadis itu selalu bergerak tak tentu, namun kini otaknya tak mau.

"Tuh kan beku."

Bintang memposisikan tubuhnya kembali. Lalu menatap Bulan yang masih tak bergerak. Padahal mata mereka sudah tak lagi menatap.

"Lan, sadar dong! Lelaki tampan mau pulang nih!"

Seakan dunianya sudah kembali. Bulan mentap Bintang yang bersuara saat ini.

"Pulang sana sendiri!"

"Yakin? Ada Zharifa lo disana."

Memang ada Zharifa yang sedang duduk bersama seseorang saat ini. Seseorang itu adalah Miko. Masih ingat kan? Lelaki yang pernah di tolak Bulan.

"Kan dia sama Miko."

"Kalau gue lewat, terus gue yang disamber, gimana?"

Bukannya menjawab, Bulan malah menggenggam tangan Bintang. Membuat lengkung pada wajah lelaki-nya. Sesuatu yang indah memang membutuhkan waktu yang luar biasa sangat lama.

"Lalan sayang Tatang."

Sebuah kalimat tiba-tiba mencelos dari bibir Bulan. Membuat Bintang makin senang.

"Tatang juga sayang Lalan."

Jika akhir dari luka adalah bahagia. Mungkin ini akhir dari luka mereka. Bahagia yang diimpikan sejak lama akhirnya mencapai masa jaya. Bulan dan Bintang adalah cerita bahagia penuh luka.


******

Tamat nih gimana?
Seru apa gimana nih ceritanya?
Tunggu cerita Araa selanjutnya!
Bye, Araa mau ke Bulan!


Penghuni MalamWhere stories live. Discover now