Janji Burung

13 5 4
                                    

Harusnya Bulan tertawa. Harusnya Bulan bahagia. Harusnya Bulan tersenyum saja. Tapi semua itu sulit dilakukan olehnya.

Bukannya kebahagian Bintang adalah kebahagian dia juga. Tapi sekarang apa, hatinya sama sekali tak mengatakan bahagia. Ia malah mengatakan terluka.

Sebenarnya ada apa dengan dirinya?

Ia mungkin belum terbiasa melihat Bintang dengan gadis selain dirinya. Boro-boro dekat dengan gadis lain, setiap saat Bintang selalu menempelinya. Bahkan Alvira pun tak begitu dekat dengan lelaki itu.

Mungkin sekarang Bintang telah menentukan pilihannya. Ia harus merasa senang. Itu yang selalu diucapkan oleh pikirannya. Lalu ditolak olehnya.

Bulan ingin teriak sekarang!

Ia ingin menghilangkan semua rasa kesalnya. Rasa sedihnya. Rasa yang tersimpan bersama nama Bintang.

Apakah ia jatuh pada Bintang?

Tak mungkin. Ia masih biasa saja. Tak menangis apabila melihat lelaki itu dengan Zea. Hanya saja hatinya kesal saja.

Mungkin Bulan hanya merasa perhatian dari sahabatannya teralihkan. Mungkin. Ia hanya ingin diperhatikan oleh orang tersayang selain keluarga.

"Lan,"

Satu panggilan memudarkan pemikiran ia tentang Bintang. Namun memberi suasana kehitaman.

"Maafin gue,"

Bulan tak sebaik itu. Ia juga memiliki sisi jahat. Ia juga memiliki sisi sakit. Makanya ia belum bisa memaafkan seseorang dengan tulusnya.

"Lo belum bisa maafin gue?"

Gadis cuek hanya mendengar tak mau bicara melalui lisan.

"Lan, gue bener-bener minta maaf. Lo gak perlu terima hati gue. Lo cuma harus terima maaf gue."

Ia mulai malas ketika mendengar soal hati. Memang ya yang berurusan dengan hati sungguh membingungkan juga menyesakan. Bahkan seseorang dapat memberi rasa kasihan pada orang menyakitinya tanpa berpikiran rasional.

"Lan,"

Bulan masih tak mau menjawab. Suasana hitam ini sungguh tak ia nikmati. Ia ingin segera mengakhiri. Dengan cara pergi.

"Lan, apakah lo gak punya hati?"

Pertanyaan bodoh macam ini sungguh menguras emosi. Bagaimana tidak, itu pertanyaan yang sangat mudah. Jawaban iya.

Kalau ia tidak punya hati mungkin ia sudah meninggal saat ini.

"Lan, please maafin gue."

Maaf, maaf, dan maaf. Apakah tak ada kata lain yang ia ucap selain kata maaf.

"Gue janji gak bakal nyakitin lo lagi. Kita bisa jadi temen, gak usah jadi pacar juga gak pa-pa."

Bulan tak suka dengan janji. Kata tersebut sungguh membuat luka. Apalagi ditambah ingkar di depannya. Sungguh, menakutkan.

Namun, ia berharap bahwa janji Galang akan terlaksana seperti perkataannya. Bolehkan ia berharap. Meski sesuatu yang biasa kita harapkan tak pernah jadi kenyataan.

"Untuk hari ini, gue nyerah Lan. Gak tahu besok."

"Gue duluan,"

Sudah selesai sesi monolog Galang. Membuatnya bisa pergi dari taman sekarang.




















Galang minta maaf weh🙄
Kalo Araa jadi Bulan, dimaafin deh tapi nanti abis lebaran😄

Byee😆

Penghuni MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang