Genggaman

9 5 1
                                    

Semua orang sudah berkumpul. Mereka akan mendiskusikan sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang. Ini urusannya tapi ia harus membaginya karena hal ini sangat berpotensi pada dirinya.

"Jadi kita kesini buat apa?" Tanya salah satu dari mereka.

Mereka sedang berada di rumah Bulan.

"Buat gue."

"Berhubungan dengan?" Tanyanya kembali.

"Hati."

"Ha--"

"Diem Kaivan!" Bentak gadis itu.

Semua terdiam. Tindakan Kaivan memang benar, memecah kerutan di dahi ketiga orang yang diam. Tapi, kenapa gadis itu memarahinya?

"Jadi,"

Satu kata keluar lalu hening lama kemudian. Membuat keempat orang kesal.

"Jadi apa sayang?"

Jangan tanya itu suara siapa, kalian pasti tahu jawabannya.

"Bentar dong, gue deg degan."

Mereka yang mendengar menghela napas.

"Kemarin, Galang bilang:"kalau gue suka masih suka sama lo gimana?". Gue bingung harus jawab apa."

"Jadi ini alasan kita berkumpul?" Tanya Langit.

Bulan menggeleng.

"Lo masih stuck di masa lalu?" Alvira bertanya dengan hati-hati.

"Gak tahu. Tapi, hati gue berdebar waktu tangan dia bersentuhan sama tangan gue."

"Lo yakin itu masih termasuk rasa suka bukan canggung semata?" Tanya Alvira kembali.

Bulan terdiam.

Alvira memang tepat untuk diajak berdiskusi soal hati.

"Pas lo pegangan sama gue pertama kali rasanya gimana?" Kini giliran Bintang bertanya.

"Kaget."

"Kaget aja, gak deg-degan?" Dia bertanya kembali.

"Lupa."

Tiba-tiba sebuah tangan menggapai tangan Bulan. Menjalin sebuah genggaman.

Deg deg

Deg deg deg

Jantungnya berdetak.

"Lo deg degan?" Tanya orang yang menggenggam tangannya.

"Iya."

Kaivan melepas genggamannya. "Itu artinya lo belum terbiasa. Bukan artian masih cinta kan?"

Gadis cuek hanya menganggukan kepalanya.

Dia mengedarkan pandangan. "Jadi gue harus gimana?"

"Ikuti kata hati lo Lan."

"Abang tahu kan aku pusing, makanya minta bantuan sama kalian."

"Kalau lo masih cinta sama dia lo akan merasakan. Dia bakal terus terbayang tanpa lo mimpi-mimpikan." Jelas Langit lada adik kelasnya.

"Gue setuju sama ucapan Langit." Ucap Bintang.

"Jadi sampai saat ini, hati lo apa kabar?" Tanya Alvira.

"Hati gue dalam keabuan. Antara putih dan hitam." Jawab Bulan.

Setelah menjawab, sebuah tangan menepuk pundaknya.

"Kalau lo gak jatuh sama Galang. Kasih tahu. Gue udah siap mengisi hati lo yang keabuan dengan kepastian."

Empat pasang mata terdiam.

"Yaelah, gue bercanda kali ah."

"Gak lucu,"

Empat raut datar pun timbul bersamaan.











Alah Si Bintang gak pernah tau kondisi😣

Udah tau Bulan lagi serius malah dibercandain😢

Dasar Tatang Syealan😡



Byeee💐

Penghuni MalamWhere stories live. Discover now