Reuni Segi Tiga

16 5 1
                                    

Panas matahari sudah menyentuh kulit Bulan. Ia sudah bersiap-siap pergi dan menunggu Bintang di luar halaman. Lelaki itu belum juga sampai atau jangan-jangan Bulan yang terlalu bersemangat hingga terlalu cepat menunggu.

Habisnya seseorang seperti Bintang sudah merasakan jatuh cinta. Lelaki itu pernah bercerita kepadanya bahwa dia pernah merasakan jatuh cinta hanya sekali dan kali ini ia jatuh cinta untuk yang kedua kali. Kedua kali menurut Bulan entah keberapa menurut Bintang.

Suara percikan mesin terdengar. Motor Bintang sudah ada di depan mata. Menggunakan jaket denim kesukaannya.

"Siap untuk pergi Tuan Putri?" Tanyanya dengan memberikan helm untuk dipakai Bulan.

Tanpa diminta Bulan memakai helmnya dan naik ke atas jok motor Bintang. "Siap, Pangeran!"

Motor yang dikendarai oleh Bintang menapaki jalanan. Berbelok ketika ada belokan. Berhenti ketika warna merah mewarnai. Berjalan ketika warna hijau menghiasi. Lalu, berhenti di tempat tujuan yang sudah disepakati.

Mereka memasuki area kafe dan mengedarkan pandangan. Bulan mengikuti dari arah belakang. Ia tidak tahu siapa Zea bukan? Makanya dia hanya mengikuti arah Bintang.

Tiba-tiba Bintang berhenti membuat tubuh gadis tersebut menabrak punggungnya.

Bintang duduk, Bulan mengikutinya. Bintang menyapa seseorang. Sedangkan Bulan hanya terdiam menunggu diperkenalkan.

"Bulan, ini Zea." Lelaki itu memperkenal kan Zea pada Bulan.

Gadis yang cuek itu meneliti gadis bernama Zea. Dia cantik dewasa, tidak seperti Bulan yang kekanak-kanakan. Tapi, lebih cantik Bulan sih kata Bulan. Jadi selera si Tatang yg dewasa gitu ya?

"Lo kok lihatnya gitu banget sih Lan."

Membuat pandangan Bulan teralihkan.

"Gue lagi menilai."

"Nilai tuh hatinya bukan wajah atau penampilannya."

"Ya sayang iya." Ucapnya dengan terkekeh.

Zea tertawa. "Ih, Bulan lucu mukanya cuek tapi suka bercanda."

Setelah berkata ia mencubit pipi Bulan.

Gadis itu diam. Baru kali ini ada yang lancang mencubitnya setelah Bintang.

"Woi, kenapa lo? Suka sama dia? Jangan dong sayang, lo kan cewek."

Otak Bulan baru bekerja tadi dia menyebut sayang di depan gebetan Bintang dan lelaki itu pun sama seperti. Ini sebuah kebiasaan yang tak terduga.

"Ya gak lah. Masa jeruk makan jeruk."

"Maaf ya Ze, Bulan tuh rada aneh meskipun cuek."

Mata Bulan menajam seperti silet yang siap menyayat."Siapa yang aneh?!"

"Gak kok, kamu gak aneh yang aneh tuh Bintang ya gak?" Zea membela Bulan.

"Bener banget, Bintang tuh aneh banget." Yang merasa terbela mengeluarkan suara.

"Kenapa kamu malah belain dia?" Merasa tak terima Bintang bertanya.

Kalau sama gebetan ngomongnya Aku-Kamu terus rada lembut. Sama Bulan, lo-gue terus sayang-sayangan tapi kasar. Ketahuan banget ya kelakuan si Tatang.

"Karena kamu memang aneh."

"Ish aku cemberut nih, aku cemberut." Bintang pun mengeluarkan gaya cemberut andalan. Yang membuat kaum hawa memekik girang, kecuali Bulan.

Zea yang merasa gemas pun mencubit pipi Bintang. "Jangan cemberut, nanti kamu banyak yang suka."

"Astaga," Bulan kaget dengan penuturan Zea.

"Kamu kenapa?" Zea bertanya pada Bulan.

"Gak kok, lo gak jijik sih sama gaya cemberut dia?"

Bintang yang tersindir pun membuka suara."Lo mah syirik tanda tak mampu, makanya cari gebetan sana!"

"Gebetan gue udah sekelas sama gue."

Mata Bintang melebar apakah dia salah dengar.

"Siapa?"

Bintang memulai tanya jawab karena kekepoannya.

"Galang lah."

Maaf hati, soalnya Bintang nanyanya sama kayak Bunda gebetan mulu. Soalnya belum ada orang yang bisa memasuki lo, batin Bulan berkata.

Sedangkan, lelaki yang bertanya membuka mulutnya tak percaya.

"Sejak?"

"Kelas 9."

"Lama banget mbak kayak masa kadaluarsa." Celetuk lelaki yang bertanya.

"Yang penting sayang gue sama dia gak kadaluarsa." Ucap gadis cuek yang membungkam mulut Bintang.

Zea melirik jam tangan yang ia kenakan. Bulan melihat gerak geriknya . Sepertinya ia sedang ada acara di jam selanjutnya.

"Aku ada acara setelah ini, jadi aku pulang duluan ya!" Ucap Zea pada Bintang.

Tebakan Bulan benar.

"Hati-hati Zea." Ucap Bintang.

Lalu Bulan menatap lelaki itu dengan keanehan. "Lo kok gak nganter gebetan pulang?"

"Udah gue jelasin kan kalau--"

"Ya udah, sekarang gue mau pulang sayang."

"Tapi yang, lo--"

"Sekarang Kara Agrata Bintang."

Ketika Bulan menyebut nama lengkapnya ia langsung diam. Gadis itu sedang tak mau perintahnya ditolak. Egois memang.









Aduuh, gimana nih?
Hatinya Bulan gak ada yang ngisi😣
Kira-kira siapa yang mau ngisi ya?🤔




Salam,

Araa yang bingung pengisi hati Bulan siapa😂

Penghuni MalamWhere stories live. Discover now