Berbohong Baik

8 1 0
                                    

Bodoh.

Satu kata yang diberikan oleh Bulan pada Bintang sekarang.

Bagaimana tidak, jadi Bulan selama ini cemburu pada kakak ipar sendiri. Aduh membayangkan seorang kakak ipar seperti Zea membuatnya bahagia. Zea tuh, eh Kak Zea tuh orangnya baik gak ketulungan, kakak ipar idaman pokoknya.

Selain memikirkan kakak iparnya, Bulan senang juga. Ternyata doanya yang kemarin terkabul. Ia berterima kasih kepada Tuhan. Telah mengabulkan doa dibalik ucapan ngaurnya.

"Jelasin semua Bin." Ucap Zea pada Bintang.

"Zea kakak gue. Lo pacar gue."

Yang Bulan inginkan adalah kalimat panjang dengan banyak paragraf yang berhamburan. Bukan 2 kalimat yang padat singkat nan jelas.

Tapi akhir dari kalimat tersebut menjabarkan semua. Sebuah hubungan yang menjerat antara Bulan dan Bintang. Kata selingkuhan hanya rekayasaan.

"Kamu tuh jelasin semua!"

"Udah jelas Kak." Ucap Bulan melerai. Sudah jelas baginya mendengar semua. Apalagi dari mulut Bintang-nya.

Ah, Bintang memang miliknya. Jadi bolehkah dia memanggilnya sebagai kepunyaan seutuhnya.

"Kata tuh onta juga udah jelas." Telunjuknya mengarah pada Bulan.

Sabar Lan, orang sabar di sayang Bintang.

Sebenarnya apabila orang yang dikatakan dengan panggilan tersebut akan marah. Tapi Bulan mengalah. Terserah apa kata Bintang aja, dia lebih baik mengalah saja.

"Gak sopan!" Tukas Zea yang mendengarkan penuturan adiknya.

"Udah deh Zea, dianya aja gak kesinggung dibilang onta. Mungkin dia merasa kembarannya onta." Jelas Bintang.

Bulan menghela napas. Emang gak tahu di untung punya pacar kayak Bintang. Udah ganteng terus ngomognya kasar. Harusnya di depan pacarnya ada halus-halusnya gitu. Jangan pikirin iklan yang ada manis-manisnya itu!

"Dia tuh sebenernya sakit tahu, cuma dia sabar."

Setuju kak!, ucap Bulan di dalam hati dengan senyum yang malu-malu.

Sebenarnya pacaran dengan Bintang sangat menguras kebatinan. Setiap kata yang ia ucapkan selalu ia sembunyikan. Hanya dikatakan oleh seksi kebatinan. Untung dia gak ngomong sendiri. Nanti dia disangka yang enggak-enggak.

"Suruh siapa bikin diri sakit sendiri."

"Kamu sebenernya sayang gak sih sama Bulan?"

"Iya."

"Iya apa?"

"Sayang,"

Mata Bintang dan Bulan pun bertemu setelah lelaki itu mengucap kata sayang. Membuat seburat rona muncul di pipi gadis yang ditatapnya.

"Stop!"

Sesi bertatap-tatap tersebut selesai. Ucapan yang dikeluar bersama tangan yang mengalahi pandangan sungguh melenyapkan.

Salah satu alis Bintang terangkat."Kenapa?"

"Aku gak kuat,"

"Makanya jangan jomblo, Ze."

"Habisnya gak ada yang mau sama aku."

Bulan kini menatap Zea tak percaya. Percaya deh, Zea cantik. Tapi, mengapa tak ada yang jatuh hati padanya. Mengapa?

Setelah menatap Zea ia menatap Bintang dengan tatapan tak percaya dan bertanya.

Seakan tahu apa yang dilakukan oleh wajah Bulan, lelaki itu menjelaskan. "Dia tuh terlalu polos, harus gue kotorin dulu otaknya. Bukannya gak ada yang suka cuma, dianya aja yang belum bisa jatuh cinta."

Mendengar penuturan Bintang, bayangan dipikiran Bulan terbuang. Sungguh ia ingin sekali membagi ilmu percintaanya pada Zea.

"Aku pernah jatuh cinta. Deg-degan kan rasanya?"

"Iya,"

"Aku pernah jatuh cinta sama Pak Asep. Soalnya waktu dia bagi hasil ulangan, aku deg-degan."

Bulan dan Bintang memutar malas mata mereka.

Pantas saja Bintang menipunya bersama Zea. Ternyata eh ternyata.






Apakah ada seorang kakak seperti Zea?
Sungguh aneh kan?
Iya kan?
Iya?
Gak?
Iya?

Penghuni MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang